ANALISIS TEMA, FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR

Rabu, 26 Desember 20120 komentar


LAPORAN HASIL PENELITIAN
NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR: ANALISIS TEMA, FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra II
Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Kadaryati, M.Hum.


Oleh:
Nama   : Dwi Setiyaningsih
NIM    : 092110133
Kelas   : VI D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
IDENTITAS NOVEL
1)      Judul                           : Pelangi di Atas Cinta
2)      Pengarang/Penulis       : Chaerul Al-Attar
3)      Penerbit                       : Jaya Media
4)      Kota Penerbit              : Yogyakarta
5)      Tahun Terbit                : 2011
6)      Tebal Buku                  : 208
7)      Ukuran Buku              : 140 x 200 mm
1.    BAGIAN BAGIAN NOVEL “PELANGI DI ATAS CINTA
1.1.            Berteman Rembulan (halaman 6 - 21)
Pada bagian ini menceritakan tentang:
1.1.1.      Pengenalan diri si aku (Akmal) beserta keluarganya, ia adalah anak   bontot yang terlahir  dari sebuah keluarga yang broken home. Kasih sayang dan perhatian  ia peroleh hanya dari Kak Mira, Mba Retno (pembantunya), dan Pak Kusmo (sopirnya).
1.1.2.      Pengenalan teman-teman si aku di sekolah, sekaligus guru matematika yang merupakan guru favorit mereka bernama Ibu Ratna yang saat itu sedang dirundung masalah.
1.1.3.      Kunjungan Akmal dan Dirman ke rumah bu Ratna.
1.2.            Masih Punya Harap (halaman: 22 – 32)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.2.1.      Pengenalan bakat Akmal dengan melukis wajah Kak Mira.
1.2.2.      Percakapan Ibu Ratna dan Akmal, menggambarkan keakraban keduanya.
1.2.3.      Kunjungan Kak Mira dan Akmal  ke pantai untuk menghilangkan penat, sekaligus Kak Mira mencoba untuk memberi tahu status aslinya sebenarnya, yaitu hanya seorang kakak angkat bagi akmal.


1.3.       Warna Kelabu Menghitam (halaman: 33 – 42)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.3.1.      Meninggalnya Kak Mira membuat Akmal menjadi semakin terpuruk.
1.3.2.      Berlangsungnya ujian yang berjalan begitu saja, karena Akmal tak pernah konsen atas hal tersebut.
1.3.3.      Kekecewaan akmal terhadap orang tuanya karena tak memberi perhatian kepadanya, bahkan selama Kak mira terbaring lemah di rumah sakit, mereka tak pernah sekalipun menjenguknya.
1.3.4.      Kesepian datang melanda Akmal.
1.3.5.      Kunjungan ibu Ratna ke rumah akmal, sekaligus memberikan suntikan semangat hidup dan bangkit untuknya.
1.4.            Bukan Pelangi Lagi (halaman: 43 – 56)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.4.1.      Perubahan hidup Akmal yang tak karuan, hanya diisi dengan merokok dan berdiam diri untuk mencari ketenangan diri.
1.4.2.      Kunjungan Akmal dan ketiganya temannya (Dirman, Firman, dan Kandil) ke suatu pantai, untuk membicarakan rencana studi masing-masing.
1.4.3.      Pengumuman hasil ujian nasional yang membawa kegembiraan, namun bagi Akmal terkesan biasa-biasa saja.
1.4.4.      Perkenalan Akmal dengan seorang wanita penghibur bernama Marisa di sebuah cafe.
1.5.            Langkah yang Tertatih (halaman: 57-71)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.5.1.      Perubahan status Akmal dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa, ia satu kampus dengan Firman dan Kandil di salah satu universitas di kotanya, namun Kandil berbeda jurusan.
1.5.2.      Perkenalan Akmal dengan seorang mahasiswi bernama Demita, yang merupakan idola mahasiswa di kampusnya, namun Akmal bersikap biasa-biasa saja kepadanya walaupun demita selalu menunjukkan sikap yang tidak biasa kepadanya.
1.5.3.      Kandil menemukan gang barunya di kampus, dan gangnya ini merupakan sekelompok mahasiswa urakan.
1.5.4.      Makin akrabnya hubungan akmal dan Firman, terlihat dari keseharian Akmal yang selalu mengantarkan Firman ke sebuah toko buku tempat firman bekerja, yang akhirnya membawa Akmal bisa berkenalan dengan pemilik toko bernama Bang Samin, ia adalah sosok lelaki yang baik, berpengetahuan luas, dan sifat kebapakan sangat melekat pada dirinya.
1.5.5.      Pertemuan akmal dengan Marisa yang kedua kalinya, kali ini ia bisa mengobrol banyak dengannya dengan suasana yang lebih baik, sekaigus mengantarkannya pulang walaupun tak sampai rumah Marisa.
1.6.            Tekad yang Goyah (halaman: 72 – 82)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.6.1.      Meninggalnya Kandil akibat over dosis pil ekstasi.
1.7.            Bayang-Bayang Hidup (halaman: 83 – 94)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.7.1.      Silaturahmi Akmal dan Firman ke rumah ibu Ratna, sekadar melepas rindu sekaligus meminta izin perihal pembuatan cerita fiksi sosok perempuan tangguh, yang rencanaya objek dari cerita tersebut adalah Ibu Ratna.
1.8.            Tentang Warna (halaman: 95 – 107)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.8.1.      Lukisan Akmal telah mencapai final yang kemudian hasil lukisannya tersebut diberikan kepada Firman.
1.8.2.      Pertemuan ketiga antara Akmal dan Marisa disebuah cafe dengan keadaan Akmal yang tak sadar karena pengaruh mabuk berat, yang akhirnya Marisa harus membawa pulang Akmal ke rumahnya dan menginap pada malam tersebut.
1.8.3.      Akmal dan firman mulai menyusun buku fiksinya.
1.8.4.      Pernyataan cinta Akmal terhadap Marisa, yang membuat perubahan status mereka dari teman menjadi sepasang kekasih.
1.9.            Keindahan yang Hilang (halaman: 121 – 134)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.9.1.      Kehidupan bermalas-malasan akmal pasca cintanya diiyakan Marisa, karena ia hanya memikirkan Marisa seorang.
1.9.2.      Pengenalan Marisa kepada Pak Kusmo dan Mbak Retno, yang akhirnya Marisa menceritakan sejarah hidupya yang kelam.
1.9.3.      Kejujuran Akmal terhadap Firman perihal hubungannya dengan Marisa.
1.9.4.      Akmal memperkenalkan Marisa kepada Firman.
1.10.        Pertarungan untuk Cinta (halaman: 121 – 134)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.10.1.  Pembebasan Marisa dari pekerjaaan hina tersebut, yang membuat mobil mewah Akmal melayang karena dijadikan jaminan.
1.10.2.  Penitipan adik Marisa di rumah Bang Samin.
1.10.3.  Pelarian Marisa ke tempat Ibu Ratna untuk keamanannya.
1.10.4.  Ketidakrelaan warga setempat Ibu Ratna tinggal perihal tinggalnya Marisa yang merupakan mantan seorang wanita penghibur.
1.10.5.  Saran dari Bang Samin agar Akmal dan Marisa segera menikah.
1.11.        Keteguhan dan Air Mata (halaman: 135 -144)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.11.1.  Perziarahan Akmal ke makam Kak Mira, guna mendoakan sekaligus menceritakan persoalan yang kini tengah melilitnya.
1.11.2.  Pertengkaran Akmal dengan orang tuanya perihal Marisa atas laporan Demita, yang akhirnya Akmal diusir dari rumah dan tak dianggap lagi sebagai seorang anak.
1.11.3.  Kesediaan Marisa diperiistri oleh Akmal.
1.12.        Mahar Cinta dan sebuah Tangis (halaman: 145 – 156)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.12.1.  Usaha Akmal berkeliling menjual hasil karya lukisannya guna membeli mahar pernikahannya.
1.12.2.  Permohonan doa restu pernikahan Akmal kepada orang tuanya via sms yang tak jua mendapatkan jawaban.
1.12.3.  Pemberian sebuah cincin emas dari Ibu Ratna untuk Akmal agar dipakai sebagai mas kawinnya.
1.12.4.  Kedatangan si Gendut mantan boss Marisa yang senantiasa mengusik kehidupan Marisa agar ia mau kembali padanya.
1.13.        Senandung Cinta (halaman: 157 – 166)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.13.1.  Pengucapan ijab qobul sebagai tanda perkawinan antara Akmal dan Marisa.
1.13.2.  Usaha mencari rumah tinggal sederhana untuk keluarga kecil akmal.
1.13.3.  Cemoohan teman-teman kuliah Akmal pasca pernikahan, yang mengharuskan Akmal berhenti melanjutkan kuliahnya.

1.14.        Sebuah Jawaban (halaman: 167 – 177)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.14.1.  Penyewaan sebuah kios kecil untuk usaha lukisan akmal.
1.14.2.  Pujian dari beberapa pelanggan Akmal yang membuatnya menjadi semakin bersemangat dalam bekerja.
1.14.3.  Kunjungan Akmal dan Marisa ke rumah orang tua Akmal atas prmintaan Marisa, yang disuguhi dengan pertengkaran.
1.15.        Warna di Dinding Waktu (halaman: 178 – 190)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.15.1.  Penyerahan hasil tulisan cerita fiksi kepada Firman.
1.15.2.  Rumah tangga Akmal yang selalu diusik oleh mantan bos Marisa
1.15.3.  Kecurigaan Akmal terhadap istrinya perihal uang dengan jumlah besar yang diberikan istrinya untuknya.
1.15.4.  Firman tak mampu menjelaskan masalah uang tersebut karena ada waktu itu emosi Akmal tengah meledak-ledak.
1.15.5.  Kesadaran Akmal mengenai uang tersebut yang merupakan hasil keringatnya sendiri.
1.16.        Cerita Tentang Malam dan Senja (halaman: 191-197)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.16.1.  Pemberian sebuah lukisan keluarga Bang Samin sebagai objeknya  karya Akmal sebagai ucapan terima kasihnya selama ini.
1.17.        Kutempuh Jalan ini dengan Cinta (halaman: 198 – 205)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.17.1.  Kehidupan rumah tangga Akmal dan Marisa yang senantiasa disirami dengan cinta.
1.17.2.  Adanya perintah mendadak dari si empunya rumah untuk segera mengosongkan rumah dengan alasan yang tak jelas,
1.17.3.  Perintah untuk segera mengosongkan kios dengan alasan yang tak jelas juga.
1.17.4.  Keputusan Akmal dan Marisa untuk meninggalkan kota yang membesarkanya tersebut dengan beberapa perimbangan yang mendorong mereka.
2.    JALINAN  PERISTIWA
Pada bagian ini akan dijelaskan urut-urutan cerita “Pelangi Di Atas Cinta” yang disajikan secara sistematis agar mudah dipahami. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.
(satu titik satu satu 1.1.1. ) Diceritakan bahwa Akmal adalah seorang anak Bontot dari keluarga yang kurang harmonis (broken home) yang tak pernah mengenal belaian kasih dari orang tuanya, kasih sayang tulus hanya diperolehnya dari Kak Mira, Pak Kusmo (sopirnya), dan Mba Retno (pembantunya). (satu titik satu dua 1.1.2.) Dilanjutkan dengan pengenalan teman-temanya di sekolah dan salah satu gurunya bernama  Ibu Ratna yang pada saat itu tengah dilanda masalah yang bisa tercermin dari raut wajahnya sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik satu tiga 1.1.3.). Kunjungan Akmal dan Firman ke rumah Ibu Ratna sekadar ingin mengetahui keadaan sebenarnya, dan memang benar Ibu Ratna tengah bingung perihal anaknya yang sedang sakit parah dan beliau tak bisa membiayainya dikarenakan ia adalah seorang orang tua tunggal dengan gaji guru yang tak seberapa, hal ini menggugah Akmal untuk membantunya sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik dua dua 1.2.2.). Percakapan Ibu Ratna dan Akmal yang melambangkan keakraban mereka, bagaikan seorang ibu dan anak.
Disituasi lain ada perkenalan lagi yaitu peristiwa (satu titik dua satu 1.2.1.). Pengenalan bakat yang dimiliki Akmal yakni bakat melukis, diceritakan pada saat itu tengah melukis wajah Kak Mira, karena mulai merasa bosan akhirnya Kak Mira mengajak Akmal untuk pergi ke pantai sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik dua tiga1. 2.3.) Di suasana pantai yang indah Kak Mira mengatakan hal yang telah lama ingin ia sampaikan, yakni mengenai siapa dirinya sebenarnya, dan ternyata Kak Mira yang dikenal Akmal sebagai perempuan yang dianggap kakaknya itu hanyalah anak pungut, bukan anak kandung dari orang tua Akmal. Dan ia juga berterus terang mengenai penyakit yang dideritanya selama ini, Kak Mira mengidap penyakit kanker hati yang mengakibatkan peristiwa ( satu titik tiga satu1. 3.1.) Kak Mira dirawat di rumah sakit selama kurang lebih dua minggu dan pada akhirnya membuat Kak Mira menghelakan nafas terakhirnya yang mengakibatkan peristiwa (satu  titik tiga dua 1.3.2) Konsentrasi Akmal terbelah, padahal ia tengah menjalani ujian akhir nasional, ia seakan tak peduli akan semua itu, karena ia hanya konsen dengan keadaan Kak Mira dan sifat orang tuanya yang tak peduli akan semua ini sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga tiga 1.3.3.). Kekecewaan Akmal memuncak ketika orang tuanya datang ke rumah sakit, mereka berkat bahwa mereka menyesal, namun penyesalan mereka tak bisa mengembalikan Kak Mira lagi, Kak Mira telah pergi untuk selama-lamanya sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga empat 1.3.4.). Kesepian hidup Akmal bagaikan seorang diri, penyemangat hidupnya kini telah tiada sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga lima 1.3.5.). Bela sungkawa Ibu Ratna atas meninggalnya Kak Mira dan menjenguk Akmal di kamarnya guna memberi suntikan spiritual untuknya karena hidup tidak hanya berhenti sampai di sini, hidup ini sayang untuk dilewati begitu saja tanpa adanya warna yang menghiasinya, namun dorongan itu tidak cukup  bagi Akmal sehingga mengakibatkan perstiwa (satu titik empat  satu1. 4.1.). Kehidupan Akml yang semakin tak karuan, hidupnya hanya diisi dengan merokok dan berdiam diri, untuk menenangkan diri, namun hal tersebut malah membuatnya semakin terpuruk, hal ini membuat teman-temannya tergugah untuk memberi motivasi untukn Akmal sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empat dua1.4.2.). Kunjungan  Akmal beserta ketiga sahabatnya yaitu Firman, Dirman, dan Kandil ke sebuah pantai yang biasa dikunjunginya ketika ia sedang mengalami masalah, terutama maalah mengenai orang tuanya yang tak tak pernah ada kata harmonis. Di sini mereka membicarakan rencana studinya kelak, mereka berangan-anagan akan masa depannya, namun beda dengan Akmal ia hanya melamun, dan tak berkomentar sekalipun terlihat sepertinya tak ada ketertarikan sama sekali, hingga waktu hari pengumuman berlangsung sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik empat tiga 1.4.3.). Pengumuman pun dilangsungkan pada hari ini, empat serangkaipun berhasil lulus dari SMA tercintanya tersebut, sorak sorai pun terdengar di sana sini, namun Akmal masih tetap dengan sikapnya, diam dan tak berekspresi sama sekali atas kelulusannya tersebut, sehingga pada malam harinya pada malam harinya Kandil mengajak Akal ke sebuah kafe sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empat empat 1.4.4.). Pertemuan Akmal dengan seorang wanita penghibur bernama Marisa, ini kali pertamanya Akmal mau diajak Kandil untuk pergi bersama di malam hari, tidak lain karena ia sekarang tidak menyandang status sebagai siswa lagi sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik lima  satu 1.5.1.). Perubahan status akmal dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa, ia sekarang kuliah di salah satu universitas di kotanya ia satu jurusan dengan Firman mengambil sastra Indonsesia sebagai jurusannya, Kandilpun satu kampus dengannnya namun ia mengambil hukum sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik lima  dua 1. 5.2.). Pertemuan Akmla dengan Demita yang merupakan mahasiswi idola di kampusnya namun Akmal tak ernah meresponnnya seperti layaknya mahasiswa lain yang mngagumi sosok Demita, beralih bercerita mengenai Kandil sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik lima tiga 1.5.3.). Kandil menemukan gang barunya di kampus ini, yaitu gang yang anggotanya terdiri dari sekelompok mahasiswa yang berpenampilan urakan dan  tak jelas arahnya, sehingga menimbulkan peritiwa (satu titik enam  satu1.6.1.). Kandil mengalami over dosis akibat mengkonsumi ekstasi secara berlebihan yang mengakibatkan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir, hal ini membuat Akmal semakin sendiri kini ia hanya bersahabat  dengan Firman sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik lima empat 1.5.4.). Hubungan persahabatan Akmal dan Firman semakin akrab saja, terlihat dengan keseharian Akmal yang selalu mengantarkan Firman ke tempat kerja Firman sepulang dari kuliah, yaitu di sebuah toko buku yang pada akhirnya ia bisa berkenalan dengan si empunya toko bernama Bang Samin yang merupakan sosok yang baik, berpengetahuan luas, dan mempunyai jiwa kebapakan, perbincangan antara keduanya berlangsung lama sampai malam hari, sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik lima lima 1.5.5.). Akmal bertemu dengan Marisa ketika tengah mengendarai mobilnya ke arah rumah, di jalan ia menemui Marisa yang tengah berjalan sedirian di tengah malam, kemudian akmal menawarinya untuk masuk ke mobil dan pulang bersama di sini ia dapat mengenal Marisa lebih dalam dan pada akhirnya ia mengantarkan Marisa pulang walaupun tidak sampai rumahnya.
Disisi lain diceritakan tentag hubungan Akmal dan Ibu Marisa yang masih baik, diceritakan (satu titik tujuh  satu 1.7.1.). Kunjungan Akmal dan Firman ke rumah Ibu Ratna untuk bersilaturahmi sekaligus meminta izin kepadanya perihal mereka berdua ingin membuat sebuah cerita fiksi yang mengangkat tema mengenai keteguhan seorang perempuan untuk mnejalani hidup, dan mereka ingin mengangkat Ibu Ratna sebagai objeknya dan Bu Ratnapun tak keberatan, Firman mnyarankan Akmal untuk melukis sebuah lukisan mengenai gambaran kehidupan tersebut sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik delapan satu 1.8.1.). Pikiran  Akmal yang semakin tak karuan sehingga ia ingin cepat-cepat menyelesaikan lukisannya tersebutdan membawanya ke kontrakan Firman, ia selalu memikirkan pertengkaran orang tuanya yang hampir setiap minggu ia dengar sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik delapan  dua 1.8.2.). Akmal mabuk berat di sebuah kafe sampai tak sadarkan diri, sehingga mengakibatkan Marisa membawanya ke rumahnya untuk menginap, di sinilah mereka menjadi semakin akrab Marisa memberikan semangat dan dorongan kepada Akmal untuk selalu bangkit dalam keterpurukannya tersebut sehingga timbul semangat dari diri Akmal dan menyebabkan peristiwa (satu titik delapan  tiga 1.8.3.). Akmal berusaha untuk menyelesaikan karya fiksinya, karena ia berhutang akan segera menyelesaikannya, cerita fikisnya pun selesai, ia merasa puas karena merasa sudah tak ada tanggungan lagi, sehingga ia memikirkan atas perasaan asmaranya sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik delapan empat 1.8.4). Akmal menyatakan perasaan cintanya yang kemudian diiyakan oleh Marisa,mereka sekarang menjadi sepasang kekasih sehingga meyebabkan peristiwa (satu titik sembilan satu 1.9.1.). Perasaan senang dan bangga selalu menyelimuti hati Akmal, ia tak bisa berfikir apa-apa, pikirannya hanya tertuju untuk Marisa seorang sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik sembilan  dua 1.9.2.). Pengenalan Marisa kepada Pak Kusmo dan Mba Retno ke rumah Akmal, di sana Marisa mendapat respon positif dari keduanya walaupun Marisa menceritakan sejarah hidupnya yang kelam,(satu titik sembilan  tiga1.9.3) perasaan Akmal  tak tenang karena belum membuka kabar bahagianya ini ke sahabatnya sehingga terjadi persitiwa (satu titik sembilan empat 1.9.4). Akmal  memperkenalkan Marisa kepada Firman, dan lagi-lagi mendapat respon positif karena ia tahu bahwa itulah yang terbak untuk sahabatnya tersebut, dalam pertemuan ini mereka membicarakan strategi bagaimana mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hinanya itu sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik sepuluh  satu  1.10.1). Akmal mencoba mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hina itu dan sebagai jaimnannya Akmal membawa sejumlah uang di tas ranselnya dan merelakan mobil mewah hadiah dari ayahnya untuk diserahkan kepada si gendut bos Marisa, namun sebelum itu terjadi ia berinisiatif untuk melarikan adik Marisa, Rianti pergi dari rumahnya sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sepuluh  dua 1.10.2.) Arianti dilarikan ke rumah Bang Samin untuk mendapatkan perlindungan di sana, lain hal adiknya lain hal juga dengan kakaknya sehingga terjadi peristiwa (satu titik sepuluh tiga 1.10.3.). Marisa dilarikan ke rumah Bu Ratna, dan bu Ratna pun menyambutnya dengan baik, namun beberapa minggu kemudian warga setempat tahu akan diri Marisa sebenarnya sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sepuluh  empat 1.10.4.). Ketidakrelaan warga setempat perihal daerahnya dihuni oleh seorang perempuan mantan wanita malam, hal ini mengharuskan Marisa pindah dan tinggal bersama Bang Samin, Bang Samin berfikir ke depan akan masa depan Akmal dan Marisa sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sepuluh lima 1.10.5.). Saran  atas segera diadakannya pernikahan antara Marisa dan Akmal, demi ketenangan keduanya sekaligus agar adanya ikatan diantara keduanya, hal ini membuat Akmal bingung karena ia merasa belum mampu memperistri seorang gadis, di samping umurnya yang masih muda, ia juga belum mempunyai pekerjaan sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sebelas satu 1.11.1). Perziarahan Akmal ke makam Kak Mira, karena sekian lama ia lupa tak mengirim doa untuknya, di sana Akmal menceritakan permasalahan hidupnya  yang begitu berat untuk ia jalani, ia belum berani menceritakan perihal hubungannya dengan Marisa kepada orang tuanya, hingga pada suatu hari ada laporan dari temannya yang bernama Demita mengenai hubungannya dengan Marisa sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sebelas dua 1.11.2). pertengkaran hebat antara Akmal dan kedua orang tuanya, yang mengakibatkan Akmal harus meninggalkan rumah dan tak dikaui statusnya lagi sebagai anak oleh orang tuanya untuk selama-lamanya, hal ini membuat Akmal semakin yakin bahwa Marisa adalah jalan hidupnya, sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sebelas tiga 1.11.3). Lamaran Akmal kepada Marisa yang akhirnya diiyakan Marisa, Marisa bersedia diperistri oleh Akmal, hal ini merupakan tantangan untuk Akmal agar ia berusaha memberikan mas kawinnya atas  hasil keringatnya sendiri sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik dua belas satu 1.12.1.). Usaha Akmal menjajakan hasil karya lukisannya ke pasar seni, yang membuatnya hampir putus asa karena ditolak sana-sini, tak ada seorangpun yang berminat atas karyanya tersebut, dan pada akhirnya lukisan tersebut dihancurkan oleh seseorang ketika Akmal tengah salat Ashar, hal ini membuat harapan Akmal pupus, walaupun demikian Akmal harus tetap bangkit dan meneruskan niatnya tersebut sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik duabelas dua 1.12.2). Permohonan doaa restu Akmal kepada orang tuanya perihal perbikahannya dengan Marisa via sms yang tak kunjung menerima balasan, hal ini membuat Akmal bingung harus dengan apa lagi ia dapat menghubungi orang tuanya lagi, bertatap muka secara langsung tak mungkin ia lakukan karena mereka telh mencoretnya dari daftar anaknya sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik duabelas tiga 1.12.3). Kunjungan Akmal ke rumah Ibu Ratna, karena ia tak tau lagi harus mengadu kepada siapa lagi, ia menceritakan niatnya untuk menikahi Marisa, dan pernyataan ini disambut positif olehnya, sampai-sampai Bu Ratna memberikan sebuah cincin emas yang sebenarnya cincin emas tersebut adalah kenang-kenangan terakhir dari almarhum suaminya yang harus dijaganya, namun Bu Ratna rela memberikannya sebagai mas kawin pernikahan Akmal, Akmal sangat gembira akan hal ini dan ia berjanji akan bersungguh-sungguh menjaga cincin tersebut, ia pulang dengan perasaan gembira, namun perasaan gembira tersebut seketika hilang dari muka Akmal ketika ia temui si gendut di depan rumah Bang Samin sehingga mengakibatkan peristiwa (satu dua belas empat 1.12.4.). Kedatangan si gendut mantan bos Marissa untuk memohon Marissa agar kembali bekerja padanya, Marisa ketakutan, namun ketakutannya tersebut tak bisa menggoyahkan keyakinannya untuk hidup dengan Akmal sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga belas satu 1.13.1.). Pelaksanaan ijab qobul seagai tanda pernikahan antara Akmal dan Marisa, walaupun dilaksanakan secara sederhana, namun terasa hikmat dan megesankan, pernikahan dilaksanakan menggunakan adat Arab, yaitu pengantin wanita dipertemukan setelah pembacaan ijab qobul selesai dilakasanakan, pertrmuan antara pengantin pria dan pengantin wanita serasa mengharukan dan terpancar aura kebahagiaan di antara keduanya, namun Bang Samin lagi-lagi memberikan tantangan untuk Akmal sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik tigabelas dua 1.13.2.). Akmal diharuskan mempunyai sebuah rumah sendiri untuk membangun kehidupan bersama keluarga kecil yang baru dibangunnya tersebut, ia mengontrak sebuah rumah kecil untuk hidup bersama Marisa walau dengan segala yang bernamakan kesederhanaan, Akmal berusaha menjalani aktivitasnya seperti biasanya ia masih berstatus sebagai seorang mahasiswa namun keadaan sekarang berbeda sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik tigabelas tiga 1.13.3). Cemoohan yang diterima Akmal atas kabar pernikahannya yang telah menyebar di kalangan teman kampus yang membuat Akmal tak tahan dan menyebabkan Akmal berhenti kuliah, kejadian ini tak pernah ia ceritakan kepada istrinya,  ia tetap berusaha membuat istrinya tersenyum walaupun dalam hatinya mengalami goncangan yang begitu hebat, kendati demikian Akmal harus bangkit dan mencoba untuk dapat menhidupi keluarga kecilnya itu sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empatbelas satu 1.14.1.). Penyewaan sebuah kios lukis sebagai bentuk usaha Akmal sekaligus penyaluran hobi dan bakat yang dimilikinya sejak dulu, cukup banyak pengunjung yang mengunjungi kios lukis barunya tersebut sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empatbelas dua 1.14.2.). Banyaknya pujian yang datang dari pengunjung yang membuat bertambah semangatnya Akmal dalam melukis, kebahagian itu ia bagi dengn istri tersayangnya sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empatbelas tiga 1.14.3.). Kunjungan Akmal dan Marissa ke kediaman orang tua Akmal atas permintaan istrinya, pada mulanya Akmal menolak, namun karena istrinya terus memaksanya, akhirnya mereka pergi juga, di sana mereka mendapat perlakuan yang kurang baik dari si empunya rumah, mereka diolok-olok ang membuat hati Akmal merasa sangat sakit, lebih sakit dari yang pernah ia rasakan sebelumnya, semenjak kejadian itu Akmal lebih senang berdiam diri di rumah dan menulis karya fiksi yang belum juga ia selesaikan sehingga terjadi peristiwa (satu titik limabelas 1.15.1). Penyelesaian sekaligus penyerahan hasil tulisan Akmal kepada Firman karena ia telah berhasil menyelesaiakan cerita fiksinya sembari ia menunggu ketenangan hatinya pasca kunjungannya ke rumah orang tuanya, kehidupan Akmal yang serba pas-paan itu terdengar oleh mantas bos Marisa sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik limabelas  dua 1.15.2.). Usaha si gendut untuk memaksa Marisa kembali bekerja kepadanya, namun Marisa menolak dengan sigap ia membawa sebuah pisau dan membuat mantan bosnya ketakutan dan akhirnya kabur, setiap hari rumah Akmal selalu dimata-matai anak buah si gendut guna mengetahui apa saja aktivitas dan keadaan yang dialami oleh keluarga yang pernah menjadi tambang emas baginya, usaha lukisan Akmal meurun sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik limabelas tiga 1.15.3). Penyerahan uang yang tak tahu asal-usulnya yang diberikan oleh Marisa kepada Akmal memacu ketidakpercayan Akmal kepada istrinya, ia curiga bahwa istrinya telah melakukan kembali pekerjaannya silam, Marisa telah menjelaskan bahwa uang tersebut berasal dari Firman, namun Akmal tak menghiraukan penjelasan istrinya tersebut sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik limabelas empat 1.15.4.). Perintah Akmal agar Firman segera datang ke rumahnya  via sms, setibanya di rumahnya, Akmal bertanya perihal asal uang tersebut kepadanya dengan nada emosi yang membuat Firman tak bisa menjawabnya, hingga pada suatu saat ada seorang pelanggan memberi tahu hal tersebut dengan tidak sengaja sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik limabelas lima 1.15.5.). Kesadaran Akmal mengenai asal uang tersebut atas suatu cerita dari seorang pengunjung bahwa pengunjung tersebut membeli sebuah lukisan yang goresannya mirip dengan goresan lukisannya dan ia beli dari seorang teman ngopi dan teman bermain caturnya, awalnya lukisan itu tak boleh saya beli, namun saya sudah sangat tertarik dengan dengan lukisan yang ada di kamar kontrakannya itu, kemudian ia memberitahu nama anak muda tersebut ia adalah sahabatnya sendiri yakni Akmal, dari cerita ini kemudian Akmal merasa berdosa sekali kepada istri dan sahabatnya, kemudian ia meminta maaf kepada keduanya, ternyata keduanya meupakan keluarganya yang memang sangat mengerti akan dirinya, ia menyesal telah meragukan cinta kasih yang tulus itu, untuk meluapkan rasa senangnya itu ia berimajinasi sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik enambelas satu 1.16.1.). Pembuatan lukisan bergambarkan keluarga lengkap Bang Samin disertai denga Arianti yang ia lukis dengan sepenuh hati dan memberikannya kepada Bang Samin sebagai tanda terima kasihnya atas segala yang pernah Bang Samin lakukan untuknya, karena selama ini ia belum bisa memberikan apa-apa untuknya sebagai wujud terima kasih kepadanya, kejadian sebelumnya menjadi pelajaran yang sangat berharga untuknya sehingga terjadi peristiwa (satu titik tujuhbelas dua 1.17.1.). Keadaan rumah tangga Akal yang semakin harmonis, sebah rumah yang selalu disirami dengan cinta, ia berjanji tidak akan ada rahasia lagi antara mereka sekecil apapun masalah yang ia hadapi akan mereka hadapi bersama, hingga tak lama kemudian terjadi peristiwa (satu titik tujuhbelas tiga 1.17.2). perintah mendadak dari si empunya rumah untuk segera mengosongkan rumah kontrakannya dengan alasan yang tak jelas, padahal waktu tenggang masih beberapa bulan lagi, yah.. ini merupakan slah satu taktik dari si gendut mantan bos Marisa yang selalu  membuat ketidaknyamanan mereka yang kemudian dilanjutkan dengan peristiwa (satu titik tujuhbelas tiga 1.17.3.). Perintah dari si empunya kios untuk segera mengosongkan dengan alasan kios tersebut telah ada yang menyewanya sehingga Akmal harus segera mengemasi barang-barang miliknya dari kios tersebut, hati Akmal terasa anat terpukul karena kios merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian Akmal, dari situlah ia dapat menghidupi keluarga kecil yang bisa dibilang baru berumur jagung itu, Akmal ingin hidup tenang walaupun harus mengambil keputusan yang teramat berat sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik tujuhbelas empat 1.17.4.). Sepasang suami istri itu dengan berat hati harus meninggalkan kota tercinta yang merupakan kota kelahiran Akmal dan terdapat berbagai macam kenangan ia lalui di kota ini, tapi apa boleh buat ia harus bis berfikir ke depan, berfikir untuk dapat hidup tentram bersama Marisa dan anak cucunya kelak.
Dari jalinan  peristiwa yang telah dijelaskan di atas, jelas bahwa alur pada novel ini adalah alur progresif (maju).
3.      TEKNIK PENGEPLOTAN
3.1.            Konflik
Di dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta” ini terdapat dua jenis konflik, yaitu konflik internal dan konflik eksternal.
3.1.1.      Konflik Internal
Di dalam  novel “Pelangi Di Atas Cinta” konflik internal terjadi pada saat Akmal harus meninggalkan rumah akibat pertengkaran hebat antara ia dan kedua orang tuanya, ia harus tetap tinggal di rumah untuk menikmati segala fasilitas yang enak dan mewah atau ia memilih untuk menjalani hidupnya di jalanan.
“Aku melangkah turun. Kulihat Pak Kusmo dan Mba Retno berdiri dengan wajah yang sendu. Ingin mereka memeluk dan mengucapkan sesuatu padaku tapi ketakutan membungkus diri mereka. Akupun meninggalkan rumah dengan perasaan yang kehilangan segalanya. Aku kini tak punya lagi keluarga lagi kecuali diriku sendiri. Langsug aku ke rumahnua Firman. Dia menyambutku dengan bahasa sahabat yang baik.”(Pelangi Di Atas Cinta,2011: 141).
Konflik internal juga terjdi saat Akmal disarankan untuk menikahi Marisa oleh Bang Samin agar tak terjadi adanya fitnah di antara keduanya, hal ini mrmsng keputusan yang sangat berat karena Akmal merasa belum mampu membina sebuah rumah tangga.
Kamu harus menikahi Marisa.” Jawab Bang Samin tenang. Aku kaget. Begitu juga Firman. Tak kupikir sampai di situ. Bukan karena aku memiliki perbedaan umur dua tahun jauh lebih muda dari Marisa. Hanya saja aku masih sangat ragu jika pernikahan ini dilakukan. Bagaimana tidak, keluargaku yang cukup berantakan, ayah dan ibuku tentu saja tidak akan menerima ini. Bagaimana aku akan membawa masuk Marisa dalam kehidupan yang demikian, bukankah hanya akan menyiksa? Aku kembali pada Bang Samin. Memandanginya dengan kebingungan tertinggiku. Kupikirkan sisi-sisi lain, memang ada benarnya.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 133).    

 
3.1.2.      Konflik Eksternal
3.1.2.1. Konflik Fisik
Terjadi pada saat Akmal bertengkar dengan ayahnya dan ayahnya menampar pipinya.
“Dasar kurang ajar!” tak kusadari tangan ayah melekat dipipiku. Aku tak jatuh. Hanya menahan pipiku yang kemerahan. “Kamu pikir bisa hidup dengan limpahan harta dan semuanya ini.”(Pelangi Di atas Cinta, 2011: 139).
3.1.2.2.    Konflik Sosial
Terjadi pada saat Akmal dan Marisa disarankan untuk segera menikah oleh bang Samin. Di sana terjadi adanya musyawarah antara Bang Samin beserta istri, Akmal, dan Marisa.
Aku dan istriku sangat senang kalian  di sini meramaikan rumah. Hanya saja aku pikir Marisa dan akmal harus melakukan suatu tindakan untuk kehidupan kalian ke depan. Karena kehidupan takkan selamanya begini. Dan yang terbaik bagi aku adalah kalian menikah. Kalian harus dalam satu ikatan yang sah agar masalah tak datang lagi.”
“Aku terserah pada Bang Samin saja.” Kataku.(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 142)
3.2.            Tegangan (suspense)
Tegangan dapat membangkitkan pembaca merasa ingin tahu, dan muncul pada beberapa peristiwa, misalnya pembebasan Marisa dari pekerjaan hinanya, cemoohan dari warga sekitar Ibu Ratna tinggal atas keberadaan Marisa,  pertengkaran antara Akmal dan kedua orang tuanya, kedatangan si gendut mantan bos Marisa yang berusaha untuk membawa Marisa kembali bekerja untuknya,  saran untuk segera diadakannya pernikahan Akmal dan Marisa, rasa ketidakpercayaan Akmal kepada istrinya perihal asal uang yang terhitung tidak sedikit jumlahnya,  perintah untuk meninggalkan  rumah kontrakan dan kios lukis, dan terakhir adanya kepergian Akmal untuk meninggalkan kota.
Saat dia bilang angka rupiah aku dan Firman terperanjat kaget. Ratusan juta. Gila. Kami tak punya uang tunai sebanyak itu. Bahkan yang kubawapun belum sampai separuh.
Hanya ini yang kubawa.” Ku serahkan padanya ransel beserta uang.”Kalau mau besok aku bawa sisanya.” Malah hanya terdengar pecah tawanya.(Pelangi Di Atas Cinta,2011: 124).

Kami keluar. Dan ketika membuka pintu rumah terdengar kembali suara-suara kasar dari mereka. Menghardik dan mengutuk Marisa. Aku geram tapi hanya bisa diam. Bang Samin kembali bicara. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 129)

“Baiklah kalau itu yang kamu mau. Mulai hari ini kamu akan tinggal di jalanan yang bagimu ada cinta di sana. Jangan ada sedikitpun kamu membawa yang bukan hakmu dari rumah ini.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 140).

“Maunya kamu apa?” tanya Bang Samin.
“Kembalikan Marisa padaku.”
“Bukanya kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri segala urusan yang sudah-sudah.” Kataku.
“Tapi akhirnya aku berpikir ternyata aku salah. Bisnisku macet dan setengah-setengah jalannya karena tidak adanya Marisa.”
“Hoh jadi begitu?” Bang Samin menantang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 154).
Aku dan istriku sangat senang kalian  di sini meramaikan rumah. Hanya saja aku pikir Marisa dan akmal harus melakukan suatu tindakan untuk kehidupan kalian ke depan. Karena kehidupan takkan selamanya begini. Dan yang terbaik bagi aku adalah kalian menikah. Kalian harus dalam satu ikatan yang sah agar masalah tak datang lagi.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 142).
“Terus uang ini kamu dapatkan dari mana?” tanyaku lagi.
“Dari seseorang.”
“Kamu sudah mulai berbohong sekarang.”
“Percayalah padaku!”
“Kamu pembohong!” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 185).
Secara tiba-tiba pemilik rumah menginginkan kami mengosongkan rumah. Padahal masih dua minggu lagi waktu untuk kami tinggal. Dan kami pun berniat untuk melanjutkannya. Tapi aneh dan sunggguh di luar dugaan kami. Pemilik rumah itu tak mengiyakan kata kami. Dia pun hanya memberi waktu hanya tiga hari untuk mengosongkan rumah. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 199)
Hari ini, tiba-tiba di tempat kerja ada kejadian yang juga tak pernah kuduga. Pemilik tempat yang juga kenalannya Firman memutuskan untuk mengambil kembali tempat yang disewakan padaku. Katanya akan dipakai untuk berjualan. Aku tak bisa berbuat enyak. Begitu juga Firman. Kami hanya beranggapan baik saja padanya. Selebihnya akupun harus mengangkut lukisan dan barang-barangku ke rumahnya Firman. Nampak aku seperti dikroyok oleh orang dengan beramai-ramai dan aku pun tidak bisa melakukan sesuatu untuk membela. Biarkan saja. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 202).
Setelah itu aku dan Marisa pergi dengan bus antar proponsi. Penumpang begitu sesak. Kupastikan tak ada lagi yang mengikuti. Masa lalu kami akan tertinggal di kota ini. Kami pun melakukan perjalanan ini dengan cinta yang berharap pada sebuah keindahan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204)
3.3.            Perkembangan Plot
Stanton membagi perkembangan plot menjadi tiga tahapan, yaitu awal, tengah , dan akhir. Pada dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut Tasrif. Akan tetapi Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara lebih rinci, yaitu tahap situation, generatimg action, climax, dan denovement. Dalam novel Pelangi Di Atas Cinta plot novel disebut plot progresif (maju).
3.3.1.      Situation
Situation merupakan tahap perkenalan yakni tahap perkenalan situasi di dalam novel.
Pada saat Akmal mengetahui bahwa Kak Mira yang selama ini tulus menyayanginya hanyalah seorang Kakak angkat, tak lama setelah pernyataan tersebut diungkapkan kemudian Kak Mira pun pergi meninggalkan akmal untuk selama-lamanya. Hal ini membuat Akmal semakin kesepian karena satu-satunya keluarga yang menyayanginya tersebut sudah takkan pernah lagi berada di sampingnya.
“Kamu harus tahu bahwa kakak yang selama ini kamu sayangi, kamu jadikan tempat mengaduhmu, yang selalu berdiri di belakangmu saat kamu terjatuh bukanlah kakak kandungmu, kamu dan kakak terlahir dari rahim yang berbeda.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 30).
Aku akan semain tak berdaya melihat kehidupan ini ke depan, orang yang selama ini menjadi tumpuanku, yang menjadi sandaranku saa aku akan terjatuh atau menjadi pelita saat aku menjadi gelap kini telah pergi untuk selama-lamanya dan takkan mngkin lagi ada sosok yan mengusap kepala dan mengahpus air mataku saat aku tengah sedih. Benar menjadi sebuah kenyataan bahwa aku harus bisa tegak melihat ini semua dengan keteguhan hati. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 38).
3.3.2.      Generating Circumantaces
Pada bagian ini peristiwa yang berkaitan saling bergerak. Dalam sub klimaks digambarkan saat Akmal merasa sangat kesepian pasca kepergian mendiang kakak tercinta, ia diajak ke sebuah cafe oleh sahabatnya yang bernama Kandil, di sana ia bertemu dengan seorang gadis bernama Marisa dan ia mulai menaruh hati pada pandangan pertama, walaupun ia merupakan wanita yang kurang pantas dicintai, karena ia hanyalah seorang wanita malam atau wanita penghibur. Hingga pada suatu malam Akmal berusaha mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hinanya itu dengan cara memberi sejumlah uang dan ia rela melepaskan mobil mewahnya sebagai jaminannya.
       “Senang bisa bertemu denganmu.”
“Jangan ke sini lagi jika bukan untuk menemuiku.” Dia    tersenyum. Setelah itu kutinggalkan parkiran cafe. Aku baru sadar hal yang selama ini tak pernah kulakukan bahkan tak pernah terbayang untuk melakukan kini baru saja aku masuk ke dalamny. Di jalan aku membayangkan waja ayah ibuku. Kembali rasa benci dan amarahku bangkit. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 54).
“Hanya ini yang kubawa.” Kuserahkan padanya ransel beserta uang. “Kalau mau besok aku bawa sisanya. “Malah hanya terdengar pecah tawanya.
“Memangnya kalian mau bawa Marisa setengah dulu.” Emosiku tambah naik tapi aku selalu bisa menahannya. Begitu juga Firman. “Tak ada uang mau berlagak jagoan.” Katanya lagi dan aku semakin geram. Laknatku habis-habisan dalam hati. Aku alihkan pandanganku pada Firman. Dia hanya melempar kebingungan. Aku tak bisa membiarkan ini tertunda esok hari. Segala sesuatu bisa saja terjadi pada Marisa di tiap detik.
Sekali lagi dengan penuh keberanian aku bicara.
“Baiklah kalo begitu. Di luar ada mobil mercy yang harganya jauh lebih tinggi dari angka yang kau bilang. Mungkin itu bisa memuaskanmu.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 124).
3.3.3.      Rising Action
Pada bagian ini menggambarkan peristiwa yang sudah mulai memuncak keadaan ini menceritakan pertengkaran hebat antara Akmal dan orang tuanya lantaran orang tuanya mengetahui bahwa Akmal anaknya mempunyai  hubungan khusus dengan seorang wanita penghibur dan sampai mengorbankan mobil mewah yang diberikan oleh ayahnya sebagai hadiah untuk Akmal. Karena pertengkaran hebat ini mengakibatkan Akmal diusir dari rumah dan tak lagi diakui sebagai anak oleh orang tuanya.
Kamu akan kembali jika kamu sadari apa yang kamu cari sesungguhnya dalam rumah ini. Kamu akan menyesali.”
“Pa.. bukankah kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik.” Kudengar ibuku berusaha membela. Tapi sudah terlambat.
“Tak perlu dia bukan anak kita lagi.”
“Mama ampuni aku atas segala yang kulakukan. Aku tak pernah menginginkan semuanya jadi begini.” Kataku ketika memandangnya. Kutahan diri agar tak menumpahkan pedihnya luka lewat mataku.
Aku melangkah keluar kamar dengan ransel di pundakku. Sebuah lukisan diri Kak Mira di tanganku. Hatiku hancur dan benar-benar tak mampu meletakkan keriangan. Aku harus meninggalkan ayah dan ibuku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 140).
Banyak hal yang akhirnya menjadi permasalahan hidup. Bukan hanya menuntut seorang manusia untuk sabar tapi juga mengharuskan manusia untuk bisa melepaskan diri dari kekangan masalah, atau terbebas dari belenggunya. Aku dan Marisa selalu berusaha melakukannya tapi entah kenapa nampak selalu ada saja yang mencekik. Rupa-rupanya selama manusia masih hidup maka pertarungan itu belumlah dinyatakan selesai. (Pelangi Di atas Cinta,2011: 181)

3.3.4.       Climax
Pada bagian ini peristiwa mencapai puncaknya. Pemaparan klimaks novel Pelangi Di Atas Cinta jelas sekali terlihat ketika Marisa diusir oleh warga sekitar rumah Ibu Ratna karena mereka tahu bahwa daerahnya dihuni oleh seorang mantan wanita malam, dan pasca kejadian itu Akmal dipaksa untuk menikahi Marisa, pernikahanpun dilaksanakan namun pasca pernikahan, konflikpun silih berganti datang menerpa kehidupan rumah tangga Akmal.
Dan suara-suara di luar sana masih terus terdengar. Kali ini mereka melemparkan batu-batu di atap rumah. Kami kaget. Ibu Ratna langsung menenangkan anak-anaknya. Aku tahu, ini sangat sulit tapi kami akan coba untuk hadapi semuanya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 128).
Tepat jam lima sore berlangsung akad nikah. Aku melewati prosesnya dengan benar. Sah. Aku dan Marisa dalam satu ikatan cinta. Do restu dari yang datang pun terucap menuju satu titik, pada kami. Semuanya mengharapkan ada cinta dan cerita yang indah. Aku sangat bahagia dan kurasakan betapa kurindukan ayah dan ibuku saat-saat ini. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 158).

3.3.5.      Denoument
Denoument merupakan bagian yang ditandai dengan adanya pemecahan soal dari semua peristiwa. Pada bagian ini diceritakan kepergian Akmal beserta istri dari kota kelahiranya itu sebagai bentuk ingin keluarnya akmal dari masalah hidup yang melilitnya selama ini. Berhijrah diyakininya sebagai tindakan yang paling pas, karena di tempat yang baru itu Akmal bisa hidup tenang dan membangun rumah tangganya dengan tenang dan damai tanpa ada usikan dari mantan bos Marisa yang senantiasa mengganggu ketentraman hidupnya.
Setelah itu aku dan Marisa pergi dengan bus antar proponsi. Penumpang begitu sesak. Kupastikan tak ada lagi yang mengikuti. Masa lalu kami akan tertinggal di kota ini. Kami pun melakukan perjalanan ini dengan cinta yang berharap pada sebuah keindahan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204)
4.    TEMA DAN MASALAH
Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dkandung oleh sebuah cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema.
Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsur untuk membangun tema. Sehingga timbul beberapa masalah yng mendukung tem. Masalah yang terdapt pda novel Pelangi Di Atas Cinta antara lain:
4.1.            Masalah Ketidakharmonisan Keluarga
Dalam kehidupan sebuah  keluarga, keharmonisan merupakan pupuk agar keluarga itu tumbuh menjadi keluarga yang bahagia. Dengan kata lain, keharmonisan keluarga dapat dipupuki dengan komunikasi yang hangat antaranggota keluarga, dengan demikian keluarga akan serasa menjadi tempat yang nyaman untuk berteduh dalam situasi apapun. Berbeda dengan Akmal, jika berada di tengah-tengah keluarganya ia selalu saja merasa sendiri. Ia tak pernah merasakan kenyamanan dalam rumahnya, rumah selalu terasa hening. Dan apabila ada suara, paling-paling itu adalah suara percekcokan kedua orang tuanya lantaran perbedaan pendapat.
“Suasana mengheningkan cipta tanpa kata dan baris suara yang sedikit mengacau begitu menguasai ruangan sekaligus meja makan. Aku dan Kak Mira duduk saling berhadapan ditemani Mbak Retno yang duduk di samping Kak Mira. Rumah yang begitu besar dan mewah ternyata hanya memberikan sebuah kesepian dan ketidaknyamanan batin yang sangat panjang. Jiwa dan raga seperti tinggal di sebuah gua yang sangat gelap tanpa ada penghuni, sangat tak diinginkan.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 8).

“Malam ini ketika aku hendak turun, kudengar suara-suara yang sedang berdebat dari ruang tamu. Aku urungkan niat untuk turun. Langkahku terhenti di mulut tangga. Masih dian, kebingungan. Namun karena rasa lapar tak lagi bisa kutahan terpaksa aku pun ke dapur.  Turun lewat tangga dengan langkah yang sangat malas. Ternyata baru kudengar dengan jelas ketika berada di dapur bahwa suara-suara itu tak lain adalah suara ayah dan ibu yang sedang bertengkar. Mereka berdebat tentang sesuatu yang berada dalam rumah ini. Masing-masing hanya saling menyalahkan sab seperti tak mau bertanggung jawab.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 99).
4.2.            Masalah Pelarian dari Permasalahan
Akmal merupakan seorang anak korban dari kesibukan kedua orang tuanya. Kasih sayang dan perhatian tak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Hal ini yang mendorong Akmal  untuk mencari perhatian dari luar rumahnya.
           
“Tak lama kemudian aku meninggalkan rumah setelah pamit dengan Pak Kusmo dan Mbak Retno. Aku bawa mobil. Itulah sebabnya Kandil mengajakku. Kami pun melaju menuju cafe yang dimksudkan Kandil. Bukan cafe pada umumnya.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 53).

4.3.            Masalah Pembebasan dari Pekerjaan Hina
Pembebasan dari pekerjaan hina Marisa,  dilakukan oleh  Akmal, karena ia tak tega melihat perempuan yang ia sayangi melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ia sukai. Marisa bekerja di cafe itu karena adanya pemerasan dari bosnya. Bosnya tak rela kalau Marisa harus meninggalkannya.
                        “Memangnya utangmu berapa lagi?” tanyaku menyela.
“Itulah masalahku. Dia tak pernah bilang. Jika diperkirakan pekerjaan yang begitu banyak pelanggan nampaknya kalau hanya untuk biaya rumah sakit dan beberapa kebutuhan hidupku sepertinya sudah lunas. Tapi nampaknya ia tak mau melepaskanku. (Pelangi Di atas Cinta,2011: 115).

                        “Tawaranmu aku terima. Hanya saja aku belum percaya.”
                        “Maksudmu?”
“Hitam di atas putih.”
Dan kami melakukan perjanjian peneyerahan mobil itu. Semua surat-suratnya sudah kuberikan padanya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 125).

4.4.            Masalah gangguan dalam keluarga
Gangguan memang selalu menerpa kehidupan Akmal pasca perkenalannya dengan Marisa. Namun, masalah yang paling hebat terjadi setelah ia  menikah. Kehidupan keluarganya  selalu digandrungi peluru-peluru tajam yang mantan bos Marisa, mantan bos Marisa selalu mengiming-imingi Marisa agar cepat-cepat kembali padanya dan meninggalkan suaminya itu.
“Begini.....”katanya seperti tak pedulikan kata-kataku.” Aku tahu kalian sedang dalam keadaan susah. Kita bisa dan ingin membantu jika kamu membiarkan Marisa bekerja lagi pada kami. Seperti dulu. Di cafe. Agar kamu tidak capek-capek lagi bekerja.” Katanya. Dan aku geram. Mulai aku enduga bahwa itu semua yang terjadi pada kami termasuk tidak adanya pelanggan di tempat kerjaku adalah pekerjaannya yang sengaja membuat kami mendapat masalah besar. Tak bisa tidak, akupun harus menyilakan mereka meninggalkan rumah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 182).

“secara tiba-tiba pemilik rumah menginginkan kami mengosongkan rumah. Padahal masih dua minggu lagi waktu untuk kami tinggal. Dan kami pun berniat untuk melanjutkannya. Tapi aneh dan sungguh di luar dugaan kami. Pemilik rumah itu tak mengiyakan kata kami. Dia pun membari waktu hanya tiga hari untuk mengosongkan rumah.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 199).

4.5.       Masalah meninggalkan kota kelahiran
Meninggalkan kota kelahiran dilakukan Akmal beserta istri dengan harapan mereka dapat membangun rumah tangga kecilnya agar tercipta suatu keluarga yang bahagia, bebas dari gangguan orang-orang yang selalu mempunyai niat jahat kepada keluarganya itu.
“Aku dan Marisa lebih baik meninggalkan jejak kota ini. Kita harus pindah. Sepertinya mereka masih akan menganggu jika masih di sini.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 202).

“Dan perjalanan kurasakan ditaburi oleh bunga-bunga. Seperti bersama-sama kami bersenandungkan dengan lagu cinta. Langit yang   sudah bertabur bintang seperti ikut bernyanyi. Dalam hati kami terbesit doa-doa untuk hari yang indah dipenuhi pelangi.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 205).

Berdasarkan paparan di atas permasalahan yang terjadi pada Akmal sebagai tokoh utama merupakan akibat dari ketidakharmonisan keluarganya, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kedua orang tuanya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan dalam hidupnya, materi tidak begitu dirasanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta” adalah perjuangan hidup  untuk menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang.

5.      TOKOH DAN PENOKOHAN
Tokoh adalah orang-orang yang ditmpilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan.
5.1.  Jenis Tokoh
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan protagonis.
5.1.1.      Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini dlihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro,1998: 176).
Berdasarkan pendapat di atas di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta karya Chaerul Al-Attar adalah Akmal, Marisa, dan si Gendut, karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam menggerakan konflik cerita.
Dibandingkan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta ini lebih banya. Beberapa di antaranya bernama Firman, Dirman, Kandil, Demita, Mbak Retno, Pak Kusman, Kak Ramla, Bu Ratna, Arianti, Kak Mira, Lestari, ayah Akmal, dan ibu Akmal.
a.    Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh protagonis menjadi pusat sorotan dalam cerita.
Dalam penentuan tokoh protagonis di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta ini lebih menyebut Akmal, Marisa, Bu Ratna, Firman, dan Bang Samin. Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh-tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh terhadap masalah-masalah yang dihadapi serta tokoh ini hadir dari awal sampai akhir cerita dan mempengruhi jalan cerita.
b.   Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah si Gendut karena ia sering beroposisi dengan Akmal.

5.2.            Jenis Watak
Forster (1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak bulat, datar atau sederhana. Kedua jenis watak terdapat dalam satu peristiwa di bawah ini.
5.2.1.      Tokoh Berwatak Bulat dan Datar
Nurgiyantoro (1998:183) mengatakan tokoh bulat atau kompleks sebagai tokoh yang memiliki dan disebut berbagai kemungkinan sisi hidupnya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Abrams (1981:20-21) bahwa tokoh bulat atau tokoh kompleks  dikatakan lebih mempunyai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena disamping sebagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberi kebutuhan. Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu. (Nurgiyantoro, 1998:182).
5.3.       Teknik pelukisan Tokoh
Dalam novel Pelangi Di Atas Cinta tokoh-tokoh bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.

a.    Akmal
Akmal merupakan seorang anak muda yang sebenarnya mempunyai jiwa penyayang, ia sangat menyayangi kakaknya melebihi sayangnya ia kepada kedua orang tuanya ini dikarenakan orang tuanya tak pernah memberikan kasih sayang yang sebenarnya sangat ia rindukan.
“Gimana kak?” Bagus tidak?” Kak Mira hanya tersenyum melihatku, tapi anggukan kepalanya meyakinkanku bahwa dia senang lukisan dirinya tercipta dari buah tanganku, seorang adik yang menyayanginya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:22).

“Sudah lebih dari cukup. Hanya saja apa yang kalian berikan itu semua sama sekali tak bisa berikan apa yang aku butuhkan. Cinta dan kasih sayang. Meski pun aku hidup di rumah yang besar dan megah ini. Meski aku dilimpahkan dengan harta dan kekayaan papa dan mama tapi sayang... aku sama sekali tidak merasakan bahagia.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:139).
Watak Akmal juga dikatakan sebagai orang yang baik, tidak mudah menyerah, dan pemberani menganggung segala apapun risiko dengan apa yang ia lakukan, ia selalu berani pantang mundur dengan apa yang ia yakini benar. Terlihat saat ia ingin membebaskan Marisa dari pekerjaan hinanya itu.
“Aku membernikan diri dengan segala kemampuan dan kelemahanku. Sehari sebelumnya aku suda ceritakan pada  Firman, dia tidak melarangku. Dari rumah aku pamit pada Pak Kusmo dan Mbak Retno. Mereka hanya mendoakan. Aku tahu dan sadar dengan apa yang aku lakukan. Ini karena cintaku kepada Marisa.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:121).
“Cafe sangat ramai dengan kegiatan seperti biasanya. Kulihat Firman tak menoleh ketika masuk hingga ke ruangan boss cafe. Aku dan Firman sudah berani menanggung segala risiko. Kulihat dua orang anak buah bertubuh tegap dan besar berdiri di belakang boss yang sedang asyik mrokok. Mereka tentu siap melakukan perintah yang keluar dari mulut manusia tak punya hati ini. Aku berusaha tenang dengan memperlihatkan ketidaksenangannya pada kami.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:124).
Dari dialog yang ditampilkan dalam novel Pelangi Di Atas Cinta dapat diketahui bahwa Akmal sangat mencintai istrinya dan mau menerima segala kekurangan yang dimiliki istrinya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan:

            “Aku mencintaimu. Sungguh aku tak main-main.”
            “Tapi Mal, aku bukan perempuan baik-baik.”
            “Tapi perlu tahu kamu siapa. Aku tak pernah memandangmu begitu.”

Marissa hanya memandangku. Sementara aku tak tahu keberanian apa yang merasuk diriku. Aku tulus mencintainya. Dan kami saling memandang. Begitu bergetar hatiku.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:105).
b.   Marisa
Penggambaran bentuk fisik dan penggunaan pakaian memang berhubungan dengan masalah pekerjaan, Marisa merupakan perempuan yang memiliki paras yang cantik, ia selalu mengenakan pakaian yang sangat seksi. Pantaslah kalo ia adalah seorang wanita penghibur yang digandrungi banyak lelaki. Di samping ia memiliki wajah yang cantik, ia pun memiliki tubuh yang ideal. Pantaslah ia menjadi primadona di cafe tempat ia bekerja.
“Beberapa menit kemudian seorang perempuan datang duduk denganku. Aku tak  mengenalnya. Wajahnya sangaat cantik dengan pakaian yang sangat seksi. Seperti seksi.”Dia  hanya sendirian dan nampaknya lagi  mabuk. Dari wajahnya dia sedikit lebih tua dariku. Sambil merokok dia bicara.
Bahasa “kenapa ke sini kalo tidak suka tempat ini?” tanyanya degan bahasa yang sangat tak karuan. Aku tak menjawab malah hanya memandangnya. Sikap dan tingkahnya bisa membangkitkan gairah tap yang melihatnya. Lama melihatku diam, dia malah mengulurkan tangannya. Mungkin begitulah kebiasaannya: berkenlana, kencan dan seterusnya. Anehnya aku tak menolak untuk menjabat tangannya.
“Marisa Aandriani. Maaf, aku seorang wanita penghibur, jika tak ingin berteman tak apa.” Katanya dengan sangat lantang. Aku tak kaget karena sudah kutebak sebelumnya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:52-53).

Marisa merupakan sosok perempuan yang sangat jujur, ia tak  malu-malu untuk menceritakan jati dirinya sebenarnya sebagai seorang wanita penghibur. Ini dapat dilihat ketika ia tengah berkunjung ke rumah Akmal. Ia menceritakan semua masa lalunya yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini kepada Mbak Retno dan pak Kusmo.
“Sekarang aku ingin bapak dan mbak dengar cerita dari Marisa. Dia akan jujur pada kita tentang awal kehidupannya hingga dia menjadi perempuan yang banyak dihinakan oleh kebanyakan orang.” Aku memandang Pak Kusmo.” Kinipun aku berpikir bagaimana akan mengeluarkan Marisa dari dunia yang tak diinginkannya.” Kataku lagi.
“Aku memang begini takdirnya. Sudah begini jalan hidup yang kujalani. Tak bisa aku berari dari kenyataan ini. Aku tak memilikiki kekuatan yang besar untuk melakukannya.” Kata Marisa mengawali ceritanya.”
“Tepatnya pilihan hidup ini teradi tiga tahun yang lalu. Ayah sudah lama meninggal dan ibuku baru beberapa minggu memenuhi panggilanNya. Tidak bisa tidak, kamipun harus hidup dengan kerja sendiri.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 111-112).
Marisa juga mempunya watak setia kepada suaminya, walaupun dia selalu diiming-imingi materi yang berlimpah dari mantan bossnya di cafe. Ia tetap teguh pada pendiriannya. Ia selalu menolaknya bahkan penolakan tersebut dilakukannya dengan sangat keras, akmalpun sebagai suaminya tak menyangka bahwa istrinya tersebt bisa melakukan kan sampai seberani itu. Terjadi saat dialog di bawah ini.
            “Lebih baik aku mati daripada kembali padamu.” Kata Marisa.
            “Kamu tak susah begini kalau kau mau.”
            “Aku ta pernah merasa tersiksa dengan kehidupanku searang ini.” Tanpa kuduga, Maris begit nekad. “Lebih baik sekarang kalian pergi kalu tidak kalian pasti akan menyesal.” Aku kaget ternyata Marisa membawa pisau. Dia menujuk mereka dengan pisau. Dan nampaknya si gemuk itu kehilangan nyali. Dia tahu orang yang nekad bisa berbuat apa saja. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:183).
c.    Si Gemuk
Dari sebutannya sudah dapat kita bayangkan bahwa ia seorang laki-laki yang berbadan gemuk, ia merupakan sosok boss yang kejam, setiap hari dia selalu dikelilingi oleh dua pengawalnya.
“Kulihat dua orang anak buah bertubuh tegap dan besar berdiri di belakang boss yang sedang asyik merokok. Mereka tentu siap melakukan perintah yang keluar dari mulut manusia tak punya hati ini. Aku berusaha tenang dengan memperlihatkan ketidaksenangannya pada kami.”
Malah lebih keras tertawanya. Dia kemudian berbisik pada seorang di belakangnya yang berdiri dari tadi sperti patung. Dia pun keluar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:124).
Watak si gemuk adalah seorang laki-laki yang sombong, ia selalu menganggap semuanya bisa dibeli dengan uangnya.
“Dia tertawa lagi kemudian bicara. Kau serius melakukan ini hanya untuk seorang pelacur?”         
“Akan kubeli dirimu  jika kau mau.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:125).
Si gemuk merupakan sosok yang tidak konsekuen tentang janjinya/ seorang yang sering mengikari janjinya. Apabila ia merasa dirugikan ia takkan bisa menerima kenyataan. Hal ini terlihat ketika ia menginginkan Marisa untuk kembali padanya dengan alasan bisnisnya macet pasca ia ditinggalkan Marisa. Dapat dilihat dari percakapan di bawah ini.
            “Maunya kamu apa?” tanya Bang Samin.
            “Kembalikan Marisa padaku.”
Bukannya kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri segala urusan yang sudah-sudah.” Kataku.
“Tapi akhirnya aku berpikir ternyata aku salah. Bisnisku macet dan setengah-setengah jalannya karena tidak adanya Marisa.(pelangi Di atas Cinta,2011:154).
5.3.1.      Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori ini dikenal dengan istilah teknik analitis merupakan pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku, dan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 1998: 195).
Di dalam novel ini teknik ekspositori yang digunakan pengarang adalah analisis langsung (direct auther analysis). Disebut teknik analisis pengarang secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena pengarang sudah menyebutkannya secara jelas.
Untuk melukiskan bahwa akmal adalah seorang pintar, ulet, dan seorang pelukis yang berbakat, digambarkannya beberapa kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat tokoh itu.
“Aku mendapat alamatmu dari seorang teman. Dia beritahukan tempat kerjamu. Awalnya aku tertarik ketika melihat sebuah lukisan miliknya. Katanya kamu yang melukis. Makanya aku ingin sekali lihat langsung ke sini. Ternyata benar kamu pelukis yang hebat. Sangat mendalami dan menjiwai.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:188).
Penggunaan teknik ini dalam sebuah novel membuat pembaca lebih santai membaca cerita yang dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan keutamaan atau kelebihan teknik ini. Akan tetapi, penggambaran watak tokoh yang secara langsung ini dapat mula menimbulkan kebosanan atau kejengkelan karena pembaca diperlakukan seperti anak kecil yang ditujukan, tanpa dapat berpikir sendiri. Walaupun demikian pada saat-saat tertentu teknik ini dilaukan, di saat penggunaan teknik ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.
5.3.2. Teknik Dramatik
Pelukisan tokoh melalui dramatik adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro,1998:198). Teknik ini mencakup beberapa macam.
Pelukisan Pikiran dan Perasaan (Portroyal of strought stream of thought)
Teknik pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa ada keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam hal ini banyak sifat-sifat kediriannya (Nurgiyantoro, 1998:204)
“Aku berdiri memandangnya. Emosiku naik. Bagaimana bisa aku melakukan ini pada istriku? Tapi darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Pikranku kacau. Dilingkupi oleh asap-asap kecurigaan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:185).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa jalan pikiran Akmal memang kurang tepat, karena ia lebih mementingkan emosinya, ia tidak bisa mengontrol emosinya sehingga tak bisa membicarakan masalahnya dengan kepala dingin yang akhirnya menyebabkan pertengkaran denga istrinya.
Reaksi Tokoh (Reaction to event)
Nurgiyantoro (1998:209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama. Atau tokoh-tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain sebagainya.
“Marissa langsung memelukku. Kurasakkan detak jantungya. Aku tahu dia sangat mencintaiku, begitu juga aku. Masih diam. Terpikirkan oleh kejadian-kejadian dalam hidupku tapi tak pernah ada dalam pikiranku bahwa aku akan meninggalkan Marissa. Tak pernah. Aku akan selalu hidup bersamanya.  Dengan cinta.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:184).
Reaksi Marissa terlihat sangat jelas ketika dua orang suruhan si gemuk datang untuk mengantarkan sebuah bingkisan, sebagai  tanda damai. Namun Marissa tetap saja tak mempedulikannya, ia langsung mendekat ke suaminya untuk mencari ketenangan dan meyakinkan suaminya itu.
Cakapan (Conversation of outher about character)
Teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro, 1998:203).

“Kudengar ada beberapa teman berttanya: apakah kamu diusir dari rumah? Sekarang kamu sudah jarang kuliah, sudah enak rupanya hidupmu dengan seorang.....? janganjangan kamu merasa dunia ini hanya di atas rancang dengan semua keindahan? Mungkin kamu pikir seorang perempuan itu bisa membuatmu kenikmatan surga? Sepertinya kamu memilih perenpuan......itu daripada orang tuamu?”(Pelangi Di Atas Cinta,2011:165).
Kutipan di atas mencerminkan seorang mahasiswa yang  tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang memiliki tingkat intelektual yag tinggi karena ia bergaul dengan seorang wanita penghibur dan sampai-sampai ia menikahinya.
5.4.            Nama Tokoh (The name of charachter)
Stanton menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan watak tokoh (1965:17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam novel Pelangi Di Atas Cinta, teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh yang dianggap lebih tua dan patut dihormati yakni dengan menggunakan kata sapaan: bu, bang, kakak, mbak, dan pak dapat menggambarkan sifat tokoh ini, kata sapaan ini diberikan orang Indonesia untuk menghormati orang yang lebih dewasa atau usianya di atas kita.
6.      LATAR/SETTING
Latar merupakan tempt terjadinya peristiwa dalam di dalam cerita atau lingkungan yang mengelilingi pelaku di dalam cerita (Stanton,1965:18). Abrams (1981:175) menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peritiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan engan Abrams, Nurgiyantoro menyatakab bahwa novel sebagai sebuah dunia imajinasi yang tidak hanya membutuhkan  penghuni beserta permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan  ruang, tempat, dan waktu bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal dengan latar (1988:227).
6.1.             Latar Tempat
Latar tempat menyaran pda lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro,1998:227). Di dalam Pelangi Di Atas Cinta disebutkan secara eksplisit nama tempat peristiwa-peristiwa berlangsung.
Secara garis besar di dalam Pelangi Di Atas Cinta, latar berkisar pada duantempat. Latar pertama, pengarang menyatakan adanya rumah, secara detailnya kamar, ruang makan, dapur, ruang tengah, dan taman. Selain cafe, halte bus, pantai, kampus, kelas, rumah sakit, ruang guru, restaurant, tempat kerja, kontrakan Firman, dan masjid.
Aku duduk di depan kamar menikmati cahaya bulan yang mengenai separuh wajahku. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:6)
Di meja makan hanya aku, Kak Mira dan Mbak Retno. (Pelangi Di Atas Cnta,2011)
Sebuah rumah yang cukup sedehana, yang tak seharsnya ditempati oleh seorang guru. (pelangi Di Atas Cinta,2011:15)
Bis berhenti di sebuah halte kecil. Kami pun turun lalu berjalan menuju suatu kompleks melalui gang kecil. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:15)
Sesampai di sana seperti biasa kulemparkan saja tubuhku di atas ranjang. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:19)
Sore ini aku tengah duduk di taman dengan sebuah lukisan. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:22)
Berselang beberapa menit aku sudah di kamarnya Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:23)
Sekarang coba kamu lihat laut ini, kadang bergelombang kadang teduh. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:26)
Makanya saat masuk kelas aku langsung duduk, di ampingku Dirman yang sudah pastinya mengerti sikapku. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:27)
Hari-hari yang melelahkan, aku harus menghabiskan di rumah sakit. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:33)
Di tempat pemakaman, tempat segala jasad manusia yang telah berpisah dari semua bentuk urusan dunia, tempat di mana kita akan menuju ke sana, aku tengah berdiri dengan sisa-sisa kekuatanku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 39).
Di hari ini, aku ,Kandil, Firman, dan Dirman tengah berada di tepi laut. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 43).
Di halaman rumah nampak sedang menunggu Pak Kusmo. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Setelah dua lampu mera terlewati dengan tingkatan kemacetan yang berbeda, mobil berhenti di sebuah restaurant mewah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Kami pun  meninggalkan Ibu Ratna di depan ruang guru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 50)
Kurang lebih lima menit dalam perjalanannya, akhirnya kami sampai juga. Kami masuk ke dalam cafe. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 52)
Ketika di kampus aku hanya banyak merenung dan duduk sendirian meski tak sedikit teman-teman yang ada di jurusan telah kujabat tangannya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 58)
Makanya aku mampir ke rumah Kandil yang tinggal bersama keluarganya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 65).
Aku pun akhirnya sampai di toko buku milik Bang Samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 66).
“Waaahh.. Nak Akmal. Kok melamunnya di dapur. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 81).
Di kontrakannya Firman kusediakan sebuah unit komputer. (Pelangi Di Atas Cint, 2011: 104)
Kini kami bicara di depan mobil setelah kuparkir di tepi jalan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 105).
Sepuluh menit kemudian, aku sampai di rumahnya ibu Ratna. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 127).
Sore itu, di rumah Bang samin, kami disambut keluarganya dengan wajah yang haru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 130).
Aku berziarah di makam Kak Mira.... (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 135).
Seusai shalat aku dan Firman tertegun di teras masjid. (Pelangi Di Atas  Cinta, 2011: 146)
Kini kai berada dalam sebuah rumah yang tak terdengar kebisingan .(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 191)
Di ruang tengah. Mereka pun bersepakat untuk menggantungnya di ruang tengah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 196).
Di tempat kerja, seperti biasa belum ada pelanggan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 196).
6.2.  Latar Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998:230) berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar waktu yang digunakan di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta berikut ini:
            Malam begitu menguasai bumi. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 6)
Kulihat jam tanganku. Pukul 21.30. ayah dan ibu belum juga pulang. Pelangi Di Atas Cinta,2011: 9).
Bukan hanya pada malam ini tapi dari malam sebelumnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 10).
Pagi yang biasa untuk mengawali hari. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 10).
Al, pagi-pagi akan bersarapan teori Einstein. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 11)
Selepas pulang sekolah aku dan Dirman akan melakukan rencana tadi pagi setelah memberitahukan kepada Kandil dan Firman kalau kami batal ke toko  buku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 15).
Seusai makan malam yang bagiku tak punya kesan sama sekali itu, membuatku harus cepat melangkah ke kamar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 19).
Malam semakin larut. Aku dan Kak Mira tak akan berharap lagi akan sosok kedua orang tua yang akan mengusap kepala sebelum tidur. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 20).
Malam telah memgang ubun kepala. Aku sudah hilang hampir semua di alam mimpi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 21).
Seminggu setelah kejadian yang menambah kegoyangan hatiku. Kini aku sudah bisa kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 22).
Sore ini aku tengah duduk di taman dengan sebuah lukisan yang setengah jadi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 22).
Lama aku memandang lukisan yang masih basah dengan cat berwarna. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 23).
 Berselang beberapa menit aku sudah di kamarnya Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 23).
Sore yang tak ada pelangi, memaksa aku harus melakukan perpanjangan khayalan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Benar ibuku, wanita yang merelakanku beberapa tahun lalu lahir dan menangis di rahimnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Tak beberapa lama terdengar lagi suara ketukan untuk yang kedua kalinya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Sore ini berwajah cerah. Kami pun melaju dengan mobil hitam. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 25).
Sekarang coba kamu lihat laut ini, kadang bergelombang kadang teduh. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 26).
Tak kusadari waktu telah bergulir meninggalkan detik dan menit. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 26).
Saat bel berbunyi, aku tertatih pelan masuk kelas. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 27).
Setelah melakukan beberapa hal yang selalu menjadi kebiasannya, diapun mulai berceloteh tentang bahasa Inggris. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 27).
Dua kali empat puluh lima menit telah selesai. Pak Rahan berbeda kali ini, dia tak memberikan tugas rumah lagi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 27).
Setelah pelajaran bahasa Inggris, kini kami harus mempelajari ilmu yang harus ditekuni Albert Einstein, Fisika. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
Sebulan kemudian, ... aku dan Kak Mira tengah di meja makan. Makan malam kali ini ada yang berbeda. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
Belum ada lima menit Kak Mira sudah ada di kamar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 29).
Tiga hari setelah Kak Mira menceritakan hal yang selama ini menjadi rahasia yng tak pernah aku tahu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 31).
Setelah diam menghinggapi kami beberapa menit, Mbak Retnoo pun menceritakan semuanya tentang Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 32).
Hari yang mengundang semua rasa haru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 33).
Sudah lebih dari dua minggu dia terbaring di rumah sakit. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 33).
Tinggal dua minggu lagi aku akan menghadapi UAN, tapi persiapanku sama sekali belum maksimal. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 33).
Hari ini aku hanya sendirian lagi menemani Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 34).
Hari yang tak pernah beri aku ruang untuk tertawa riang, kini seperti tengah berusaha mencekik dengan sebuah derita yang begitu panjang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 34).
Sore yang mengundang malaikat maut datang berjabat. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 36).
Hari ini hari terakhir, semua anak kelas ujian bisa bernafas lega terbebas dari ujian. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 36).
Dua hari setelah pemakaman Kak Mira. Rumah kurasakan seperti sebuah penjara yang hanya aku sendiri di dalamnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 41).
Pagi itu, hari minggu tanpa ada  kegiatan, ibu masuk ke kamarku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 41).
Setelah beberapa hari menjalani hidup tanpa ada seorang kakak, aku mulai bisa melihat kenyataan dengan sesungguhnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 43).
Seminggu lagi pengumuman hasil ujian akhir. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 43).
Dan hari ini, aku, Kandil, Firman, dan Dirman, tengah berada  di tepi laut. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 43).
Dua minggu setelah kepergian Kak Mira, kini rumah menjadi sangat sepi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 45).
Malam ini pun begitu, bahkan nampak tidak seperti biasanya, keduanya ada di rumah sebelum magrhrib. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 45).
Sesudah waktu isya melambai, ibu masuk ke kamarku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
“Mal, malam ini papa ajak makan malam di luar. Kamu mau ikut kan dengan kita?” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Setelah dua lampu mera terlewati dengan tingkatan kemacetan yang berbeda, mobil berhenti di sebuah restaurant mewah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Setelah beberapa menit ayahku memesan menu makan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Ketika selesai makan malam yang tanpa kesan indah sedikit pun itu, kami langsung pulang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Sehari lagi pengumuman UAN, anehnya aku sama sekali tak memikirkan hal tersebut dengan sebutan kekhawatiran. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 47).
Hanya Mbak Retno yang sibuk dengan pekerjaan yang mungkin sudah sepuluh tahun lebih ia lakukan dengan ikhlas. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 51).
Suatu malam di meja makan. Aku, ayah, dan ibu berada di tepi meja. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 51).
Setengah jam lewat dari jam delapan aku masih diam di tempat tidur. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 51).
Beberapa menit kemudian seorang perempuan datang duduk denganku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 52).
Beberapa menit kemudian ada SMS dari Kandiil. Dengan sangat tenang aku membacanya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 53).
Pagi harinya ketika mentari telah tersenyum sempurna di ufuk timur.(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 54).
Sudah lewat beberapa senja dengan berbagai warna hari yang bisa tergambar dengan benar dalam retina hidupku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 57).
Hari ini aku ke kampus  setelah OSPEK telah berakhir dua hari yang lalu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 57).
Sepulang dari kampus kami bertemu Kandil. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 60).
Suatu malam aku baru pulangdari mengantar Firman. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 62).
Sore hari sesudah ashar aku dari rumah ingin ke rumahnya Kandil. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 65).
Dua hari berselang aku ingin menuangkan hasil pikiran dan imajinasiku dalam lukisan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 70).
Malam begitu tenang. Seakan-akan aku hanyalah seorang yang hidup di dunia ini. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 72).
Suatu siang aku penuh dengan pikiran yang tak menentu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 77).
Siang ini perpustakaan nampak sepi dari pengunjung. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 77).
Seminggu setelah meninggalnya Kandil. (pelangi Di Ata Cinta,2011: 79).
Sekarang senja sudah di depan mata, yang terjadi adalah yang menjadi potongan kenyataan yang tak bisa lagi diubah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 79).
Tak terasa sudah setahun setengah aku berada di sebuah lembaga intelektual: kampus. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 83).
Seminggu berselang aku ke cafe yang pernah aku dan Kandil kunjungi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 87).
Sudah tengah malam rupanya tapi aku belum mau pulang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 87).
Senja sudah tiba dengan warnanya. Aku tak sedang di luar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 95).
Dan setengah jam kemudian  aku baru bernafas lega seperti tersenyum pada langit sore. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 95).
Lima belas menit kemudian aku sampai di kontrakannya Firman. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 97).
Setelah shalat Magrib baru kudapati balasan dari Firman. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 98).
Beberapa menit kemudian,rumah nampak sangat sepi dengan segala keheningan di semua penjuru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 99).
Pukul 22.00, aku meninggalkan rumah dengan diam-diam. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 100).
Kuingat kata Marisa seminggu yang lalu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 104).
Hampir sebulan lebih aku jarang masuk kuliah padahal aku sudah tidak semester satu lagi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 108).
Bebrapa bulan kemudian  setelah adikku ujian semester genap suatu masalah datang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 112).
Tepat jam sebelas malam lewat seperempat aku kembali ke rumah sakit. (Pelangi Di atas Cinta, 2011: 113).
Dan malam itu akupun harus menjadi perempuan yang tidak merasakan memiliki tubuh secar utuh. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 114).
Malam yang begitu menegangkan .... (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 121).
Tak lama kemudian kami pun langusng membawa adik Marisa, Arianti. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 122)
Sekarang apa yang bisa aku bantu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 123).
Tiga hari setelah Marisa kukeluaran dari dunia mengambil hak hidupnya sebagai seorang manusia dan perempuan. (Pelangi Di Atas cinta, 2011: 126).
Dan tepat sore ini sepulang dari kampus, aku dan Firman ingin ke kontrakannya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 127)
Sepuluh menit kemudian, aku sampai di rumahnya ibu Ratna. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 127).
Sore itu, di rumah Bang samin, kami disambut keluarganya dengan wajah yang haru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 130).
Tepat jam sembilan kami menghentikan aktifitas menulis. (Pelangi di atas Cinta, 2011: 131)
Sore yang nampaknya begitu tenang. Aku tengah berada di tengah kuburan. Ashar sudah lewat beberapa puluh menit. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 135).
Dan mulai hari ini akupun memandang hidup dengan yakin bahwa semuanya akan bergulir. (Pelangi Di Atas cinta, 2011: 141).
Keesokan harinya aku dan Firman ke ruah Bang Samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 141).

Kamipun menyepakati akan dilangsungkan penikahanku dengan Marisa minggu depan. Hari Jumat sesudah Ashar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 144).

Seusai shalat aku dan Firman tertegun di teras masjid. (Pelangi Di Atas  Cinta, 2011: 146).

Tak dirasa sudah dua jam berlalu. Tak lama lagi Ashar. (Pelangi di Atas Cinta, 2011: 148).

Sehari berselang aku mulai membenhi diriku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 150).

Aku dan Marisa akan menikah hari Jumat depan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 151).

Hari yang kuanggap paling bersejarah dalam hidupku. Sebah babakan baru dalam hidup kini tertapaki. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 157).

Sore sesudah Ashar, rumah Bang Samin nampak ramai. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 157).

Tepat jam lima sore berlangsung akad nikah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 158).

Beberapa menit kemudian wali hakim mohon diri. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 159).

Keesokan harinya sesudah isya, aku datang ke rumah bang samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 162).

Dua hari berselang ketika aku dan Marisa dalam bahtera rumah tangga. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 164).

Hingga hari ini tak pernah kuceritakan pada istriku, Marisa. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 165).

Hingga sore hari aku pun menepati janjiku ke kuburan Kak Mira. (Pelangi Di atas Cinta, 2011: 166).

Tiga minggu telah berlalu. Banyak cerita yang terlewati. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 167).

Selesai Zhuhur aku kembali ke rumah dan kembali ke tempat kerja bersama Marissa. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 170).

Selesai shalat aku memberitahukan Marisa bahwa kami akan ke pantai. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 172).

Beberapa hari ini kamu terlihat termenung sendiri. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 174).

Kebetulan sore itu ayah dan ibu ada di rumah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 175).

Hampir tiga minggu aku bekerja di siang hari dengan melukis di malam harinya aku menulis. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 178).

Selasa Maghrib aku dan Marissa kembali ke rumah kami, (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 181).

Pagi hari yang tak ada kebisingan..... (Pelangi Di Atas Cinta, 2011, 181).

Berlalu saja waktu dengan segala cerita yang kebanyakan tak selalu menjadi angin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 184).

Hari ini, aku kembali bekerja di tempat kerja. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 184).

Beberapa menit kemudian datang Firman. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 186).

Hari ini aku ke tempat kerja. (Pelangi Di Ata Cinta, 2011: 187).

Hari yang nampaknya akan tenang.... (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 191).

“Sayang, sudah Subuh. Bangun.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 193).

Duahari berselang aku dan Marissa mengntar Arianti pulang ke rumah Bang Samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 194).

Sebelum jam sepuluh aku dan Marisa kembali ke rumah. Keheningan dan ketenangan rumah sudah menyambut. Keesokan harinya, kami kedatangan tamu yang sudah tak asing lagi wajahnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 196).

Waktu terus bergulir meninggalkan tempat berdiriku, dimana aku sedang memandang ke depan melihat hari sok lalu menengok kembali ke belakang untuk merenungkan sema yang telah terjadi dalam lembaran kenanganku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 198).

Secara tiba-tiba pemilik rumah menginginkan kami mengosongkan rumah.padahal masih  dua minggu lagi waktu untuk kami tinggal. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 199).

Hari ini, tiba-tiba di tempat kerja ada kejadian yang juga tak pernah kuduga. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 201).

Sesudah Magrib aku ke rumahnya Bang Samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 202).

Dua hari berselang segala persiapan sudah mantap. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204).

6.3.            Latar Sosial
Nurgiyantoro (1998:233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial suatu tempat, yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong laar spritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial yang diceritakan di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah masyarakat metropolitan, sebuah masyarakat yng berada di ibu kota. Di dalam novel ini dijumpai nama panggilan Bang, yang merupakan sebutan atau kata sapaan kepada seorang lelaki yang dianggap lebih tua pada masyarakat betawi.
Dibandingkan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini. Kebiasaan dan realita kehidupan yang ada di dalam kehidupan masyarakat daerah metropolitan diolah sedemikian rupa sehingga pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang lika-liku kehidupan kota besar yang terlihat begitu gemerlap, namun menyimpan berjuta kegelapan hidup.
Latar sosial dalam novel Pelangi Di Atas Cinta antara lain:
a.    Seorang Anak Pengusaha
Seorang anal pengusaha ada dalam tokoh akmal. Akmal adalah seorang anak yang terlahir dari orang tua yang dua-duanya merupakan seoang pembisnis yang sangat sibuk dan tak pernah sempat memberikan kasih sayang untuknya.
“Ayah ibuku yang selalu tak pernah tinggal di rumah secara penuh dalam sehari membuat rumah seperti sebuah tahanan.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 6).

b.   Seorang Wanita Penghibur
Seorang wanita penghibur ada dalam tokoh Marissa. Marissa merupakan wanita penghibur, ia bekerja di sebuah cafe.
“Marissa Andriani. Maaf, aku seorang wanita penghibur, jika tak ingin berteman tak apa.” Katanya dengan sangat lantang. Aku tak kaget karena sudah kutebak sebelumnya.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 53).

c.    Seorang Guru
Seorang guru ada dalam tokoh Ibu Ratna. Guru merupakan pengganti orang tua di sekolah, di sinilah Akmal menemukan sosok seorang ibu yang sebenarnya, ia sangat memperhatikan anak didiknya dengan tulus dan penuh perhatian walaupun dengan kelemahannya itu.
“Karena ibu Ratna adalah salah satu guru di sekolahku yang sangat sederhana. Ke sekolah ia hanya naik angkot, pegawai dengan gai yang sangat standar itu membuat ibu Ratna harus menggunakan beberapa rumus matematika untuk dijadikan perhitungan kebutuhan hidupnya.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 13).

“Tanpa disadarinya ibu Ratna telah berusaha mengikis secara perlahan image dan pandangan masyarakat secara umum tentang sosok seorang perempuan. Aku pun sadar, ternyata perempuan tak selemah-lemah apa yang selalu dibilang karena dalam dirinya juga terdapat kekuatan yang besar”. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 17).

d.   Seorang Pemilik Toko Buku
Seorang pemilik toko buku ada dalam tokoh Bang Samin. Bang Samin adalah bos Firman yang berpengetahuan luas, dan telah dianggap sebagai keluarga oleh Akmal.
“Ternyata tempat ia bekerja dimiliki oleh seorang lelaki yang sangat baik dengan pengetahuannya yang cukup luas. Buku-buku yang dijualnya kebanyakan berbau agama. Pemilik toko buku itu katanya memiliki keluarga yang sangat harmonis. Seorang istri dan seorang anak perempuab. Firman yang ternyata sudah begitu dekat dengannya biasa memanggilnya Bang Samin.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 62).

e.    Seorang Pengusaha Sukses
Seorang pengusaha sukses ada dalam tokoh ayah dan ibu Akmal. Mereka merupakan salah seorang pembisnis hebat, ia banyak menanam saham di berbagai perusahaan.
“Ternyat aku salah, ini bukan makan malam keluarga tapi ini adalah sebuah formalitas untuk negosiasi bisnis dan sudah pasti aku sangat kecewa dengan hal tersebut.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).

f.     Seorang Bos Cafe
Seorang boss cafe ada dalam tokoh si Gemuk. Ia merupakan boss sebuah cafe tempat Marissa bekerja.
Kulihat Firman tak banyak menoleh ketika kami masuk hingga ke ruangan boss cafe. Aku dan Firman sudah berani menangung segala resiko. Kulihat dua orang anak bertubuh tegap dan besar bersiri  di beakang boss yang sedang asyik merokok. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 124).
      
g.      Seorang mahasiswa
Seorang mahasiswa ada pada tokoh Firman. Ia merupakan seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta yang merupakan teman satu kampus dan satu jurusan dengan Akmal.    
Sementara Firman satu jurusan denganku. Aku memutuskan ambil Sastra daripada jurusan exact. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 58).

Dari uraian di atas, diketahui bagaimana latar sosial yang melingkupi masyarakat metropolitan pada novel Pelangi Di Atas Cinta. Latar ini dapat menjelaskan berbagai aspek yang mempengaruhi masyarakat tersebut dalam bertindak dan mereaksi sesuatu yang mereka temui sehari-hari, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Latar sosial ini menjelaskan pula kebiasaan masyarakat metropolitan dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan gemerlapan dunia.
7.      SARANA SASTRA
Stanton (1965:23) menyatakan sarana sastra sebagai cara pengarang untuk menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya yang bermakna. Tujuan sarana sastra adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang pengarang, melihat arti fakta cerita sehingga dapat bertukar pendapat tentng pengalaman yang terlukiskan . pembahasan mengenai sarana sastra meliputi judul, pusat pengisahan, gaya bahasa, nada dan ironi. Di bawah ini keempat sarana sastra itu dibahas satu persatu.
7.1. Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab buku yang dapat menyiratkan scara pendek isi buku atau bab itu (Depdiknas, 2007: 479). Judul biasanya mengacu pada sejumlah elemen struktural fiksi cerita lainnya seperti mengacu kepada latar, konflik, tokoh, simbol cerita, akhir cerita, dan sebagainya.
Menurut Stanton (1965:25) judul suatu cerita biasanya memberikan gambaran akan makna suatu cerita. Oleh karena itu, hubungan judul itu sendiri terhadap keseluruhan cerita dapat dideskripsikan sebagai berikut: sebagai pembangun cerita, berkaitan dengan teknik penyelesaian, berkaitan dengan latar dan waktu, sebagai titik tolak konflik antarpelaku, judul sering dinyatakan dalam bentuk kiasan atau simbol, judul sering dinyatakan dalam pepatah, dan judul mrujuk suasana.
Judul Pelangi Di Atas Cinta karya Cherul Al-Attar berkaitan dengan konflik. Istilah “konflik” menunjuk pada kejadian-kejadian apa saja yang muncul dalam cerita. Konflik-konflik ini dijelaskan secara runtut dan tidak monoton sehingga menimbulkan kesan yang tidak membosankan, pembaca ingin terus menikmati alur demi alur cerita ini.
Dalam judul Pelangi Di Atas Cinta mengandung makna kiasan yakni kata “pelangi” apabila kita tafsirkan secara umum pelangi merupakan suatu fenomena alam yang sangat indah yang terjadi akibat pembiasan sinar matahari sehingga timbul lengkungan di langit dengan berbagai warna yang indah, yakni mejikuhibiniu (berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu). Namun maksud dalam judul ini bukan demikian, pelangi merupakan kiasan dari warna-warni kehidupan atau lika-liku kehidupan yang dialami tokoh utama untuk menuju kebahagiaan hidupnya mencari cinta dan kasih sayang sejati.
7.2. Pusat Pengisahan
Di dalam sebuah cerita, pengarang memilih posisi atau hubungan dengan peristiwa atau tokoh yang diceritakannya, apakah secara emosional pengarang ikut terlibat atau tidak. Posisi yang merupakan dasar berpijak untuk melihat peristiwa dalam cerita itulah yang disebut sudut pandang (point of View) (Stanton, 1965:26).
Adapun Abrams (1981:142) menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara yang dipergunakan pengarang sarana untuk menyajikan tokoh, tindaan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fisik pada pembaca.
Pengarang menggunakan pusat pengisahan persona ketiga atas Warren da Wallek (1989:142) menyebutnya sebagai metode naratif yang salah satu cirinya adalah pengarang menggunakan persona ketiga mahatahu di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta. Pengarang menjadi narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama gantinya ia, dia, dan mereka (Nurgiyantoro, 1998:256). Di dalam  teknik ini nama-nama tokoh sering disebut, terutama tokoh utamanya.
Pusat pengisahan persona ketiga, oleh Wellek dan Wareen dibagi atas dua jenis, yaitu metode romantic-ironik dan metode objektif. Metode romantic-ironik memungkinkan pengarang mengetahui segala macam hal mengenai peristiwadan tokoh, juga diperbolehkan mengomentari peristiwa dan menaishati tokoh-tokoh dalm cerita.
Adapun metode objektif mempunyai ciri, tidak hadirnya pengarang yang mahatahu dn berlakunya sudut pandang yang terkontrol. Pengarag menceritakan dengan menjelaskan semu proses yang dialami tokoh dengan tidak memberitahu apa yang akan terjadi kemudian. Dengan batasan bahwa di dalam metode ini tidak diperkenalkan hadirnya pengarang yang mahatahu.
Novel Pelangi Di Atas Cinta dianggap menggunakan metode naratif drngan sudut pandang orang ketiga mahatahu, dengan mengombinasikan metode dramatic-ironik dengan metode objektif. Pengombinasian ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran dan perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut sehingga sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidakdiganggu dengan berbagai komentar atau nasihat pengarang.
“Aku duduk di depan kamar menikmati cahaya bulan yang mengenai separuh wajahku. Sejenak aku berusaha menenangkan pikiran dari banyaknya tugas sekolah yang dihadapkan padaku. Kebetulan kamarku berada di lantai dua, yang salah satu pintunya berhadapan dengan ruang terbuka sehingga aku bebas melepas kegundahanku. Sesekali aku berlarikembali ke masa kecilku membayangkan separu hidup yang sangat berbeda dengan sebagian besar anak-anak lainnya. (Pelangi Di Atas cinta, 2011: 6).
“Aku dengan segera mengambil selembar kertas putih yang ingin kusobek tadi. Dan akhirnya akupun melakukannya sebelum membacanya. Kemarahan menyelimutiku hingga merasu ke dalam tiap denyutku. Aku seperti ingin mencekik. Kak Mira hanya terdiam menikmati makanan di depannya, roti tawar plus keju dengan suasana yang kering tanpa sebuah kebersamaan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 10).
7.3. Gaya Bahasa dan Nada
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperihatinkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 1990:113).
Menurut Nurgiyantoro, (2005:296) pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika. Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayaan bahasa, yang maknanya tidak menunjukkan makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada yang ditambahkan, makna yang tersirat.
Penggunaan gaya bahasa di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta dapat dibagi atas gaya bahasa khusus.

7.3.1. Gaya Bahasa Umum
Yang dimaksud dengan gaya bahasa umum adalah gaya bahasa yang dapat dikategorikan pada gaya bahasa yang sudah sering digunakan oleh pengarang lain, gaya bahasa yang biasa digunakan tersebut dapat dibagi atas dua macam, yaitu bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
7.3.1.1 Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa ini merupakan peyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 1990:129) atau oleh Altenbernd (1970:22) disebut sebagai kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Gaya bahasa ini dibuat pengarang untuk menarik perhatian dan pikiran sehingga pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan pengarang. Gaya bahasa retoris yang dipergunakan di dalam Pelangi Di Atas Cinta adalah sebagai berikut:
a.    Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pertanyaan yang berlebihlebihan terhadap suatu hal atau keadaan. Penggunaaan gaya bahasa ini memberikan kesan menyatakan intensitas, dan juga ekspresivitas terhadap hal dan keadaan (Pradopo, 1990:98).
“Aku masih terus menelusuri jejak yang tak pernah habis dan selalu bertanya pada dinding kehidupan yang membisu kenapa diri yang semungil ini harus  terlipat lebih cepat di penderitaan yang memakan habis seluruh energi hidupku.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 35).
      
            “Aku sungguh dalam sebuah kerapuhan yang mahahebat, tak kuasa diri ini melangkah atau berharap bangun apalagi berlari.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 37).

“Akupun menjadi seorang adik yang tak pedulikan lagi pada keadaan, tangisku pecah di ruangan ini.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 37).

“Hawa dingin malam akhirnya mampu mengalahkanku.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 47).

“Aku kejatuhan bongkahan kenyataan yang dipenuhi duri.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 73).

“Namun jiwa yang terbungkus oleh selimutan kesabaran dan mantel keteguhan akan selalu menatap hidup dengan tegar tanpa merasa ingin digoyahkan.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 83).

Memakan habis seluruh energi hidupku, kerapuhan yang mahahebat, tangisku pecah, hawa dingin mengalahkanku, kejatuhan bongkahan kenyataan yang dipenuhi duri, selimutan kesabarab dan mantel kehidupan adalah contoh-contoh hiperbola di novel Pelangi Di Atas Cinta . Pengunaan hiperbola di dalam kalimat-kalimat ini mengandung pengertiann yang menyangatkan sehingga menimbulkan suasana menegangkan.
4.3.1.2 Bahasa Kiasan
Menurut Keraf, bahasa kiasan adalah bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang telah membentuknya. (Nurgiyantoro, 2008: 298).
Menurut (Pradopo, 1990: 61-62), bahasa kiasan dibentuk dengan mengiaskan atau mempersamakan suatu hal yang lain. Berfungsi untuk menarik perhatian, menimbulkan kesegaran hidup dan terutama menimbulkan kejelasan gambar.
a.    Simile
Menurut Nurgiyantoro (2005:298), Simile menyarankan pada adanya perbandingan yang langsung dan eksplisit, dengan mempergunakan penanda keeksplisitan seperti: seperti, bagaikan, sebagai, laksana, mirip, dan sebagainya. Fungsi dari simile adalah dapat memahami dengan baik lewat konteks wacana bersangkutan.
 “Aku kaget seperti menelan tulang ikan , nafas seakan berhenti di dada.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 30).

“Wajahku sangat kacau, apalagi perasaan dan pikiran. Seperti kehujanan di tengah hutan.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 33).
“Suara Kak Mira seperti sebuah petikan gitar yang begitu halus dengan nada-nada kesedihan tanpa batas.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 37).
Di dalam novel ini, contoh simile digunakan adalah mempersamakan kekagetan dengan menelan tulang ikan, kekacauan pikiran dan perasaan dengan kehujan di tengah hutan,dan  suara dengan petikan gitar yang begitu halus. Dari simile tersebut merupakan gambaran kehidupan Akmal.
7.3.1.3. Penggunaan Kata Asing
Dalam novel ini ditemukan beberapa kata-kata asing yang sering digunakan oleh Chaerul Al-Attar. Bahasa atau kata-kata asing yang ditemui berasal dari bahasa Inggris.
“Aku kembali mengubah planning yang sudah kubuat tadi siang yakni pergi ke toko buku bersama Dirman. (Pelangi Di atas Cinta, 2011: 15).
Up to you. Tapi bagaimana dengan Firman dan Kandil?” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:15).
“Tanpa disadarinya ibu Ratna telah berusaha mengikis secara perlahan image dan pandangan masyarakat secara umum entang sosok seorang perempuan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 17).
“Tapi bagiku, setidaknya bisa membawaku jauh dari pikiran tentang konsep broken home yang melanda keluargaku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
“Mungkin untuk anak remaja yang punya background hdup seperti ini akan merasakan sekolah dan rumah seperti tempat pengalihan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
“Aduuuh, Dil, Sorry banget nih. Lagi banyak tugas. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 61).
“But, lain kali jangan begini.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 89).
Pengertian planning (rencana), up to you (terserah Anda), image (anggapan), broken home (tidak harmonis), background (latar belakang), sorry (maaf).
Penggunaan bahasa asing ini memberikan kesan menarik bagi pembaca novel walaupun kata asing yang digunakan sudah akrab sekali di telinga pembaca, sebab kata-kata yang digunakan merupakan kata-kata yang sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, namun penggunaan  kata-kata ini menjadikan suasana lebih indah dan mendukung latar masyarakat metropolitan.
7.4. Nada dan Ironi Verbal
Nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca karyanya. Suasana dapat berkisar pada suasana yang religius, romantis, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, dan sebagainya.
Menurut Kenny, nada merupakan ekspresi sika-sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan terhadap pembaca. Stile adalah sarana, sedangkan nada adalah tujuan. Salah satu kontribusi penting dari stile adalah untuk membangkitkan nada (Nurgiyantoro, 2005: 283-285).
Ironi diartikan sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Menurut Stanton (1965:34), membagi ironi yang ada di dalam karya sastra menjadi dua macam, yaitu ironi dramatik (dramatic irony) dan nada ironis.
7.4.1. Ironi Dramatis
Menurut Stanton (1965:45), ironi dramatis atau yang sering dikenal pula sebagai ironi situasi secara mendasar tergantung pada pertentangan yang sangat kontras antara penampilan dan kenyataan, antara perhatian tokoh dengan apa yang nyata-nyata terjadi. Seringkali unsur-unsur yang dikontraskan itu dihubungkan secara logis atau sebagai hubungan sebab akibat.
            Dalam novel Pelangi Di Atas Cinta, ironi jenis ini terdapat pada saat Marissa memberikan sejumlah uang yang cukup banyak kepada suaminya Akmal, Akmal marah karena ia berfikir uang tersebut didapat dari hasil kerja Marissa. Padahal uang tersebut sesungguhnya hasil keringat Akmal atas hasil penjualan lukisan karyanya, selang beberapa hari akmal mengetahui hal tersebut diketahui Akmal atas informasi yang ia peroleh dari salah satu pelanggannya, dan akhirnya akmal meminta maaf kepada istrinya, karena ia telah berfikir yang bukan-bukan kepada istrinya.
7.4.2. Nada Ironi atau Verbal
Menurut Stanton (1965:46), nada verbal muncul ketika seseorang menyampaikan maksudnya dengan mengatakan sebaliknya. Nada iromis diucapkan

8.      HUBUNGAN ANTARUNSURDALAM CERITA
Pada bab-bab sebelumnya, penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu sama lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih detail. Akan tetapi, penelitian unsur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti dengan penelitian hubungan antar unsur novel, karena sesunggguhnya unsur-unsur novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain.
Di dalam bab ini, keterkaitan atau hubungan antarunsur di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta ini dibahas satu persatu, yaitu hubungan tema dengan plot, tema dengan tokoh dan penokohan, plot dengan latar, dan juga penokohan dengan latar.
8.1.            Hubungan Tema dengan Plot
Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat (plot). Adanya peristiwa sebab-akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat dilihat melalui konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema novel Pelangi Di Atas Cinta adalah perjuangan hidup  untuk menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang, pengarang membuat cerita mengenai seorang tokoh yang butuh perhatian dari keluarga terkasih, namun tak pernah ia rasakan. Dari hal tersebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta.
Konflik di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta berawal dari meninggalnya Kak Mira yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang memberikan kasih sayang tulus dan perhatian kepada Akmal, Akmal bisa tinggal di rumah karena keberadaan kakaknya itu yang senantiasa mengayominya. Setelah meninggalnya Kak Mira Akmal serasa ia telah hidup sendiri, tak ada cinta dalam hidupnya. Hal ini mengakibatkan konflik berkelanjutan yakni gaya hidup Akmal yang tak karuan, hubungannya dengan seorang wanita penghibur yang mengakibatkan ia sampai diusir dan tak dianggap lagi statusnya sebagai  seorang anak oleh orang tuanya. Tidak hanya itu, berbagai konflik pun ia hadapi pasca pernikahannya cobaan bertubi-tubi melanda rumah tangganya yang baru berumur jagung sehingga mengakibatkan Akmal beserta istri rela untuk meninggalkan kota kelahiran demi kedamaian mereka membangun sebuah rumah tangga.
8.2.            Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan
Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan gagasan berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembaw gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama, sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005:74), tokoh-tokoh utama dilugasi menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
Tema perjuangan hidup untuk menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang. Dari tema tersebut Akmal, Akmal digambarkan sebagai seorang yang pemberani dan tidak pantang menyerah atas keyakinan yang dimilikinya. Perjuangannya mencari cinta sejati begitu sulit, banyak rintangan yang ia hadapi, hingga ia dicemooh orang dan sampai diusir dan takdiakui lagi statusnya sebagai seorang anak oleh keluarganya. Namun, hal tersebut tidak membuat ia goyah, ia tetap berkeyakinan bahwa kebahagian dan cintanya itu ada pada diri Marisa, sehingga apapun yang terjadi ia tetap teguh pada cintanya itu.
8.3.  Hubungan Tema dengan Latar
Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan “aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi pemilihan tema. Sebaliknya, tema yang dipilih akan menuntun latar yang sesuai dan mampu mendukung (Nurgiyantoro, 2005: 75).
Seperti disebut dalam tema novel ini, yaitu perjuangan hidup untuk menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang yang menimbulkan beberapa kontra dari berbagai pihak, mengakibatkan adanya konflik yang berkepanjangan. Latar novel ini adalah masyarakat metropolitan, tempat di mana terdapat gemerlapan dunia, yakni cafe atau klub, hotel berbintang, rumah mewah. Selain latar di atas, latar soial sosial yang berupa jabatan, status sosial dalam masyarakat, perilau, dan lain sebagainya juga dapat mendukung tema yang diangkat. Sementara latar waktu di dalam novel ini juga tidak kalah pentingnya seperti latar yang lainnya.
Jika dilihat dari kata “perjuangan” sudah tentu identik dengan usaha memperjuangkan cinta dan kasih sayang. Latar tempat dalam novel Pelangi Di Atas Cinta yaitu lingkungan metropolitan di mana mengharuskan orang berusaha keras untuk dapat bertahan hidup membiayai hidupnya. Sehingga cinta, kasih sayang, dan perhatian sulit sekali didapat, bahkan dari orang terdekat. Di dasari oleh latar tempat dan sosial yang melingkupi mereka, latar yang ada membuat mereka menjadi seorang yang penuh dengan ego tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain. Dari latar belakang tersebut muncul pemberontakan pada diri pelaku utama untuk bangkit menemukan cinta dan kasih sayangnya.

8.4.  Hubungan Alur dengan Latar
Plot merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latar adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadikan tokoh melakukan dan dikenai kejaidan.
Novel Pelangi Di Atas Cinta  yang sudah desebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar belakang orang berkelas sosial tinggi dan rendah yang hidup di wilayah metropolitan. Di dalam novel tersebut dilukiskan begitu kejamnya ibu kota.
Berawal dari meninggalnya Kak Mira yang menggoreskan kekecewaan di hati Akmal atas sikap orang tuanya yang acuh, sejak saat itu konflik muali muncul antara Akmal dan kedua orang tuanya. Akmal kemudian diusir dari rumah dan tak dianggap lagi statusnya sebagai seorang anak. Setelah itu ia menkahi seorang wanita penghibur bernama Marisa yang membuat berbagai cemoohan dari berbagai pihak, masalahpun sili berganti mengahampirinya mulai dari  usikan dari mantan bos Marisa, pengusiran dari rumah kontrakan, pengusiran dari tempat kerja, dan akhirnya membuat Akmal beserta istrinya meninggalkan kota kelahiran demi kebahagiaan membangun sebuah rumah tangga.
8.5.            Hubungan Alur dengan Latar
Plot merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latr adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yag menjadi tokoh melakukan dan dikenai kejadian.
Novel Pelangi Di Atas Cinta seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar sosial kelas soial tinggi dan latar sosial rendah di wilayah metropolitan. Di dalam novel ini dilukiskan dari tempat tinggal kehidupan sampai kebiasaan dan keadaan masyarakat yang ada.
Berawal dari meninggalnya Kak Mira yang menggoreskan kekecewaan di hati Akmal atas sikap orang tuanya yang acuh, sejak saat itu konflik muali muncul antara Akmal dan kedua orang tuanya. Akmal kemudian diusir dari rumah dan tak dianggap lagi statusnya sebagai seorang anak. Setelah itu ia menkahi seorang wanita penghibur bernama Marisa yang membuat berbagai cemoohan dari berbagai pihak, masalahpun sili berganti mengahampirinya mulai dari  usikan dari mantan bos Marisa, pengusiran dari rumah kontrakan, pengusiran dari tempat kerja, dan akhirnya membuat Akmal beserta istrinya meninggalkan kota kelahiran demi kebahagiaan membangun sebuah rumah tangga.
8.6.  Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Latar
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempt mereka melakukan atau melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah masyarakat daerah metropolitan tepatnya di daerah Jakarta. Selain itu pola pikir para tokoh lebih mengarah pada segi materi dibandingkan cinta. Berangkat dari itu terjadilah pergulatan di dalam jiwa Akmal. Ia merasa tak bahagia di tengah-tengah gelimangan harta orang tuanya, ia hanya membutuhkan cinta dalam hidupnya dari kedua orantuanya  yang belum pernah ia rasakan dari ia lahir sampai dewasa ini.
KESIMPULAN
Penelitian yang berjudul Pelangi Di Atas Cinta karya Chaerul Al-Attar: Analisis Tema, Fakta Cerita, dan sarana Sastra ini membahas keseluruhan struktur novel, yaitu tema, fakta cerita yang terdiri dari plot, tokoh dan penokohan, dan latar, dan sarana sastra yang meliputi pusat pengisahan, gaya bahasa dan nada, dan ironi.
Pembahasan mengenai tema memunculkan masalah-masalah yang dihadapi Akmal, seperti masalah ketidakharmonisan keluarga, masalah pelarian dari permasalahan, masalah pembebasan dar pekerjaan hina, masalah gangguan da;am keluarga, dan masalah meninggalkan kota kelahiran. Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas disimpulkan bahwa tema novel Pelangi Di Atas Cinta adalah perjuangan hidup menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang.
Plot novel Pelangi Di Atas Cinta adalah progresif atau maju. Plot progresif digambarkan dengan dimulainya tahap situation (pengarang mulai melukiskan keadaan), kemudian dilanjutkan dengan tahap generating circumantaces (peristiwa-peristiwa yang berpusat mulai bergerak). Selanjutnya diteruskan tahap rising action (keadaan mulai memuncak), dirangkai dengan tahap climax (peristiwa mencapai puncaknya), dan diakhiri dengan tahap denoument (pemecahan masalah). Untuk membuat cerita menarik, pengarang menggunakan konflik (conflict), sorot balik (flash back), tegangan (suspence), dan dues ex machine.
Adapun melalui analisis tokoh dan penokohan dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, tokoh-tokoh di dalam novel Pelangi di Atas Cinta menggunakan kata-kata sapaan sebagai tanda penghormatan kepada seseorang yang lebih tua, seperti Kak Mira, Bang Samin, Pak Kusmo, Mbak Retno, dan Bu Ratna.
Kedua, tokoh protagonis di dalam novel ini adalah Akmal, sedangkan tokoh antagonisnya di antaranya si Gemuk.
Ketiga, tokoh Akmal dapat disebut tokoh berwatak bulat (round character), sedangkan tokoh si Gemuk, ayah dan ibu Akmal, dan tokoh tambahan lainnya dimasukkan ke dalam kategori tokoh berwatak datar atau sederhana (flat or sample character).
Keempat, untuk melukiskan tokoh, pengarang mengunakan berbagai teknik yang pada dasarnya dapat digolongkan pada dua macam, yaitu teknik ekspositori analisis langsung (direct another analysis), teknik dramatik yang meliputi teknik pelukisan pikiran dan perasaan (portrayal of thought stream or of conscious thought), reaksi tokoh terhadap lingkungan (reaction to event), pelukisan lingkungan (discussion of environment), cakapan (conversation), dan reaksi tokoh lain (reaction of other to characters), dan teknik pelukisan tersebut digunakan secara bergantian di dalam novel ini.
Selanjutnya, melalui analisis latar dapat disimpulkan bahwa latar tempat dominan di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah daerah metropolitan, DKI Jakarta.
Adapun latar waktu yang digunakan, selain latar waktu persial
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Johan Budi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger