LAPORAN
HASIL PENELITIAN
NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL
AL-ATTAR: ANALISIS TEMA, FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA
Disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra II
Dosen
Pembimbing: Dra. Hj. Kadaryati, M.Hum.
Oleh:
Nama :
Dwi Setiyaningsih
NIM :
092110133
Kelas :
VI D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
IDENTITAS
NOVEL
1)
Judul :
Pelangi di Atas Cinta
2)
Pengarang/Penulis : Chaerul Al-Attar
3)
Penerbit :
Jaya Media
4)
Kota Penerbit : Yogyakarta
5)
Tahun Terbit : 2011
6)
Tebal Buku : 208
7)
Ukuran Buku : 140 x 200 mm
1.
BAGIAN
BAGIAN NOVEL “PELANGI DI ATAS CINTA
1.1.
Berteman Rembulan (halaman 6 - 21)
Pada
bagian ini menceritakan tentang:
1.1.1. Pengenalan
diri si aku (Akmal) beserta keluarganya, ia adalah anak bontot yang terlahir dari sebuah keluarga yang broken home. Kasih
sayang dan perhatian ia peroleh hanya
dari Kak Mira, Mba Retno (pembantunya), dan Pak Kusmo (sopirnya).
1.1.2. Pengenalan
teman-teman si aku di sekolah, sekaligus guru matematika yang merupakan guru
favorit mereka bernama Ibu Ratna yang saat itu sedang dirundung masalah.
1.1.3. Kunjungan
Akmal dan Dirman ke rumah bu Ratna.
1.2.
Masih Punya Harap (halaman: 22 – 32)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.2.1. Pengenalan
bakat Akmal dengan melukis wajah Kak Mira.
1.2.2. Percakapan
Ibu Ratna dan Akmal, menggambarkan keakraban keduanya.
1.2.3. Kunjungan
Kak Mira dan Akmal ke pantai untuk
menghilangkan penat, sekaligus Kak Mira mencoba untuk memberi tahu status
aslinya sebenarnya, yaitu hanya seorang kakak angkat bagi akmal.
1.3. Warna
Kelabu Menghitam (halaman: 33 – 42)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.3.1. Meninggalnya
Kak Mira membuat Akmal menjadi semakin terpuruk.
1.3.2. Berlangsungnya
ujian yang berjalan begitu saja, karena Akmal tak pernah konsen atas hal
tersebut.
1.3.3. Kekecewaan
akmal terhadap orang tuanya karena tak memberi perhatian kepadanya, bahkan
selama Kak mira terbaring lemah di rumah sakit, mereka tak pernah sekalipun
menjenguknya.
1.3.4. Kesepian
datang melanda Akmal.
1.3.5. Kunjungan
ibu Ratna ke rumah akmal, sekaligus memberikan suntikan semangat hidup dan
bangkit untuknya.
1.4.
Bukan Pelangi Lagi (halaman: 43 – 56)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.4.1. Perubahan
hidup Akmal yang tak karuan, hanya diisi dengan merokok dan berdiam diri untuk mencari
ketenangan diri.
1.4.2. Kunjungan
Akmal dan ketiganya temannya (Dirman, Firman, dan Kandil) ke suatu pantai,
untuk membicarakan rencana studi masing-masing.
1.4.3. Pengumuman
hasil ujian nasional yang membawa kegembiraan, namun bagi Akmal terkesan
biasa-biasa saja.
1.4.4. Perkenalan
Akmal dengan seorang wanita penghibur bernama Marisa di sebuah cafe.
1.5.
Langkah yang Tertatih (halaman: 57-71)
Pada bagian ini dijelaskan bahwa:
1.5.1. Perubahan
status Akmal dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa, ia satu kampus
dengan Firman dan Kandil di salah satu universitas di kotanya, namun Kandil
berbeda jurusan.
1.5.2. Perkenalan
Akmal dengan seorang mahasiswi bernama Demita, yang merupakan idola mahasiswa
di kampusnya, namun Akmal bersikap biasa-biasa saja kepadanya walaupun demita
selalu menunjukkan sikap yang tidak biasa kepadanya.
1.5.3. Kandil
menemukan gang barunya di kampus, dan gangnya ini merupakan sekelompok
mahasiswa urakan.
1.5.4. Makin
akrabnya hubungan akmal dan Firman, terlihat dari keseharian Akmal yang selalu
mengantarkan Firman ke sebuah toko buku tempat firman bekerja, yang akhirnya
membawa Akmal bisa berkenalan dengan pemilik toko bernama Bang Samin, ia adalah
sosok lelaki yang baik, berpengetahuan luas, dan sifat kebapakan sangat melekat
pada dirinya.
1.5.5. Pertemuan
akmal dengan Marisa yang kedua kalinya, kali ini ia bisa mengobrol banyak
dengannya dengan suasana yang lebih baik, sekaigus mengantarkannya pulang
walaupun tak sampai rumah Marisa.
1.6.
Tekad yang Goyah (halaman: 72 – 82)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.6.1. Meninggalnya
Kandil akibat over dosis pil ekstasi.
1.7.
Bayang-Bayang Hidup (halaman: 83 – 94)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.7.1. Silaturahmi
Akmal dan Firman ke rumah ibu Ratna, sekadar melepas rindu sekaligus meminta
izin perihal pembuatan cerita fiksi sosok perempuan tangguh, yang rencanaya
objek dari cerita tersebut adalah Ibu Ratna.
1.8.
Tentang Warna (halaman: 95 – 107)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.8.1. Lukisan
Akmal telah mencapai final yang kemudian hasil lukisannya tersebut diberikan
kepada Firman.
1.8.2. Pertemuan
ketiga antara Akmal dan Marisa disebuah cafe dengan keadaan Akmal yang tak
sadar karena pengaruh mabuk berat, yang akhirnya Marisa harus membawa pulang
Akmal ke rumahnya dan menginap pada malam tersebut.
1.8.3. Akmal
dan firman mulai menyusun buku fiksinya.
1.8.4. Pernyataan
cinta Akmal terhadap Marisa, yang membuat perubahan status mereka dari teman
menjadi sepasang kekasih.
1.9.
Keindahan yang Hilang (halaman: 121 –
134)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.9.1. Kehidupan
bermalas-malasan akmal pasca cintanya diiyakan Marisa, karena ia hanya
memikirkan Marisa seorang.
1.9.2. Pengenalan
Marisa kepada Pak Kusmo dan Mbak Retno, yang akhirnya Marisa menceritakan
sejarah hidupya yang kelam.
1.9.3. Kejujuran
Akmal terhadap Firman perihal hubungannya dengan Marisa.
1.9.4. Akmal
memperkenalkan Marisa kepada Firman.
1.10.
Pertarungan untuk Cinta (halaman: 121 –
134)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.10.1. Pembebasan
Marisa dari pekerjaaan hina tersebut, yang membuat mobil mewah Akmal melayang
karena dijadikan jaminan.
1.10.2. Penitipan
adik Marisa di rumah Bang Samin.
1.10.3. Pelarian
Marisa ke tempat Ibu Ratna untuk keamanannya.
1.10.4. Ketidakrelaan
warga setempat Ibu Ratna tinggal perihal tinggalnya Marisa yang merupakan
mantan seorang wanita penghibur.
1.10.5. Saran
dari Bang Samin agar Akmal dan Marisa segera menikah.
1.11.
Keteguhan dan Air Mata (halaman: 135
-144)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.11.1. Perziarahan
Akmal ke makam Kak Mira, guna mendoakan sekaligus menceritakan persoalan yang
kini tengah melilitnya.
1.11.2. Pertengkaran
Akmal dengan orang tuanya perihal Marisa atas laporan Demita, yang akhirnya
Akmal diusir dari rumah dan tak dianggap lagi sebagai seorang anak.
1.11.3. Kesediaan
Marisa diperiistri oleh Akmal.
1.12.
Mahar Cinta dan sebuah Tangis (halaman:
145 – 156)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.12.1. Usaha
Akmal berkeliling menjual hasil karya lukisannya guna membeli mahar
pernikahannya.
1.12.2. Permohonan
doa restu pernikahan Akmal kepada orang tuanya via sms yang tak jua mendapatkan
jawaban.
1.12.3. Pemberian
sebuah cincin emas dari Ibu Ratna untuk Akmal agar dipakai sebagai mas
kawinnya.
1.12.4. Kedatangan
si Gendut mantan boss Marisa yang senantiasa mengusik kehidupan Marisa agar ia
mau kembali padanya.
1.13.
Senandung Cinta (halaman: 157 – 166)
Pada bagian ini dijelaskan tentang:
1.13.1. Pengucapan
ijab qobul sebagai tanda perkawinan antara Akmal dan Marisa.
1.13.2. Usaha
mencari rumah tinggal sederhana untuk keluarga kecil akmal.
1.13.3. Cemoohan
teman-teman kuliah Akmal pasca pernikahan, yang mengharuskan Akmal berhenti
melanjutkan kuliahnya.
1.14.
Sebuah Jawaban (halaman: 167 – 177)
Pada
bagian ini dijelaskan tentang:
1.14.1. Penyewaan
sebuah kios kecil untuk usaha lukisan akmal.
1.14.2. Pujian
dari beberapa pelanggan Akmal yang membuatnya menjadi semakin bersemangat dalam
bekerja.
1.14.3. Kunjungan
Akmal dan Marisa ke rumah orang tua Akmal atas prmintaan Marisa, yang disuguhi
dengan pertengkaran.
1.15.
Warna di Dinding Waktu (halaman: 178 –
190)
Pada
bagian ini dijelaskan tentang:
1.15.1. Penyerahan
hasil tulisan cerita fiksi kepada Firman.
1.15.2. Rumah
tangga Akmal yang selalu diusik oleh mantan bos Marisa
1.15.3. Kecurigaan
Akmal terhadap istrinya perihal uang dengan jumlah besar yang diberikan
istrinya untuknya.
1.15.4. Firman
tak mampu menjelaskan masalah uang tersebut karena ada waktu itu emosi Akmal
tengah meledak-ledak.
1.15.5. Kesadaran
Akmal mengenai uang tersebut yang merupakan hasil keringatnya sendiri.
1.16.
Cerita Tentang Malam dan Senja (halaman:
191-197)
Pada
bagian ini dijelaskan tentang:
1.16.1. Pemberian
sebuah lukisan keluarga Bang Samin sebagai objeknya karya Akmal sebagai ucapan terima kasihnya
selama ini.
1.17.
Kutempuh Jalan ini dengan Cinta
(halaman: 198 – 205)
Pada
bagian ini dijelaskan tentang:
1.17.1. Kehidupan
rumah tangga Akmal dan Marisa yang senantiasa disirami dengan cinta.
1.17.2. Adanya
perintah mendadak dari si empunya rumah untuk segera mengosongkan rumah dengan
alasan yang tak jelas,
1.17.3. Perintah
untuk segera mengosongkan kios dengan alasan yang tak jelas juga.
1.17.4. Keputusan
Akmal dan Marisa untuk meninggalkan kota yang membesarkanya tersebut dengan
beberapa perimbangan yang mendorong mereka.
2.
JALINAN
PERISTIWA
Pada bagian ini akan dijelaskan urut-urutan cerita
“Pelangi Di Atas Cinta” yang disajikan secara sistematis agar mudah dipahami.
Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.
(satu titik satu satu 1.1.1. ) Diceritakan bahwa
Akmal adalah seorang anak Bontot dari keluarga yang kurang harmonis (broken
home) yang tak pernah mengenal belaian kasih dari orang tuanya, kasih sayang
tulus hanya diperolehnya dari Kak Mira, Pak Kusmo (sopirnya), dan Mba Retno
(pembantunya). (satu titik satu dua 1.1.2.) Dilanjutkan dengan pengenalan
teman-temanya di sekolah dan salah satu gurunya bernama Ibu Ratna yang pada saat itu tengah dilanda
masalah yang bisa tercermin dari raut wajahnya sehingga mengakibatkan peristiwa
(satu titik satu tiga 1.1.3.). Kunjungan Akmal dan Firman ke rumah Ibu Ratna
sekadar ingin mengetahui keadaan sebenarnya, dan memang benar Ibu Ratna tengah
bingung perihal anaknya yang sedang sakit parah dan beliau tak bisa
membiayainya dikarenakan ia adalah seorang orang tua tunggal dengan gaji guru
yang tak seberapa, hal ini menggugah Akmal untuk membantunya sehingga
mengakibatkan peristiwa (satu titik dua dua 1.2.2.). Percakapan Ibu Ratna dan
Akmal yang melambangkan keakraban mereka, bagaikan seorang ibu dan anak.
Disituasi
lain ada perkenalan lagi yaitu peristiwa (satu titik dua satu 1.2.1.).
Pengenalan bakat yang dimiliki Akmal yakni bakat melukis, diceritakan pada saat
itu tengah melukis wajah Kak Mira, karena mulai merasa bosan akhirnya Kak Mira
mengajak Akmal untuk pergi ke pantai sehingga mengakibatkan peristiwa (satu
titik dua tiga1. 2.3.) Di suasana pantai yang indah Kak Mira mengatakan hal
yang telah lama ingin ia sampaikan, yakni mengenai siapa dirinya sebenarnya,
dan ternyata Kak Mira yang dikenal Akmal sebagai perempuan yang dianggap
kakaknya itu hanyalah anak pungut, bukan anak kandung dari orang tua Akmal. Dan
ia juga berterus terang mengenai penyakit yang dideritanya selama ini, Kak Mira
mengidap penyakit kanker hati yang mengakibatkan peristiwa ( satu titik tiga
satu1. 3.1.) Kak Mira dirawat di rumah sakit selama kurang lebih dua minggu dan
pada akhirnya membuat Kak Mira menghelakan nafas terakhirnya yang mengakibatkan
peristiwa (satu titik tiga dua 1.3.2)
Konsentrasi Akmal terbelah, padahal ia tengah menjalani ujian akhir nasional,
ia seakan tak peduli akan semua itu, karena ia hanya konsen dengan keadaan Kak
Mira dan sifat orang tuanya yang tak peduli akan semua ini sehingga mengakibatkan
peristiwa (satu titik tiga tiga 1.3.3.). Kekecewaan Akmal memuncak ketika orang
tuanya datang ke rumah sakit, mereka berkat bahwa mereka menyesal, namun
penyesalan mereka tak bisa mengembalikan Kak Mira lagi, Kak Mira telah pergi
untuk selama-lamanya sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga empat 1.3.4.).
Kesepian hidup Akmal bagaikan seorang diri, penyemangat hidupnya kini telah
tiada sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga lima 1.3.5.). Bela
sungkawa Ibu Ratna atas meninggalnya Kak Mira dan menjenguk Akmal di kamarnya
guna memberi suntikan spiritual untuknya karena hidup tidak hanya berhenti
sampai di sini, hidup ini sayang untuk dilewati begitu saja tanpa adanya warna
yang menghiasinya, namun dorongan itu tidak cukup bagi Akmal sehingga mengakibatkan perstiwa
(satu titik empat satu1. 4.1.).
Kehidupan Akml yang semakin tak karuan, hidupnya hanya diisi dengan merokok dan
berdiam diri, untuk menenangkan diri, namun hal tersebut malah membuatnya
semakin terpuruk, hal ini membuat teman-temannya tergugah untuk memberi
motivasi untukn Akmal sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empat dua1.4.2.).
Kunjungan Akmal beserta ketiga
sahabatnya yaitu Firman, Dirman, dan Kandil ke sebuah pantai yang biasa dikunjunginya
ketika ia sedang mengalami masalah, terutama maalah mengenai orang tuanya yang
tak tak pernah ada kata harmonis. Di sini mereka membicarakan rencana studinya
kelak, mereka berangan-anagan akan masa depannya, namun beda dengan Akmal ia
hanya melamun, dan tak berkomentar sekalipun terlihat sepertinya tak ada
ketertarikan sama sekali, hingga waktu hari pengumuman berlangsung sehingga
mengakibatkan peristiwa (satu titik empat tiga 1.4.3.). Pengumuman pun dilangsungkan
pada hari ini, empat serangkaipun berhasil lulus dari SMA tercintanya tersebut,
sorak sorai pun terdengar di sana sini, namun Akmal masih tetap dengan
sikapnya, diam dan tak berekspresi sama sekali atas kelulusannya tersebut,
sehingga pada malam harinya pada malam harinya Kandil mengajak Akal ke sebuah
kafe sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik empat empat 1.4.4.). Pertemuan
Akmal dengan seorang wanita penghibur bernama Marisa, ini kali pertamanya Akmal
mau diajak Kandil untuk pergi bersama di malam hari, tidak lain karena ia
sekarang tidak menyandang status sebagai siswa lagi sehingga menyebabkan
peristiwa (satu titik lima satu 1.5.1.).
Perubahan status akmal dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa, ia
sekarang kuliah di salah satu universitas di kotanya ia satu jurusan dengan
Firman mengambil sastra Indonsesia sebagai jurusannya, Kandilpun satu kampus
dengannnya namun ia mengambil hukum sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik
lima dua 1. 5.2.). Pertemuan Akmla
dengan Demita yang merupakan mahasiswi idola di kampusnya namun Akmal tak ernah
meresponnnya seperti layaknya mahasiswa lain yang mngagumi sosok Demita,
beralih bercerita mengenai Kandil sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik
lima tiga 1.5.3.). Kandil menemukan gang barunya di kampus ini, yaitu gang yang
anggotanya terdiri dari sekelompok mahasiswa yang berpenampilan urakan dan tak jelas arahnya, sehingga menimbulkan
peritiwa (satu titik enam satu1.6.1.).
Kandil mengalami over dosis akibat mengkonsumi ekstasi secara berlebihan yang
mengakibatkan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir, hal ini membuat Akmal
semakin sendiri kini ia hanya bersahabat
dengan Firman sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik lima empat 1.5.4.).
Hubungan persahabatan Akmal dan Firman semakin akrab saja, terlihat dengan
keseharian Akmal yang selalu mengantarkan Firman ke tempat kerja Firman
sepulang dari kuliah, yaitu di sebuah toko buku yang pada akhirnya ia bisa
berkenalan dengan si empunya toko bernama Bang Samin yang merupakan sosok yang
baik, berpengetahuan luas, dan mempunyai jiwa kebapakan, perbincangan antara
keduanya berlangsung lama sampai malam hari, sehingga menimbulkan peristiwa
(satu titik lima lima 1.5.5.). Akmal bertemu dengan Marisa ketika tengah
mengendarai mobilnya ke arah rumah, di jalan ia menemui Marisa yang tengah
berjalan sedirian di tengah malam, kemudian akmal menawarinya untuk masuk ke
mobil dan pulang bersama di sini ia dapat mengenal Marisa lebih dalam dan pada
akhirnya ia mengantarkan Marisa pulang walaupun tidak sampai rumahnya.
Disisi lain diceritakan
tentag hubungan Akmal dan Ibu Marisa yang masih baik, diceritakan (satu titik
tujuh satu 1.7.1.). Kunjungan Akmal dan
Firman ke rumah Ibu Ratna untuk bersilaturahmi sekaligus meminta izin kepadanya
perihal mereka berdua ingin membuat sebuah cerita fiksi yang mengangkat tema
mengenai keteguhan seorang perempuan untuk mnejalani hidup, dan mereka ingin mengangkat
Ibu Ratna sebagai objeknya dan Bu Ratnapun tak keberatan, Firman mnyarankan
Akmal untuk melukis sebuah lukisan mengenai gambaran kehidupan tersebut
sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik delapan satu 1.8.1.). Pikiran Akmal yang semakin tak karuan sehingga ia
ingin cepat-cepat menyelesaikan lukisannya tersebutdan membawanya ke kontrakan
Firman, ia selalu memikirkan pertengkaran orang tuanya yang hampir setiap
minggu ia dengar sehingga menimbulkan peristiwa (satu titik delapan dua 1.8.2.). Akmal mabuk berat di sebuah kafe
sampai tak sadarkan diri, sehingga mengakibatkan Marisa membawanya ke rumahnya
untuk menginap, di sinilah mereka menjadi semakin akrab Marisa memberikan
semangat dan dorongan kepada Akmal untuk selalu bangkit dalam keterpurukannya
tersebut sehingga timbul semangat dari diri Akmal dan menyebabkan peristiwa
(satu titik delapan tiga 1.8.3.). Akmal
berusaha untuk menyelesaikan karya fiksinya, karena ia berhutang akan segera
menyelesaikannya, cerita fikisnya pun selesai, ia merasa puas karena merasa
sudah tak ada tanggungan lagi, sehingga ia memikirkan atas perasaan asmaranya
sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik delapan empat 1.8.4). Akmal
menyatakan perasaan cintanya yang kemudian diiyakan oleh Marisa,mereka sekarang
menjadi sepasang kekasih sehingga meyebabkan peristiwa (satu titik sembilan satu
1.9.1.). Perasaan senang dan bangga selalu menyelimuti hati Akmal, ia tak bisa
berfikir apa-apa, pikirannya hanya tertuju untuk Marisa seorang sehingga menimbulkan
peristiwa (satu titik sembilan dua 1.9.2.).
Pengenalan Marisa kepada Pak Kusmo dan Mba Retno ke rumah Akmal, di sana Marisa
mendapat respon positif dari keduanya walaupun Marisa menceritakan sejarah
hidupnya yang kelam,(satu titik sembilan tiga1.9.3) perasaan Akmal tak tenang karena belum membuka kabar
bahagianya ini ke sahabatnya sehingga terjadi persitiwa (satu titik sembilan empat
1.9.4). Akmal memperkenalkan Marisa
kepada Firman, dan lagi-lagi mendapat respon positif karena ia tahu bahwa
itulah yang terbak untuk sahabatnya tersebut, dalam pertemuan ini mereka
membicarakan strategi bagaimana mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hinanya itu
sehingga mengakibatkan peristiwa (satu titik sepuluh satu 1.10.1).
Akmal mencoba mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hina itu dan sebagai
jaimnannya Akmal membawa sejumlah uang di tas ranselnya dan merelakan mobil
mewah hadiah dari ayahnya untuk diserahkan kepada si gendut bos Marisa, namun
sebelum itu terjadi ia berinisiatif untuk melarikan adik Marisa, Rianti pergi
dari rumahnya sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sepuluh dua 1.10.2.) Arianti dilarikan ke rumah Bang
Samin untuk mendapatkan perlindungan di sana, lain hal adiknya lain hal juga
dengan kakaknya sehingga terjadi peristiwa (satu titik sepuluh tiga 1.10.3.).
Marisa dilarikan ke rumah Bu Ratna, dan bu Ratna pun menyambutnya dengan baik,
namun beberapa minggu kemudian warga setempat tahu akan diri Marisa sebenarnya
sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik sepuluh empat 1.10.4.). Ketidakrelaan warga setempat
perihal daerahnya dihuni oleh seorang perempuan mantan wanita malam, hal ini
mengharuskan Marisa pindah dan tinggal bersama Bang Samin, Bang Samin berfikir
ke depan akan masa depan Akmal dan Marisa sehingga menyebabkan peristiwa (satu
titik sepuluh lima 1.10.5.). Saran atas
segera diadakannya pernikahan antara Marisa dan Akmal, demi ketenangan keduanya
sekaligus agar adanya ikatan diantara keduanya, hal ini membuat Akmal bingung
karena ia merasa belum mampu memperistri seorang gadis, di samping umurnya yang
masih muda, ia juga belum mempunyai pekerjaan sehingga menyebabkan peristiwa
(satu titik sebelas satu 1.11.1). Perziarahan Akmal ke makam Kak Mira, karena
sekian lama ia lupa tak mengirim doa untuknya, di sana Akmal menceritakan
permasalahan hidupnya yang begitu berat
untuk ia jalani, ia belum berani menceritakan perihal hubungannya dengan Marisa
kepada orang tuanya, hingga pada suatu hari ada laporan dari temannya yang
bernama Demita mengenai hubungannya dengan Marisa sehingga menyebabkan
peristiwa (satu titik sebelas dua 1.11.2). pertengkaran hebat antara Akmal dan
kedua orang tuanya, yang mengakibatkan Akmal harus meninggalkan rumah dan tak
dikaui statusnya lagi sebagai anak oleh orang tuanya untuk selama-lamanya, hal
ini membuat Akmal semakin yakin bahwa Marisa adalah jalan hidupnya, sehingga
menyebabkan peristiwa (satu titik sebelas tiga 1.11.3). Lamaran Akmal kepada
Marisa yang akhirnya diiyakan Marisa, Marisa bersedia diperistri oleh Akmal,
hal ini merupakan tantangan untuk Akmal agar ia berusaha memberikan mas
kawinnya atas hasil keringatnya sendiri
sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik dua belas satu 1.12.1.). Usaha Akmal
menjajakan hasil karya lukisannya ke pasar seni, yang membuatnya hampir putus
asa karena ditolak sana-sini, tak ada seorangpun yang berminat atas karyanya
tersebut, dan pada akhirnya lukisan tersebut dihancurkan oleh seseorang ketika
Akmal tengah salat Ashar, hal ini membuat harapan Akmal pupus, walaupun
demikian Akmal harus tetap bangkit dan meneruskan niatnya tersebut sehingga
menyebabkan peristiwa (satu titik duabelas dua 1.12.2). Permohonan doaa restu
Akmal kepada orang tuanya perihal perbikahannya dengan Marisa via sms yang tak
kunjung menerima balasan, hal ini membuat Akmal bingung harus dengan apa lagi
ia dapat menghubungi orang tuanya lagi, bertatap muka secara langsung tak
mungkin ia lakukan karena mereka telh mencoretnya dari daftar anaknya sehingga
menyebabkan peristiwa (satu titik duabelas tiga 1.12.3). Kunjungan Akmal ke
rumah Ibu Ratna, karena ia tak tau lagi harus mengadu kepada siapa lagi, ia
menceritakan niatnya untuk menikahi Marisa, dan pernyataan ini disambut positif
olehnya, sampai-sampai Bu Ratna memberikan sebuah cincin emas yang sebenarnya
cincin emas tersebut adalah kenang-kenangan terakhir dari almarhum suaminya
yang harus dijaganya, namun Bu Ratna rela memberikannya sebagai mas kawin
pernikahan Akmal, Akmal sangat gembira akan hal ini dan ia berjanji akan
bersungguh-sungguh menjaga cincin tersebut, ia pulang dengan perasaan gembira,
namun perasaan gembira tersebut seketika hilang dari muka Akmal ketika ia temui
si gendut di depan rumah Bang Samin sehingga mengakibatkan peristiwa (satu dua
belas empat 1.12.4.). Kedatangan si gendut mantan bos Marissa untuk memohon
Marissa agar kembali bekerja padanya, Marisa ketakutan, namun ketakutannya
tersebut tak bisa menggoyahkan keyakinannya untuk hidup dengan Akmal sehingga
mengakibatkan peristiwa (satu titik tiga belas satu 1.13.1.). Pelaksanaan ijab
qobul seagai tanda pernikahan antara Akmal dan Marisa, walaupun dilaksanakan
secara sederhana, namun terasa hikmat dan megesankan, pernikahan dilaksanakan
menggunakan adat Arab, yaitu pengantin wanita dipertemukan setelah pembacaan
ijab qobul selesai dilakasanakan, pertrmuan antara pengantin pria dan pengantin
wanita serasa mengharukan dan terpancar aura kebahagiaan di antara keduanya,
namun Bang Samin lagi-lagi memberikan tantangan untuk Akmal sehingga
menyebabkan peristiwa (satu titik tigabelas dua 1.13.2.). Akmal diharuskan
mempunyai sebuah rumah sendiri untuk membangun kehidupan bersama keluarga kecil
yang baru dibangunnya tersebut, ia mengontrak sebuah rumah kecil untuk hidup
bersama Marisa walau dengan segala yang bernamakan kesederhanaan, Akmal
berusaha menjalani aktivitasnya seperti biasanya ia masih berstatus sebagai
seorang mahasiswa namun keadaan sekarang berbeda sehingga menyebabkan peristiwa
(satu titik tigabelas tiga 1.13.3). Cemoohan yang diterima Akmal atas kabar
pernikahannya yang telah menyebar di kalangan teman kampus yang membuat Akmal
tak tahan dan menyebabkan Akmal berhenti kuliah, kejadian ini tak pernah ia
ceritakan kepada istrinya, ia tetap
berusaha membuat istrinya tersenyum walaupun dalam hatinya mengalami goncangan
yang begitu hebat, kendati demikian Akmal harus bangkit dan mencoba untuk dapat
menhidupi keluarga kecilnya itu sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik
empatbelas satu 1.14.1.). Penyewaan sebuah kios lukis sebagai bentuk usaha
Akmal sekaligus penyaluran hobi dan bakat yang dimilikinya sejak dulu, cukup
banyak pengunjung yang mengunjungi kios lukis barunya tersebut sehingga
menyebabkan peristiwa (satu titik empatbelas dua 1.14.2.). Banyaknya pujian
yang datang dari pengunjung yang membuat bertambah semangatnya Akmal dalam
melukis, kebahagian itu ia bagi dengn istri tersayangnya sehingga menyebabkan
peristiwa (satu titik empatbelas tiga 1.14.3.). Kunjungan Akmal dan Marissa ke
kediaman orang tua Akmal atas permintaan istrinya, pada mulanya Akmal menolak,
namun karena istrinya terus memaksanya, akhirnya mereka pergi juga, di sana
mereka mendapat perlakuan yang kurang baik dari si empunya rumah, mereka
diolok-olok ang membuat hati Akmal merasa sangat sakit, lebih sakit dari yang
pernah ia rasakan sebelumnya, semenjak kejadian itu Akmal lebih senang berdiam
diri di rumah dan menulis karya fiksi yang belum juga ia selesaikan sehingga
terjadi peristiwa (satu titik limabelas 1.15.1). Penyelesaian sekaligus penyerahan
hasil tulisan Akmal kepada Firman karena ia telah berhasil menyelesaiakan
cerita fiksinya sembari ia menunggu ketenangan hatinya pasca kunjungannya ke rumah
orang tuanya, kehidupan Akmal yang serba pas-paan itu terdengar oleh mantas bos
Marisa sehingga menyebabkan peristiwa (satu titik limabelas dua 1.15.2.). Usaha si gendut untuk memaksa
Marisa kembali bekerja kepadanya, namun Marisa menolak dengan sigap ia membawa
sebuah pisau dan membuat mantan bosnya ketakutan dan akhirnya kabur, setiap
hari rumah Akmal selalu dimata-matai anak buah si gendut guna mengetahui apa
saja aktivitas dan keadaan yang dialami oleh keluarga yang pernah menjadi
tambang emas baginya, usaha lukisan Akmal meurun sehingga menyebabkan peristiwa
(satu titik limabelas tiga 1.15.3). Penyerahan uang yang tak tahu asal-usulnya
yang diberikan oleh Marisa kepada Akmal memacu ketidakpercayan Akmal kepada
istrinya, ia curiga bahwa istrinya telah melakukan kembali pekerjaannya silam,
Marisa telah menjelaskan bahwa uang tersebut berasal dari Firman, namun Akmal
tak menghiraukan penjelasan istrinya tersebut sehingga mengakibatkan peristiwa
(satu titik limabelas empat 1.15.4.). Perintah Akmal agar Firman segera datang
ke rumahnya via sms, setibanya di
rumahnya, Akmal bertanya perihal asal uang tersebut kepadanya dengan nada emosi
yang membuat Firman tak bisa menjawabnya, hingga pada suatu saat ada seorang
pelanggan memberi tahu hal tersebut dengan tidak sengaja sehingga mengakibatkan
peristiwa (satu titik limabelas lima 1.15.5.). Kesadaran Akmal mengenai asal
uang tersebut atas suatu cerita dari seorang pengunjung bahwa pengunjung
tersebut membeli sebuah lukisan yang goresannya mirip dengan goresan lukisannya
dan ia beli dari seorang teman ngopi dan teman bermain caturnya, awalnya
lukisan itu tak boleh saya beli, namun saya sudah sangat tertarik dengan dengan
lukisan yang ada di kamar kontrakannya itu, kemudian ia memberitahu nama anak
muda tersebut ia adalah sahabatnya sendiri yakni Akmal, dari cerita ini
kemudian Akmal merasa berdosa sekali kepada istri dan sahabatnya, kemudian ia
meminta maaf kepada keduanya, ternyata keduanya meupakan keluarganya yang
memang sangat mengerti akan dirinya, ia menyesal telah meragukan cinta kasih
yang tulus itu, untuk meluapkan rasa senangnya itu ia berimajinasi sehingga
menimbulkan peristiwa (satu titik enambelas satu 1.16.1.). Pembuatan lukisan
bergambarkan keluarga lengkap Bang Samin disertai denga Arianti yang ia lukis
dengan sepenuh hati dan memberikannya kepada Bang Samin sebagai tanda terima
kasihnya atas segala yang pernah Bang Samin lakukan untuknya, karena selama ini
ia belum bisa memberikan apa-apa untuknya sebagai wujud terima kasih kepadanya,
kejadian sebelumnya menjadi pelajaran yang sangat berharga untuknya sehingga terjadi
peristiwa (satu titik tujuhbelas dua 1.17.1.). Keadaan rumah tangga Akal yang
semakin harmonis, sebah rumah yang selalu disirami dengan cinta, ia berjanji
tidak akan ada rahasia lagi antara mereka sekecil apapun masalah yang ia hadapi
akan mereka hadapi bersama, hingga tak lama kemudian terjadi peristiwa (satu
titik tujuhbelas tiga 1.17.2). perintah mendadak dari si empunya rumah untuk
segera mengosongkan rumah kontrakannya dengan alasan yang tak jelas, padahal
waktu tenggang masih beberapa bulan lagi, yah.. ini merupakan slah satu taktik
dari si gendut mantan bos Marisa yang selalu
membuat ketidaknyamanan mereka yang kemudian dilanjutkan dengan peristiwa
(satu titik tujuhbelas tiga 1.17.3.). Perintah dari si empunya kios untuk
segera mengosongkan dengan alasan kios tersebut telah ada yang menyewanya
sehingga Akmal harus segera mengemasi barang-barang miliknya dari kios
tersebut, hati Akmal terasa anat terpukul karena kios merupakan satu-satunya
sumber mata pencaharian Akmal, dari situlah ia dapat menghidupi keluarga kecil
yang bisa dibilang baru berumur jagung itu, Akmal ingin hidup tenang walaupun
harus mengambil keputusan yang teramat berat sehingga menimbulkan peristiwa
(satu titik tujuhbelas empat 1.17.4.). Sepasang suami istri itu dengan berat
hati harus meninggalkan kota tercinta yang merupakan kota kelahiran Akmal dan
terdapat berbagai macam kenangan ia lalui di kota ini, tapi apa boleh buat ia
harus bis berfikir ke depan, berfikir untuk dapat hidup tentram bersama Marisa
dan anak cucunya kelak.
Dari
jalinan peristiwa yang telah dijelaskan
di atas, jelas bahwa alur pada novel ini adalah alur progresif (maju).
3.
TEKNIK
PENGEPLOTAN
3.1.
Konflik
Di
dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta” ini terdapat dua jenis konflik, yaitu
konflik internal dan konflik eksternal.
3.1.1. Konflik
Internal
Di dalam novel
“Pelangi Di Atas Cinta” konflik internal terjadi pada saat Akmal harus
meninggalkan rumah akibat pertengkaran hebat antara ia dan kedua orang tuanya, ia
harus tetap tinggal di rumah untuk menikmati segala fasilitas yang enak dan
mewah atau ia memilih untuk menjalani hidupnya di jalanan.
“Aku melangkah turun. Kulihat Pak Kusmo dan Mba
Retno berdiri dengan wajah yang sendu. Ingin mereka memeluk dan mengucapkan
sesuatu padaku tapi ketakutan membungkus diri mereka. Akupun meninggalkan rumah
dengan perasaan yang kehilangan segalanya. Aku kini tak punya lagi keluarga
lagi kecuali diriku sendiri. Langsug aku ke rumahnua Firman. Dia menyambutku
dengan bahasa sahabat yang baik.”(Pelangi Di Atas Cinta,2011: 141).
Konflik
internal juga terjdi saat Akmal disarankan untuk menikahi Marisa oleh Bang
Samin agar tak terjadi adanya fitnah di antara keduanya, hal ini mrmsng
keputusan yang sangat berat karena Akmal merasa belum mampu membina sebuah
rumah tangga.
“Kamu harus menikahi Marisa.” Jawab Bang
Samin tenang. Aku kaget. Begitu juga Firman. Tak kupikir sampai di situ. Bukan
karena aku memiliki perbedaan umur dua tahun jauh lebih muda dari Marisa. Hanya
saja aku masih sangat ragu jika pernikahan ini dilakukan. Bagaimana tidak,
keluargaku yang cukup berantakan, ayah dan ibuku tentu saja tidak akan menerima
ini. Bagaimana aku akan membawa masuk Marisa dalam kehidupan yang demikian,
bukankah hanya akan menyiksa? Aku kembali pada Bang Samin. Memandanginya dengan
kebingungan tertinggiku. Kupikirkan sisi-sisi lain, memang ada benarnya.”
(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 133).
3.1.2. Konflik
Eksternal
3.1.2.1. Konflik
Fisik
Terjadi pada saat Akmal bertengkar
dengan ayahnya dan ayahnya menampar pipinya.
“Dasar
kurang ajar!” tak kusadari tangan ayah melekat dipipiku. Aku tak jatuh. Hanya
menahan pipiku yang kemerahan. “Kamu pikir bisa hidup dengan limpahan harta dan
semuanya ini.”(Pelangi Di atas Cinta, 2011: 139).
3.1.2.2. Konflik
Sosial
Terjadi pada saat Akmal dan Marisa
disarankan untuk segera menikah oleh bang Samin. Di sana terjadi adanya
musyawarah antara Bang Samin beserta istri, Akmal, dan Marisa.
“Aku
dan istriku sangat senang kalian di sini
meramaikan rumah. Hanya saja aku pikir Marisa dan akmal harus melakukan suatu
tindakan untuk kehidupan kalian ke depan. Karena kehidupan takkan selamanya
begini. Dan yang terbaik bagi aku adalah kalian menikah. Kalian harus dalam satu
ikatan yang sah agar masalah tak datang lagi.”
“Aku
terserah pada Bang Samin saja.” Kataku.(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 142)
3.2.
Tegangan (suspense)
Tegangan
dapat membangkitkan pembaca merasa ingin tahu, dan muncul pada beberapa
peristiwa, misalnya pembebasan Marisa dari pekerjaan hinanya, cemoohan dari
warga sekitar Ibu Ratna tinggal atas keberadaan Marisa, pertengkaran antara Akmal dan kedua orang
tuanya, kedatangan si gendut mantan bos Marisa yang berusaha untuk membawa
Marisa kembali bekerja untuknya, saran
untuk segera diadakannya pernikahan Akmal dan Marisa, rasa ketidakpercayaan
Akmal kepada istrinya perihal asal uang yang terhitung tidak sedikit jumlahnya,
perintah untuk meninggalkan rumah kontrakan dan kios lukis, dan terakhir
adanya kepergian Akmal untuk meninggalkan kota.
Saat dia bilang
angka rupiah aku dan Firman terperanjat kaget. Ratusan juta. Gila. Kami tak
punya uang tunai sebanyak itu. Bahkan yang kubawapun belum sampai separuh.
“Hanya ini yang kubawa.” Ku serahkan padanya
ransel beserta uang.”Kalau mau besok aku bawa sisanya.” Malah hanya terdengar
pecah tawanya.(Pelangi Di Atas Cinta,2011: 124).
Kami keluar. Dan
ketika membuka pintu rumah terdengar kembali suara-suara kasar dari mereka.
Menghardik dan mengutuk Marisa. Aku geram tapi hanya bisa diam. Bang Samin kembali
bicara. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 129)
“Baiklah kalau
itu yang kamu mau. Mulai hari ini kamu akan tinggal di jalanan yang bagimu ada
cinta di sana. Jangan ada sedikitpun kamu membawa yang bukan hakmu dari rumah
ini.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 140).
“Maunya kamu apa?”
tanya Bang Samin.
“Kembalikan
Marisa padaku.”
“Bukanya kita
sudah sepakat untuk tidak mencampuri segala urusan yang sudah-sudah.” Kataku.
“Tapi akhirnya
aku berpikir ternyata aku salah. Bisnisku macet dan setengah-setengah jalannya
karena tidak adanya Marisa.”
“Hoh jadi
begitu?” Bang Samin menantang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 154).
“Aku dan istriku sangat senang kalian di sini meramaikan rumah. Hanya saja aku
pikir Marisa dan akmal harus melakukan suatu tindakan untuk kehidupan kalian ke
depan. Karena kehidupan takkan selamanya begini. Dan yang terbaik bagi aku
adalah kalian menikah. Kalian harus dalam satu ikatan yang sah agar masalah tak
datang lagi.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 142).
“Terus uang ini kamu dapatkan dari mana?” tanyaku
lagi.
“Dari seseorang.”
“Kamu sudah mulai berbohong sekarang.”
“Percayalah padaku!”
“Kamu pembohong!” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
185).
Secara tiba-tiba pemilik rumah menginginkan kami
mengosongkan rumah. Padahal masih dua minggu lagi waktu untuk kami tinggal. Dan
kami pun berniat untuk melanjutkannya. Tapi aneh dan sunggguh di luar dugaan
kami. Pemilik rumah itu tak mengiyakan kata kami. Dia pun hanya memberi waktu
hanya tiga hari untuk mengosongkan rumah. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 199)
Hari ini, tiba-tiba di tempat kerja ada kejadian
yang juga tak pernah kuduga. Pemilik tempat yang juga kenalannya Firman
memutuskan untuk mengambil kembali tempat yang disewakan padaku. Katanya akan
dipakai untuk berjualan. Aku tak bisa berbuat enyak. Begitu juga Firman. Kami
hanya beranggapan baik saja padanya. Selebihnya akupun harus mengangkut lukisan
dan barang-barangku ke rumahnya Firman. Nampak aku seperti dikroyok oleh orang
dengan beramai-ramai dan aku pun tidak bisa melakukan sesuatu untuk membela. Biarkan
saja. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 202).
Setelah itu aku dan Marisa pergi dengan bus antar
proponsi. Penumpang begitu sesak. Kupastikan tak ada lagi yang mengikuti. Masa
lalu kami akan tertinggal di kota ini. Kami pun melakukan perjalanan ini dengan
cinta yang berharap pada sebuah keindahan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204)
3.3.
Perkembangan Plot
Stanton membagi
perkembangan plot menjadi tiga tahapan, yaitu awal, tengah , dan akhir. Pada
dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut Tasrif.
Akan tetapi Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara lebih rinci,
yaitu tahap situation, generatimg action, climax, dan denovement. Dalam novel
Pelangi Di Atas Cinta plot novel disebut plot progresif (maju).
3.3.1. Situation
Situation merupakan tahap perkenalan
yakni tahap perkenalan situasi di dalam novel.
Pada saat Akmal mengetahui bahwa Kak
Mira yang selama ini tulus menyayanginya hanyalah seorang Kakak angkat, tak
lama setelah pernyataan tersebut diungkapkan kemudian Kak Mira pun pergi
meninggalkan akmal untuk selama-lamanya. Hal ini membuat Akmal semakin kesepian
karena satu-satunya keluarga yang menyayanginya tersebut sudah takkan pernah
lagi berada di sampingnya.
“Kamu harus tahu
bahwa kakak yang selama ini kamu sayangi, kamu jadikan tempat mengaduhmu, yang
selalu berdiri di belakangmu saat kamu terjatuh bukanlah kakak kandungmu, kamu
dan kakak terlahir dari rahim yang berbeda.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 30).
Aku akan semain
tak berdaya melihat kehidupan ini ke depan, orang yang selama ini menjadi
tumpuanku, yang menjadi sandaranku saa aku akan terjatuh atau menjadi pelita
saat aku menjadi gelap kini telah pergi untuk selama-lamanya dan takkan mngkin
lagi ada sosok yan mengusap kepala dan mengahpus air mataku saat aku tengah sedih.
Benar menjadi sebuah kenyataan bahwa aku harus bisa tegak melihat ini semua
dengan keteguhan hati. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 38).
3.3.2. Generating
Circumantaces
Pada
bagian ini peristiwa yang berkaitan saling bergerak. Dalam sub klimaks
digambarkan saat Akmal merasa sangat kesepian pasca kepergian mendiang kakak
tercinta, ia diajak ke sebuah cafe oleh sahabatnya yang bernama Kandil, di sana
ia bertemu dengan seorang gadis bernama Marisa dan ia mulai menaruh hati pada
pandangan pertama, walaupun ia merupakan wanita yang kurang pantas dicintai,
karena ia hanyalah seorang wanita malam atau wanita penghibur. Hingga pada
suatu malam Akmal berusaha mengeluarkan Marisa dari pekerjaan hinanya itu
dengan cara memberi sejumlah uang dan ia rela melepaskan mobil mewahnya sebagai
jaminannya.
“Senang bisa bertemu denganmu.”
“Jangan ke sini
lagi jika bukan untuk menemuiku.” Dia
tersenyum. Setelah itu kutinggalkan parkiran cafe. Aku baru sadar hal
yang selama ini tak pernah kulakukan bahkan tak pernah terbayang untuk
melakukan kini baru saja aku masuk ke dalamny. Di jalan aku membayangkan waja
ayah ibuku. Kembali rasa benci dan amarahku bangkit. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 54).
“Hanya ini yang kubawa.” Kuserahkan padanya ransel
beserta uang. “Kalau mau besok aku bawa sisanya. “Malah hanya terdengar pecah
tawanya.
“Memangnya kalian mau bawa Marisa setengah dulu.”
Emosiku tambah naik tapi aku selalu bisa menahannya. Begitu juga Firman. “Tak
ada uang mau berlagak jagoan.” Katanya lagi dan aku semakin geram. Laknatku
habis-habisan dalam hati. Aku alihkan pandanganku pada Firman. Dia hanya
melempar kebingungan. Aku tak bisa membiarkan ini tertunda esok hari. Segala
sesuatu bisa saja terjadi pada Marisa di tiap detik.
Sekali lagi dengan penuh keberanian aku bicara.
“Baiklah kalo begitu. Di luar ada mobil mercy yang
harganya jauh lebih tinggi dari angka yang kau bilang. Mungkin itu bisa
memuaskanmu.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 124).
3.3.3. Rising
Action
Pada bagian ini menggambarkan peristiwa
yang sudah mulai memuncak keadaan ini menceritakan pertengkaran hebat antara
Akmal dan orang tuanya lantaran orang tuanya mengetahui bahwa Akmal anaknya
mempunyai hubungan khusus dengan seorang
wanita penghibur dan sampai mengorbankan mobil mewah yang diberikan oleh ayahnya
sebagai hadiah untuk Akmal. Karena pertengkaran hebat ini mengakibatkan Akmal
diusir dari rumah dan tak lagi diakui sebagai anak oleh orang tuanya.
“Kamu akan kembali jika kamu sadari apa yang
kamu cari sesungguhnya dalam rumah ini. Kamu akan menyesali.”
“Pa.. bukankah
kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik.” Kudengar ibuku berusaha membela.
Tapi sudah terlambat.
“Tak perlu dia
bukan anak kita lagi.”
“Mama ampuni aku
atas segala yang kulakukan. Aku tak pernah menginginkan semuanya jadi begini.” Kataku
ketika memandangnya. Kutahan diri agar tak menumpahkan pedihnya luka lewat
mataku.
Aku melangkah
keluar kamar dengan ransel di pundakku. Sebuah lukisan diri Kak Mira di
tanganku. Hatiku hancur dan benar-benar tak mampu meletakkan keriangan. Aku
harus meninggalkan ayah dan ibuku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 140).
Banyak hal yang
akhirnya menjadi permasalahan hidup. Bukan hanya menuntut seorang manusia untuk
sabar tapi juga mengharuskan manusia untuk bisa melepaskan diri dari kekangan
masalah, atau terbebas dari belenggunya. Aku dan Marisa selalu berusaha
melakukannya tapi entah kenapa nampak selalu ada saja yang mencekik.
Rupa-rupanya selama manusia masih hidup maka pertarungan itu belumlah
dinyatakan selesai. (Pelangi Di atas Cinta,2011: 181)
3.3.4. Climax
Pada bagian ini peristiwa mencapai
puncaknya. Pemaparan klimaks novel Pelangi Di Atas Cinta jelas sekali terlihat
ketika Marisa diusir oleh warga sekitar rumah Ibu Ratna karena mereka tahu
bahwa daerahnya dihuni oleh seorang mantan wanita malam, dan pasca kejadian itu
Akmal dipaksa untuk menikahi Marisa, pernikahanpun dilaksanakan namun pasca
pernikahan, konflikpun silih berganti datang menerpa kehidupan rumah tangga
Akmal.
Dan suara-suara
di luar sana masih terus terdengar. Kali ini mereka melemparkan batu-batu di
atap rumah. Kami kaget. Ibu Ratna langsung menenangkan anak-anaknya. Aku tahu,
ini sangat sulit tapi kami akan coba untuk hadapi semuanya. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 128).
Tepat jam lima
sore berlangsung akad nikah. Aku melewati prosesnya dengan benar. Sah. Aku dan
Marisa dalam satu ikatan cinta. Do restu dari yang datang pun terucap menuju
satu titik, pada kami. Semuanya mengharapkan ada cinta dan cerita yang indah.
Aku sangat bahagia dan kurasakan betapa kurindukan ayah dan ibuku saat-saat ini.
(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 158).
3.3.5. Denoument
Denoument
merupakan bagian yang ditandai dengan adanya pemecahan soal dari semua
peristiwa. Pada bagian ini diceritakan kepergian Akmal beserta istri dari kota
kelahiranya itu sebagai bentuk ingin keluarnya akmal dari masalah hidup yang
melilitnya selama ini. Berhijrah diyakininya sebagai tindakan yang paling pas,
karena di tempat yang baru itu Akmal bisa hidup tenang dan membangun rumah
tangganya dengan tenang dan damai tanpa ada usikan dari mantan bos Marisa yang
senantiasa mengganggu ketentraman hidupnya.
Setelah itu aku dan Marisa pergi dengan bus antar
proponsi. Penumpang begitu sesak. Kupastikan tak ada lagi yang mengikuti. Masa
lalu kami akan tertinggal di kota ini. Kami pun melakukan perjalanan ini dengan
cinta yang berharap pada sebuah keindahan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204)
4.
TEMA
DAN MASALAH
Tema adalah gagasan dasar dan makna
yang dkandung oleh sebuah cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus
diidentifikasi masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menemukan
tema.
Pengertian masalah dengan tema
berbeda karena masalah merupakan suatu unsur untuk membangun tema. Sehingga
timbul beberapa masalah yng mendukung tem. Masalah yang terdapt pda novel
Pelangi Di Atas Cinta antara lain:
4.1.
Masalah Ketidakharmonisan Keluarga
Dalam
kehidupan sebuah keluarga, keharmonisan merupakan
pupuk agar keluarga itu tumbuh menjadi keluarga yang bahagia. Dengan kata lain,
keharmonisan keluarga dapat dipupuki dengan komunikasi yang hangat antaranggota
keluarga, dengan demikian keluarga akan serasa menjadi tempat yang nyaman untuk
berteduh dalam situasi apapun. Berbeda dengan Akmal, jika berada di
tengah-tengah keluarganya ia selalu saja merasa sendiri. Ia tak pernah
merasakan kenyamanan dalam rumahnya, rumah selalu terasa hening. Dan apabila
ada suara, paling-paling itu adalah suara percekcokan kedua orang tuanya
lantaran perbedaan pendapat.
“Suasana
mengheningkan cipta tanpa kata dan baris suara yang sedikit mengacau begitu
menguasai ruangan sekaligus meja makan. Aku dan Kak Mira duduk saling
berhadapan ditemani Mbak Retno yang duduk di samping Kak Mira. Rumah yang
begitu besar dan mewah ternyata hanya memberikan sebuah kesepian dan
ketidaknyamanan batin yang sangat panjang. Jiwa dan raga seperti tinggal di
sebuah gua yang sangat gelap tanpa ada penghuni, sangat tak diinginkan.”
(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 8).
“Malam ini
ketika aku hendak turun, kudengar suara-suara yang sedang berdebat dari ruang
tamu. Aku urungkan niat untuk turun. Langkahku terhenti di mulut tangga. Masih
dian, kebingungan. Namun karena rasa lapar tak lagi bisa kutahan terpaksa aku
pun ke dapur. Turun lewat tangga dengan
langkah yang sangat malas. Ternyata baru kudengar dengan jelas ketika berada di
dapur bahwa suara-suara itu tak lain adalah suara ayah dan ibu yang sedang
bertengkar. Mereka berdebat tentang sesuatu yang berada dalam rumah ini.
Masing-masing hanya saling menyalahkan sab seperti tak mau bertanggung jawab.”
(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 99).
4.2.
Masalah Pelarian dari Permasalahan
Akmal
merupakan seorang anak korban dari kesibukan kedua orang tuanya. Kasih sayang
dan perhatian tak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Hal ini yang
mendorong Akmal untuk mencari perhatian
dari luar rumahnya.
“Tak
lama kemudian aku meninggalkan rumah setelah pamit dengan Pak Kusmo dan Mbak
Retno. Aku bawa mobil. Itulah sebabnya Kandil mengajakku. Kami pun melaju
menuju cafe yang dimksudkan Kandil. Bukan cafe pada umumnya.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 53).
4.3.
Masalah Pembebasan dari Pekerjaan Hina
Pembebasan dari pekerjaan hina Marisa, dilakukan oleh Akmal, karena ia tak tega melihat perempuan
yang ia sayangi melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ia sukai. Marisa
bekerja di cafe itu karena adanya pemerasan dari bosnya. Bosnya tak rela kalau
Marisa harus meninggalkannya.
“Memangnya utangmu
berapa lagi?” tanyaku menyela.
“Itulah
masalahku. Dia tak pernah bilang. Jika diperkirakan pekerjaan yang begitu
banyak pelanggan nampaknya kalau hanya untuk biaya rumah sakit dan beberapa
kebutuhan hidupku sepertinya sudah lunas. Tapi nampaknya ia tak mau
melepaskanku. (Pelangi Di atas Cinta,2011: 115).
“Tawaranmu aku terima.
Hanya saja aku belum percaya.”
“Maksudmu?”
“Hitam di atas putih.”
Dan kami melakukan perjanjian peneyerahan
mobil itu. Semua surat-suratnya sudah kuberikan padanya. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 125).
4.4.
Masalah gangguan dalam keluarga
Gangguan memang selalu
menerpa kehidupan Akmal pasca perkenalannya dengan Marisa. Namun, masalah yang
paling hebat terjadi setelah ia menikah.
Kehidupan keluarganya selalu digandrungi
peluru-peluru tajam yang mantan bos Marisa, mantan bos Marisa selalu mengiming-imingi
Marisa agar cepat-cepat kembali padanya dan meninggalkan suaminya itu.
“Begini.....”katanya seperti tak
pedulikan kata-kataku.” Aku tahu kalian sedang dalam keadaan susah. Kita bisa
dan ingin membantu jika kamu membiarkan Marisa bekerja lagi pada kami. Seperti
dulu. Di cafe. Agar kamu tidak capek-capek lagi bekerja.” Katanya. Dan aku
geram. Mulai aku enduga bahwa itu semua yang terjadi pada kami termasuk tidak
adanya pelanggan di tempat kerjaku adalah pekerjaannya yang sengaja membuat
kami mendapat masalah besar. Tak bisa tidak, akupun harus menyilakan mereka
meninggalkan rumah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 182).
“secara tiba-tiba pemilik rumah
menginginkan kami mengosongkan rumah. Padahal masih dua minggu lagi waktu untuk
kami tinggal. Dan kami pun berniat untuk melanjutkannya. Tapi aneh dan sungguh
di luar dugaan kami. Pemilik rumah itu tak mengiyakan kata kami. Dia pun
membari waktu hanya tiga hari untuk mengosongkan rumah.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 199).
4.5. Masalah
meninggalkan kota kelahiran
Meninggalkan kota kelahiran dilakukan
Akmal beserta istri dengan harapan mereka dapat membangun rumah tangga kecilnya
agar tercipta suatu keluarga yang bahagia, bebas dari gangguan orang-orang yang
selalu mempunyai niat jahat kepada keluarganya itu.
“Aku
dan Marisa lebih baik meninggalkan jejak kota ini. Kita harus pindah.
Sepertinya mereka masih akan menganggu jika masih di sini.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 202).
“Dan
perjalanan kurasakan ditaburi oleh bunga-bunga. Seperti bersama-sama kami bersenandungkan
dengan lagu cinta. Langit yang sudah
bertabur bintang seperti ikut bernyanyi. Dalam hati kami terbesit doa-doa untuk
hari yang indah dipenuhi pelangi.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 205).
Berdasarkan paparan di atas permasalahan yang terjadi
pada Akmal sebagai tokoh utama merupakan akibat dari ketidakharmonisan
keluarganya, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kedua orang
tuanya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan dalam hidupnya, materi tidak begitu
dirasanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta” adalah perjuangan
hidup untuk menemukan arti sebuah cinta
dan kasih sayang.
5.
TOKOH
DAN PENOKOHAN
Tokoh adalah orang-orang yang
ditmpilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sifat,
sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita
dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah
beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan.
5.1. Jenis Tokoh
Jenis
tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan
protagonis.
5.1.1.
Tokoh
Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian
tokoh utama dan tokoh tambahan ini dlihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro,1998: 176).
Berdasarkan
pendapat di atas di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta karya Chaerul Al-Attar adalah Akmal, Marisa, dan si Gendut, karena
tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam menggerakan konflik cerita.
Dibandingkan
tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel “Pelangi Di Atas Cinta ini lebih banya.
Beberapa di antaranya bernama Firman, Dirman, Kandil, Demita, Mbak Retno, Pak
Kusman, Kak Ramla, Bu Ratna, Arianti, Kak Mira, Lestari, ayah Akmal, dan ibu
Akmal.
a.
Tokoh
Protagonis
Tokoh protagonis adalah
tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini merupakan tokoh
yang paling tinggi intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang
membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh protagonis berhubungan dengan
semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh protagonis menjadi pusat sorotan
dalam cerita.
Dalam penentuan tokoh
protagonis di dalam novel Pelangi Di Atas
Cinta ini lebih menyebut Akmal, Marisa, Bu Ratna, Firman, dan Bang Samin.
Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh-tokoh
ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam
novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh terhadap
masalah-masalah yang dihadapi serta tokoh ini hadir dari awal sampai akhir
cerita dan mempengruhi jalan cerita.
b.
Tokoh
Antagonis
Tokoh antagonis dalam
novel Pelangi Di Atas Cinta adalah si
Gendut karena ia sering beroposisi dengan Akmal.
5.2.
Jenis
Watak
Forster
(1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak
bulat, datar atau sederhana. Kedua jenis watak terdapat dalam satu peristiwa di
bawah ini.
5.2.1.
Tokoh
Berwatak Bulat dan Datar
Nurgiyantoro
(1998:183) mengatakan tokoh bulat atau kompleks sebagai tokoh yang memiliki dan
disebut berbagai kemungkinan sisi hidupnya, sisi kepribadiannya dan jati
dirinya. Abrams (1981:20-21) bahwa tokoh bulat atau tokoh kompleks dikatakan lebih mempunyai kehidupan manusia
yang sesungguhnya karena disamping sebagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia
juga sering memberi kebutuhan. Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana
adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu. (Nurgiyantoro,
1998:182).
5.3.
Teknik
pelukisan Tokoh
Dalam
novel Pelangi Di Atas Cinta tokoh-tokoh
bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.
a.
Akmal
Akmal merupakan seorang
anak muda yang sebenarnya mempunyai jiwa penyayang, ia sangat menyayangi
kakaknya melebihi sayangnya ia kepada kedua orang tuanya ini dikarenakan orang
tuanya tak pernah memberikan kasih sayang yang sebenarnya sangat ia rindukan.
“Gimana
kak?” Bagus tidak?” Kak Mira hanya tersenyum melihatku, tapi anggukan kepalanya
meyakinkanku bahwa dia senang lukisan dirinya tercipta dari buah tanganku,
seorang adik yang menyayanginya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:22).
“Sudah
lebih dari cukup. Hanya saja apa yang kalian berikan itu semua sama sekali tak
bisa berikan apa yang aku butuhkan. Cinta dan kasih sayang. Meski pun aku hidup
di rumah yang besar dan megah ini. Meski aku dilimpahkan dengan harta dan
kekayaan papa dan mama tapi sayang... aku sama sekali tidak merasakan bahagia.”
(Pelangi Di Atas Cinta,2011:139).
Watak Akmal juga
dikatakan sebagai orang yang baik, tidak mudah menyerah, dan pemberani
menganggung segala apapun risiko dengan apa yang ia lakukan, ia selalu berani
pantang mundur dengan apa yang ia yakini benar. Terlihat saat ia ingin
membebaskan Marisa dari pekerjaan hinanya itu.
“Aku membernikan
diri dengan segala kemampuan dan kelemahanku. Sehari sebelumnya aku suda
ceritakan pada Firman, dia tidak
melarangku. Dari rumah aku pamit pada Pak Kusmo dan Mbak Retno. Mereka hanya
mendoakan. Aku tahu dan sadar dengan apa yang aku lakukan. Ini karena cintaku
kepada Marisa.” (Pelangi Di Atas
Cinta,2011:121).
“Cafe sangat
ramai dengan kegiatan seperti biasanya. Kulihat Firman tak menoleh ketika masuk
hingga ke ruangan boss cafe. Aku dan Firman sudah berani menanggung segala
risiko. Kulihat dua orang anak buah bertubuh tegap dan besar berdiri di
belakang boss yang sedang asyik mrokok. Mereka tentu siap melakukan perintah
yang keluar dari mulut manusia tak punya hati ini. Aku berusaha tenang dengan
memperlihatkan ketidaksenangannya pada kami.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:124).
Dari dialog yang
ditampilkan dalam novel Pelangi Di Atas
Cinta dapat diketahui bahwa Akmal sangat mencintai istrinya dan mau
menerima segala kekurangan yang dimiliki istrinya tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan:
“Aku
mencintaimu. Sungguh aku tak main-main.”
“Tapi
Mal, aku bukan perempuan baik-baik.”
“Tapi
perlu tahu kamu siapa. Aku tak pernah memandangmu begitu.”
Marissa hanya
memandangku. Sementara aku tak tahu keberanian apa yang merasuk diriku. Aku
tulus mencintainya. Dan kami saling memandang. Begitu bergetar hatiku.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:105).
b.
Marisa
Penggambaran bentuk fisik dan penggunaan
pakaian memang berhubungan dengan masalah pekerjaan, Marisa merupakan perempuan
yang memiliki paras yang cantik, ia selalu mengenakan pakaian yang sangat
seksi. Pantaslah kalo ia adalah seorang wanita penghibur yang digandrungi
banyak lelaki. Di samping ia memiliki wajah yang cantik, ia pun memiliki tubuh
yang ideal. Pantaslah ia menjadi primadona di cafe tempat ia bekerja.
“Beberapa menit kemudian seorang
perempuan datang duduk denganku. Aku tak
mengenalnya. Wajahnya sangaat cantik dengan pakaian yang sangat seksi.
Seperti seksi.”Dia hanya sendirian dan
nampaknya lagi mabuk. Dari wajahnya dia
sedikit lebih tua dariku. Sambil merokok dia bicara.
Bahasa “kenapa ke sini kalo tidak suka
tempat ini?” tanyanya degan bahasa yang sangat tak karuan. Aku tak menjawab
malah hanya memandangnya. Sikap dan tingkahnya bisa membangkitkan gairah tap
yang melihatnya. Lama melihatku diam, dia malah mengulurkan tangannya. Mungkin
begitulah kebiasaannya: berkenlana, kencan dan seterusnya. Anehnya aku tak
menolak untuk menjabat tangannya.
“Marisa Aandriani. Maaf, aku seorang
wanita penghibur, jika tak ingin berteman tak apa.” Katanya dengan sangat
lantang. Aku tak kaget karena sudah kutebak sebelumnya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:52-53).
Marisa merupakan sosok perempuan yang
sangat jujur, ia tak malu-malu untuk
menceritakan jati dirinya sebenarnya sebagai seorang wanita penghibur. Ini
dapat dilihat ketika ia tengah berkunjung ke rumah Akmal. Ia menceritakan semua
masa lalunya yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini kepada Mbak Retno dan
pak Kusmo.
“Sekarang
aku ingin bapak dan mbak dengar cerita dari Marisa. Dia akan jujur pada kita
tentang awal kehidupannya hingga dia menjadi perempuan yang banyak dihinakan
oleh kebanyakan orang.” Aku memandang Pak Kusmo.” Kinipun aku berpikir
bagaimana akan mengeluarkan Marisa dari dunia yang tak diinginkannya.” Kataku
lagi.
“Aku
memang begini takdirnya. Sudah begini jalan hidup yang kujalani. Tak bisa aku
berari dari kenyataan ini. Aku tak memilikiki kekuatan yang besar untuk
melakukannya.” Kata Marisa mengawali ceritanya.”
“Tepatnya
pilihan hidup ini teradi tiga tahun yang lalu. Ayah sudah lama meninggal dan
ibuku baru beberapa minggu memenuhi panggilanNya. Tidak bisa tidak, kamipun
harus hidup dengan kerja sendiri.” (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 111-112).
Marisa juga mempunya
watak setia kepada suaminya, walaupun dia selalu diiming-imingi materi yang
berlimpah dari mantan bossnya di cafe. Ia tetap teguh pada pendiriannya. Ia
selalu menolaknya bahkan penolakan tersebut dilakukannya dengan sangat keras,
akmalpun sebagai suaminya tak menyangka bahwa istrinya tersebt bisa melakukan
kan sampai seberani itu. Terjadi saat dialog di bawah ini.
“Lebih
baik aku mati daripada kembali padamu.” Kata Marisa.
“Kamu
tak susah begini kalau kau mau.”
“Aku ta pernah merasa tersiksa
dengan kehidupanku searang ini.” Tanpa kuduga, Maris begit nekad. “Lebih baik
sekarang kalian pergi kalu tidak kalian pasti akan menyesal.” Aku kaget
ternyata Marisa membawa pisau. Dia menujuk mereka dengan pisau. Dan nampaknya
si gemuk itu kehilangan nyali. Dia tahu orang yang nekad bisa berbuat apa saja.
(Pelangi Di Atas Cinta,2011:183).
c.
Si Gemuk
Dari
sebutannya sudah dapat kita bayangkan bahwa ia seorang laki-laki yang berbadan
gemuk, ia merupakan sosok boss yang kejam, setiap hari dia selalu dikelilingi
oleh dua pengawalnya.
“Kulihat
dua orang anak buah bertubuh tegap dan besar berdiri di belakang boss yang
sedang asyik merokok. Mereka tentu siap melakukan perintah yang keluar dari
mulut manusia tak punya hati ini. Aku berusaha tenang dengan memperlihatkan
ketidaksenangannya pada kami.”
Malah
lebih keras tertawanya. Dia kemudian berbisik pada seorang di belakangnya yang
berdiri dari tadi sperti patung. Dia pun keluar. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:124).
Watak si gemuk adalah
seorang laki-laki yang sombong, ia selalu menganggap semuanya bisa dibeli
dengan uangnya.
“Dia tertawa
lagi kemudian bicara. Kau serius melakukan ini hanya untuk seorang pelacur?”
“Akan kubeli
dirimu jika kau mau.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:125).
Si gemuk merupakan
sosok yang tidak konsekuen tentang janjinya/ seorang yang sering mengikari
janjinya. Apabila ia merasa dirugikan ia takkan bisa menerima kenyataan. Hal
ini terlihat ketika ia menginginkan Marisa untuk kembali padanya dengan alasan
bisnisnya macet pasca ia ditinggalkan Marisa. Dapat dilihat dari percakapan di
bawah ini.
“Maunya
kamu apa?” tanya Bang Samin.
“Kembalikan
Marisa padaku.”
Bukannya kita
sudah sepakat untuk tidak mencampuri segala urusan yang sudah-sudah.” Kataku.
“Tapi akhirnya
aku berpikir ternyata aku salah. Bisnisku macet dan setengah-setengah jalannya
karena tidak adanya Marisa.(pelangi Di
atas Cinta,2011:154).
5.3.1.
Teknik
Ekspositori
Teknik
ekspositori ini dikenal dengan istilah teknik analitis merupakan pelukisan
tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan
secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku, dan juga ciri fisiknya
(Nurgiyantoro, 1998: 195).
Di
dalam novel ini teknik ekspositori yang digunakan pengarang adalah analisis
langsung (direct auther analysis).
Disebut teknik analisis pengarang secara langsung apabila pengarang secara
langsung menyebutkan watak tokoh yang dianalisis. Pembaca tidak perlu
mengira-ngira watak seorang tokoh karena pengarang sudah menyebutkannya secara
jelas.
Untuk
melukiskan bahwa akmal adalah seorang pintar, ulet, dan seorang pelukis yang
berbakat, digambarkannya beberapa kalimat yang dapat langsung dimengerti
bagaimana sifat tokoh itu.
“Aku mendapat
alamatmu dari seorang teman. Dia beritahukan tempat kerjamu. Awalnya aku
tertarik ketika melihat sebuah lukisan miliknya. Katanya kamu yang melukis.
Makanya aku ingin sekali lihat langsung ke sini. Ternyata benar kamu pelukis
yang hebat. Sangat mendalami dan menjiwai.” (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011:188).
Penggunaan
teknik ini dalam sebuah novel membuat pembaca lebih santai membaca cerita yang
dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian
tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam
penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan keutamaan atau kelebihan teknik
ini. Akan tetapi, penggambaran watak tokoh yang secara langsung ini dapat mula
menimbulkan kebosanan atau kejengkelan karena pembaca diperlakukan seperti anak
kecil yang ditujukan, tanpa dapat berpikir sendiri. Walaupun demikian pada saat-saat
tertentu teknik ini dilaukan, di saat penggunaan teknik ini dapat mengurangi
nilai sebuah karya sastra.
5.3.2. Teknik Dramatik
Pelukisan
tokoh melalui dramatik adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan
kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat
kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui
peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro,1998:198). Teknik ini mencakup
beberapa macam.
Pelukisan
Pikiran dan Perasaan (Portroyal of
strought stream of thought)
Teknik pelukisan dan
perasaan ini menyatakan bahwa ada keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan,
apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan
dirasakan oleh tokoh, dalam hal ini banyak sifat-sifat kediriannya
(Nurgiyantoro, 1998:204)
“Aku berdiri
memandangnya. Emosiku naik. Bagaimana bisa aku melakukan ini pada istriku? Tapi
darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Pikranku kacau. Dilingkupi oleh
asap-asap kecurigaan. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011:185).
Dari kutipan di atas
dapat dilihat bahwa jalan pikiran Akmal memang kurang tepat, karena ia lebih
mementingkan emosinya, ia tidak bisa mengontrol emosinya sehingga tak bisa
membicarakan masalahnya dengan kepala dingin yang akhirnya menyebabkan
pertengkaran denga istrinya.
Reaksi
Tokoh (Reaction to event)
Nurgiyantoro
(1998:209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang
diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama. Atau tokoh-tokoh yang dipelajari
kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain
sebagainya.
“Marissa
langsung memelukku. Kurasakkan detak jantungya. Aku tahu dia sangat
mencintaiku, begitu juga aku. Masih diam. Terpikirkan oleh kejadian-kejadian
dalam hidupku tapi tak pernah ada dalam pikiranku bahwa aku akan meninggalkan
Marissa. Tak pernah. Aku akan selalu hidup bersamanya. Dengan cinta.” (Pelangi Di Atas Cinta,2011:184).
Reaksi Marissa terlihat
sangat jelas ketika dua orang suruhan si gemuk datang untuk mengantarkan sebuah
bingkisan, sebagai tanda damai. Namun
Marissa tetap saja tak mempedulikannya, ia langsung mendekat ke suaminya untuk
mencari ketenangan dan meyakinkan suaminya itu.
Cakapan
(Conversation of outher about character)
Teknik
cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata
para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari
tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro,
1998:203).
“Kudengar ada
beberapa teman berttanya: apakah kamu diusir dari rumah? Sekarang kamu sudah
jarang kuliah, sudah enak rupanya hidupmu dengan seorang.....? janganjangan
kamu merasa dunia ini hanya di atas rancang dengan semua keindahan? Mungkin
kamu pikir seorang perempuan itu bisa membuatmu kenikmatan surga? Sepertinya
kamu memilih perenpuan......itu daripada orang tuamu?”(Pelangi Di Atas Cinta,2011:165).
Kutipan
di atas mencerminkan seorang mahasiswa yang
tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang mahasiswa yang memiliki
tingkat intelektual yag tinggi karena ia bergaul dengan seorang wanita
penghibur dan sampai-sampai ia menikahinya.
5.4.
Nama
Tokoh (The name of charachter)
Stanton
menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk
mengungkapkan watak tokoh (1965:17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh
yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam
novel Pelangi Di Atas Cinta, teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh yang
dianggap lebih tua dan patut dihormati yakni dengan menggunakan kata sapaan:
bu, bang, kakak, mbak, dan pak dapat menggambarkan sifat tokoh ini, kata sapaan
ini diberikan orang Indonesia untuk menghormati orang yang lebih dewasa atau
usianya di atas kita.
6.
LATAR/SETTING
Latar
merupakan tempt terjadinya peristiwa dalam di dalam cerita atau lingkungan yang
mengelilingi pelaku di dalam cerita (Stanton,1965:18). Abrams (1981:175)
menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peritiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan
engan Abrams, Nurgiyantoro menyatakab bahwa novel sebagai sebuah dunia
imajinasi yang tidak hanya membutuhkan
penghuni beserta permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga
membutuhkan ruang, tempat, dan waktu
bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal dengan
latar (1988:227).
6.1.
Latar Tempat
Latar tempat menyaran
pda lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro,1998:227). Di
dalam Pelangi Di Atas Cinta disebutkan
secara eksplisit nama tempat peristiwa-peristiwa berlangsung.
Secara garis besar di
dalam Pelangi Di Atas Cinta, latar
berkisar pada duantempat. Latar pertama, pengarang menyatakan adanya rumah,
secara detailnya kamar, ruang makan, dapur, ruang tengah, dan taman. Selain
cafe, halte bus, pantai, kampus, kelas, rumah sakit, ruang guru, restaurant, tempat
kerja, kontrakan Firman, dan masjid.
Aku duduk di
depan kamar menikmati cahaya bulan yang mengenai separuh wajahku. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:6)
Di meja makan
hanya aku, Kak Mira dan Mbak Retno. (Pelangi
Di Atas Cnta,2011)
Sebuah rumah
yang cukup sedehana, yang tak seharsnya ditempati oleh seorang guru. (pelangi Di Atas Cinta,2011:15)
Bis berhenti di
sebuah halte kecil. Kami pun turun lalu berjalan menuju suatu kompleks melalui
gang kecil. (Pelangi Di Atas
Cinta,2011:15)
Sesampai di sana
seperti biasa kulemparkan saja tubuhku di atas ranjang. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:19)
Sore ini aku
tengah duduk di taman dengan sebuah lukisan. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:22)
Berselang
beberapa menit aku sudah di kamarnya Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:23)
Sekarang coba
kamu lihat laut ini, kadang bergelombang kadang teduh. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:26)
Makanya saat
masuk kelas aku langsung duduk, di ampingku Dirman yang sudah pastinya mengerti
sikapku. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:27)
Hari-hari yang
melelahkan, aku harus menghabiskan di rumah sakit. (Pelangi Di Atas Cinta,2011:33)
Di tempat
pemakaman, tempat segala jasad manusia yang telah berpisah dari semua bentuk
urusan dunia, tempat di mana kita akan menuju ke sana, aku tengah berdiri
dengan sisa-sisa kekuatanku. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 39).
Di hari ini, aku
,Kandil, Firman, dan Dirman tengah berada di tepi laut. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 43).
Di halaman rumah
nampak sedang menunggu Pak Kusmo. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 46).
Setelah dua
lampu mera terlewati dengan tingkatan kemacetan yang berbeda, mobil berhenti di
sebuah restaurant mewah. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 46).
Kami pun meninggalkan Ibu Ratna di depan ruang guru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 50)
Kurang lebih
lima menit dalam perjalanannya, akhirnya kami sampai juga. Kami masuk ke dalam
cafe. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 52)
Ketika di kampus
aku hanya banyak merenung dan duduk sendirian meski tak sedikit teman-teman
yang ada di jurusan telah kujabat tangannya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 58)
Makanya aku
mampir ke rumah Kandil yang tinggal bersama keluarganya. (Pelangi Di Atas Cinta,2011: 65).
Aku pun akhirnya
sampai di toko buku milik Bang Samin. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 66).
“Waaahh.. Nak
Akmal. Kok melamunnya di dapur. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 81).
Di kontrakannya
Firman kusediakan sebuah unit komputer. (Pelangi
Di Atas Cint, 2011: 104)
Kini kami bicara
di depan mobil setelah kuparkir di tepi jalan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 105).
Sepuluh menit kemudian, aku sampai di
rumahnya ibu Ratna. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 127).
Sore itu, di
rumah Bang samin, kami disambut keluarganya dengan wajah yang haru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 130).
Aku berziarah di
makam Kak Mira.... (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 135).
Seusai shalat
aku dan Firman tertegun di teras masjid. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 146)
Kini kai berada
dalam sebuah rumah yang tak terdengar kebisingan .(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 191)
Di ruang tengah.
Mereka pun bersepakat untuk menggantungnya di ruang tengah. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 196).
Di tempat kerja,
seperti biasa belum ada pelanggan. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 196).
6.2. Latar Waktu
Nurgiyantoro
berpendapat (1998:230) berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah
“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar waktu yang
digunakan di dalam novel Pelangi Di Atas
Cinta berikut ini:
Malam
begitu menguasai bumi. (Pelangi Di Atas
Cinta,2011: 6)
Kulihat jam
tanganku. Pukul 21.30. ayah dan ibu belum juga pulang. Pelangi Di Atas Cinta,2011: 9).
Bukan hanya pada
malam ini tapi dari malam sebelumnya. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 10).
Pagi yang biasa
untuk mengawali hari. (Pelangi Di Atas
Cinta,2011: 10).
Al, pagi-pagi
akan bersarapan teori Einstein. (Pelangi
Di Atas Cinta,2011: 11)
Selepas pulang
sekolah aku dan Dirman akan melakukan rencana tadi pagi setelah memberitahukan
kepada Kandil dan Firman kalau kami batal ke toko buku. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 15).
Seusai makan
malam yang bagiku tak punya kesan sama sekali itu, membuatku harus cepat
melangkah ke kamar. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 19).
Malam semakin
larut. Aku dan Kak Mira tak akan berharap lagi akan sosok kedua orang tua yang
akan mengusap kepala sebelum tidur. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 20).
Malam telah
memgang ubun kepala. Aku sudah hilang hampir semua di alam mimpi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 21).
Seminggu setelah
kejadian yang menambah kegoyangan hatiku. Kini aku sudah bisa kembali menjalani
kehidupan seperti biasanya. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 22).
Sore ini aku
tengah duduk di taman dengan sebuah lukisan yang setengah jadi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 22).
Lama aku
memandang lukisan yang masih basah dengan cat berwarna. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 23).
Berselang beberapa menit aku sudah di kamarnya
Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
23).
Sore yang tak
ada pelangi, memaksa aku harus melakukan perpanjangan khayalan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Benar ibuku,
wanita yang merelakanku beberapa tahun lalu lahir dan menangis di rahimnya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Tak beberapa
lama terdengar lagi suara ketukan untuk yang kedua kalinya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 24).
Sore ini
berwajah cerah. Kami pun melaju dengan mobil hitam. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 25).
Sekarang coba
kamu lihat laut ini, kadang bergelombang kadang teduh. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 26).
Tak kusadari waktu
telah bergulir meninggalkan detik dan menit. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 26).
Saat bel
berbunyi, aku tertatih pelan masuk kelas. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 27).
Setelah
melakukan beberapa hal yang selalu menjadi kebiasannya, diapun mulai berceloteh
tentang bahasa Inggris. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 27).
Dua kali empat
puluh lima menit telah selesai. Pak Rahan berbeda kali ini, dia tak memberikan
tugas rumah lagi. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 27).
Setelah
pelajaran bahasa Inggris, kini kami harus mempelajari ilmu yang harus ditekuni
Albert Einstein, Fisika. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 28).
Sebulan
kemudian, ... aku dan Kak Mira tengah di meja makan. Makan malam kali ini ada
yang berbeda. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 28).
Belum ada lima
menit Kak Mira sudah ada di kamar. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 29).
Tiga hari
setelah Kak Mira menceritakan hal yang selama ini menjadi rahasia yng tak
pernah aku tahu. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 31).
Setelah diam
menghinggapi kami beberapa menit, Mbak Retnoo pun menceritakan semuanya tentang
Kak Mira. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
32).
Hari yang
mengundang semua rasa haru. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 33).
Sudah lebih dari
dua minggu dia terbaring di rumah sakit. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 33).
Tinggal dua
minggu lagi aku akan menghadapi UAN, tapi persiapanku sama sekali belum
maksimal. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
33).
Hari ini aku
hanya sendirian lagi menemani Kak Mira. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 34).
Hari yang tak
pernah beri aku ruang untuk tertawa riang, kini seperti tengah berusaha
mencekik dengan sebuah derita yang begitu panjang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 34).
Sore yang
mengundang malaikat maut datang berjabat. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 36).
Hari ini hari
terakhir, semua anak kelas ujian bisa bernafas lega terbebas dari ujian. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 36).
Dua hari setelah
pemakaman Kak Mira. Rumah kurasakan seperti sebuah penjara yang hanya aku
sendiri di dalamnya. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 41).
Pagi itu, hari
minggu tanpa ada kegiatan, ibu masuk ke
kamarku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
41).
Setelah beberapa
hari menjalani hidup tanpa ada seorang kakak, aku mulai bisa melihat kenyataan
dengan sesungguhnya. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 43).
Seminggu lagi
pengumuman hasil ujian akhir. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 43).
Dan hari ini,
aku, Kandil, Firman, dan Dirman, tengah berada
di tepi laut. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 43).
Dua minggu
setelah kepergian Kak Mira, kini rumah menjadi sangat sepi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 45).
Malam ini pun
begitu, bahkan nampak tidak seperti biasanya, keduanya ada di rumah sebelum
magrhrib. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
45).
Sesudah waktu isya
melambai, ibu masuk ke kamarku. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 46).
“Mal, malam ini
papa ajak makan malam di luar. Kamu mau ikut kan dengan kita?” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Setelah dua
lampu mera terlewati dengan tingkatan kemacetan yang berbeda, mobil berhenti di
sebuah restaurant mewah. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 46).
Setelah beberapa
menit ayahku memesan menu makan. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 46).
Ketika selesai
makan malam yang tanpa kesan indah sedikit pun itu, kami langsung pulang. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
Sehari lagi
pengumuman UAN, anehnya aku sama sekali tak memikirkan hal tersebut dengan
sebutan kekhawatiran. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 47).
Hanya Mbak Retno
yang sibuk dengan pekerjaan yang mungkin sudah sepuluh tahun lebih ia lakukan
dengan ikhlas. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 51).
Suatu malam di
meja makan. Aku, ayah, dan ibu berada di tepi meja. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 51).
Setengah jam
lewat dari jam delapan aku masih diam di tempat tidur. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 51).
Beberapa menit
kemudian seorang perempuan datang duduk denganku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 52).
Beberapa menit
kemudian ada SMS dari Kandiil. Dengan sangat tenang aku membacanya. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 53).
Pagi harinya
ketika mentari telah tersenyum sempurna di ufuk timur.(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 54).
Sudah lewat
beberapa senja dengan berbagai warna hari yang bisa tergambar dengan benar
dalam retina hidupku. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 57).
Hari ini aku ke
kampus setelah OSPEK telah berakhir dua
hari yang lalu. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 57).
Sepulang dari
kampus kami bertemu Kandil. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 60).
Suatu malam aku
baru pulangdari mengantar Firman. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 62).
Sore hari sesudah
ashar aku dari rumah ingin ke rumahnya Kandil. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 65).
Dua hari
berselang aku ingin menuangkan hasil pikiran dan imajinasiku dalam lukisan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 70).
Malam begitu
tenang. Seakan-akan aku hanyalah seorang yang hidup di dunia ini. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 72).
Suatu siang aku
penuh dengan pikiran yang tak menentu. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 77).
Siang ini
perpustakaan nampak sepi dari pengunjung. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 77).
Seminggu setelah
meninggalnya Kandil. (pelangi Di Ata
Cinta,2011: 79).
Sekarang senja
sudah di depan mata, yang terjadi adalah yang menjadi potongan kenyataan yang
tak bisa lagi diubah. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 79).
Tak terasa sudah
setahun setengah aku berada di sebuah lembaga intelektual: kampus. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 83).
Seminggu
berselang aku ke cafe yang pernah aku dan Kandil kunjungi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 87).
Sudah tengah
malam rupanya tapi aku belum mau pulang. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 87).
Senja sudah tiba
dengan warnanya. Aku tak sedang di luar. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 95).
Dan setengah jam
kemudian aku baru bernafas lega seperti
tersenyum pada langit sore. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 95).
Lima belas menit
kemudian aku sampai di kontrakannya Firman. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 97).
Setelah shalat
Magrib baru kudapati balasan dari Firman. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 98).
Beberapa menit
kemudian,rumah nampak sangat sepi dengan segala keheningan di semua penjuru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 99).
Pukul 22.00, aku
meninggalkan rumah dengan diam-diam. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 100).
Kuingat kata
Marisa seminggu yang lalu. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 104).
Hampir sebulan
lebih aku jarang masuk kuliah padahal aku sudah tidak semester satu lagi. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 108).
Bebrapa bulan
kemudian setelah adikku ujian semester
genap suatu masalah datang. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 112).
Tepat jam sebelas malam lewat seperempat
aku kembali ke rumah sakit. (Pelangi Di
atas Cinta, 2011: 113).
Dan malam itu akupun harus menjadi
perempuan yang tidak merasakan memiliki tubuh secar utuh. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 114).
Malam yang begitu menegangkan .... (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 121).
Tak lama kemudian kami pun langusng
membawa adik Marisa, Arianti. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 122)
Sekarang apa yang bisa aku bantu. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 123).
Tiga hari setelah Marisa kukeluaran dari
dunia mengambil hak hidupnya sebagai seorang manusia dan perempuan. (Pelangi Di Atas cinta, 2011: 126).
Dan tepat sore ini sepulang dari kampus,
aku dan Firman ingin ke kontrakannya. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 127)
Sepuluh menit kemudian, aku sampai di
rumahnya ibu Ratna. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 127).
Sore itu, di
rumah Bang samin, kami disambut keluarganya dengan wajah yang haru. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 130).
Tepat jam
sembilan kami menghentikan aktifitas menulis. (Pelangi di atas Cinta, 2011: 131)
Sore yang
nampaknya begitu tenang. Aku tengah berada di tengah kuburan. Ashar sudah lewat
beberapa puluh menit. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 135).
Dan mulai hari
ini akupun memandang hidup dengan yakin bahwa semuanya akan bergulir. (Pelangi Di Atas cinta, 2011: 141).
Keesokan harinya
aku dan Firman ke ruah Bang Samin. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 141).
Kamipun
menyepakati akan dilangsungkan penikahanku dengan Marisa minggu depan. Hari
Jumat sesudah Ashar. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 144).
Seusai shalat
aku dan Firman tertegun di teras masjid. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 146).
Tak dirasa sudah
dua jam berlalu. Tak lama lagi Ashar. (Pelangi
di Atas Cinta, 2011: 148).
Sehari berselang
aku mulai membenhi diriku. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 150).
Aku dan Marisa
akan menikah hari Jumat depan. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 151).
Hari yang
kuanggap paling bersejarah dalam hidupku. Sebah babakan baru dalam hidup kini
tertapaki. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
157).
Sore sesudah
Ashar, rumah Bang Samin nampak ramai. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 157).
Tepat jam lima
sore berlangsung akad nikah. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 158).
Beberapa menit
kemudian wali hakim mohon diri. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 159).
Keesokan harinya
sesudah isya, aku datang ke rumah bang samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 162).
Dua hari
berselang ketika aku dan Marisa dalam bahtera rumah tangga. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 164).
Hingga hari ini
tak pernah kuceritakan pada istriku, Marisa. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 165).
Hingga sore hari
aku pun menepati janjiku ke kuburan Kak Mira. (Pelangi Di atas Cinta, 2011: 166).
Tiga minggu
telah berlalu. Banyak cerita yang terlewati. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 167).
Selesai Zhuhur
aku kembali ke rumah dan kembali ke tempat kerja bersama Marissa. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 170).
Selesai shalat
aku memberitahukan Marisa bahwa kami akan ke pantai. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 172).
Beberapa hari
ini kamu terlihat termenung sendiri. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 174).
Kebetulan sore
itu ayah dan ibu ada di rumah. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 175).
Hampir tiga
minggu aku bekerja di siang hari dengan melukis di malam harinya aku menulis. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 178).
Selasa Maghrib
aku dan Marissa kembali ke rumah kami, (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 181).
Pagi
hari yang tak ada kebisingan..... (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011, 181).
Berlalu
saja waktu dengan segala cerita yang kebanyakan tak selalu menjadi angin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 184).
Hari
ini, aku kembali bekerja di tempat kerja. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 184).
Beberapa
menit kemudian datang Firman. (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 186).
Hari
ini aku ke tempat kerja. (Pelangi Di Ata
Cinta, 2011: 187).
Hari
yang nampaknya akan tenang.... (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 191).
“Sayang,
sudah Subuh. Bangun.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 193).
Duahari
berselang aku dan Marissa mengntar Arianti pulang ke rumah Bang Samin. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 194).
Sebelum
jam sepuluh aku dan Marisa kembali ke rumah. Keheningan dan ketenangan rumah
sudah menyambut. Keesokan harinya, kami kedatangan tamu yang sudah tak asing
lagi wajahnya. (Pelangi Di Atas Cinta,
2011: 196).
Waktu
terus bergulir meninggalkan tempat berdiriku, dimana aku sedang memandang ke
depan melihat hari sok lalu menengok kembali ke belakang untuk merenungkan sema
yang telah terjadi dalam lembaran kenanganku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 198).
Secara
tiba-tiba pemilik rumah menginginkan kami mengosongkan rumah.padahal masih dua minggu lagi waktu untuk kami tinggal. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 199).
Hari
ini, tiba-tiba di tempat kerja ada kejadian yang juga tak pernah kuduga. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 201).
Sesudah
Magrib aku ke rumahnya Bang Samin. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 202).
Dua
hari berselang segala persiapan sudah mantap. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 204).
6.3.
Latar Sosial
Nurgiyantoro
(1998:233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial suatu tempat, yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata
cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong laar
spritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar
sosial yang diceritakan di dalam novel Pelangi
Di Atas Cinta adalah masyarakat metropolitan, sebuah masyarakat yng berada
di ibu kota. Di dalam novel ini dijumpai nama panggilan Bang, yang merupakan
sebutan atau kata sapaan kepada seorang lelaki yang dianggap lebih tua pada
masyarakat betawi.
Dibandingkan
dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih menonjol dan fungsional di
dalam penggarapan novel ini. Kebiasaan dan realita kehidupan yang ada di dalam
kehidupan masyarakat daerah metropolitan diolah sedemikian rupa sehingga
pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang lika-liku kehidupan kota
besar yang terlihat begitu gemerlap, namun menyimpan berjuta kegelapan hidup.
Latar
sosial dalam novel Pelangi Di Atas Cinta antara
lain:
a.
Seorang
Anak Pengusaha
Seorang anal pengusaha ada dalam tokoh akmal. Akmal
adalah seorang anak yang terlahir dari orang tua yang dua-duanya merupakan
seoang pembisnis yang sangat sibuk dan tak pernah sempat memberikan kasih
sayang untuknya.
“Ayah ibuku yang
selalu tak pernah tinggal di rumah secara penuh dalam sehari membuat rumah
seperti sebuah tahanan.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 6).
b.
Seorang
Wanita Penghibur
Seorang
wanita penghibur ada dalam tokoh Marissa. Marissa merupakan wanita penghibur,
ia bekerja di sebuah cafe.
“Marissa
Andriani. Maaf, aku seorang wanita penghibur, jika tak ingin berteman tak apa.”
Katanya dengan sangat lantang. Aku tak kaget karena sudah kutebak sebelumnya.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 53).
c.
Seorang
Guru
Seorang
guru ada dalam tokoh Ibu Ratna. Guru merupakan pengganti orang tua di sekolah,
di sinilah Akmal menemukan sosok seorang ibu yang sebenarnya, ia sangat
memperhatikan anak didiknya dengan tulus dan penuh perhatian walaupun dengan
kelemahannya itu.
“Karena ibu
Ratna adalah salah satu guru di sekolahku yang sangat sederhana. Ke sekolah ia
hanya naik angkot, pegawai dengan gai yang sangat standar itu membuat ibu Ratna
harus menggunakan beberapa rumus matematika untuk dijadikan perhitungan
kebutuhan hidupnya.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 13).
“Tanpa
disadarinya ibu Ratna telah berusaha mengikis secara perlahan image dan pandangan masyarakat secara
umum tentang sosok seorang perempuan. Aku pun sadar, ternyata perempuan tak
selemah-lemah apa yang selalu dibilang karena dalam dirinya juga terdapat
kekuatan yang besar”. (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 17).
d.
Seorang
Pemilik Toko Buku
Seorang pemilik toko buku ada dalam tokoh Bang
Samin. Bang Samin adalah bos Firman yang berpengetahuan luas, dan telah
dianggap sebagai keluarga oleh Akmal.
“Ternyata tempat
ia bekerja dimiliki oleh seorang lelaki yang sangat baik dengan pengetahuannya
yang cukup luas. Buku-buku yang dijualnya kebanyakan berbau agama. Pemilik toko
buku itu katanya memiliki keluarga yang sangat harmonis. Seorang istri dan
seorang anak perempuab. Firman yang ternyata sudah begitu dekat dengannya biasa
memanggilnya Bang Samin.” (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 62).
e.
Seorang
Pengusaha Sukses
Seorang pengusaha sukses ada dalam tokoh ayah dan
ibu Akmal. Mereka merupakan salah seorang pembisnis hebat, ia banyak menanam
saham di berbagai perusahaan.
“Ternyat
aku salah, ini bukan makan malam keluarga tapi ini adalah sebuah formalitas
untuk negosiasi bisnis dan sudah pasti aku sangat kecewa dengan hal tersebut.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 46).
f.
Seorang
Bos Cafe
Seorang boss cafe ada dalam tokoh si Gemuk. Ia
merupakan boss sebuah cafe tempat Marissa bekerja.
Kulihat
Firman tak banyak menoleh ketika kami masuk hingga ke ruangan boss cafe. Aku
dan Firman sudah berani menangung segala resiko. Kulihat dua orang anak
bertubuh tegap dan besar bersiri di
beakang boss yang sedang asyik merokok. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 124).
g.
Seorang
mahasiswa
Seorang mahasiswa ada pada tokoh Firman. Ia
merupakan seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta yang merupakan teman
satu kampus dan satu jurusan dengan Akmal.
Sementara
Firman satu jurusan denganku. Aku memutuskan ambil Sastra daripada jurusan
exact. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 58).
Dari
uraian di atas, diketahui bagaimana latar sosial yang melingkupi masyarakat
metropolitan pada novel Pelangi Di Atas
Cinta. Latar ini dapat menjelaskan berbagai aspek yang mempengaruhi
masyarakat tersebut dalam bertindak dan mereaksi sesuatu yang mereka temui
sehari-hari, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Latar sosial ini
menjelaskan pula kebiasaan masyarakat metropolitan dalam mengarungi kehidupan
yang penuh dengan gemerlapan dunia.
7. SARANA SASTRA
Stanton
(1965:23) menyatakan sarana sastra sebagai cara pengarang untuk menyeleksi dan
menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya yang bermakna. Tujuan
sarana sastra adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui
sudut pandang pengarang, melihat arti fakta cerita sehingga dapat bertukar
pendapat tentng pengalaman yang terlukiskan . pembahasan mengenai sarana sastra
meliputi judul, pusat pengisahan, gaya bahasa, nada dan ironi. Di bawah ini
keempat sarana sastra itu dibahas satu persatu.
7.1. Judul
Judul
adalah nama yang dipakai untuk buku, bab buku yang dapat menyiratkan scara
pendek isi buku atau bab itu (Depdiknas, 2007: 479). Judul biasanya mengacu
pada sejumlah elemen struktural fiksi cerita lainnya seperti mengacu kepada
latar, konflik, tokoh, simbol cerita, akhir cerita, dan sebagainya.
Menurut
Stanton (1965:25) judul suatu cerita biasanya memberikan gambaran akan makna
suatu cerita. Oleh karena itu, hubungan judul itu sendiri terhadap keseluruhan
cerita dapat dideskripsikan sebagai berikut: sebagai pembangun cerita,
berkaitan dengan teknik penyelesaian, berkaitan dengan latar dan waktu, sebagai
titik tolak konflik antarpelaku, judul sering dinyatakan dalam bentuk kiasan atau
simbol, judul sering dinyatakan dalam pepatah, dan judul mrujuk suasana.
Judul
Pelangi Di Atas Cinta karya Cherul
Al-Attar berkaitan dengan konflik. Istilah “konflik” menunjuk pada
kejadian-kejadian apa saja yang muncul dalam cerita. Konflik-konflik ini
dijelaskan secara runtut dan tidak monoton sehingga menimbulkan kesan yang
tidak membosankan, pembaca ingin terus menikmati alur demi alur cerita ini.
Dalam
judul Pelangi Di Atas Cinta mengandung
makna kiasan yakni kata “pelangi” apabila kita tafsirkan secara umum pelangi
merupakan suatu fenomena alam yang sangat indah yang terjadi akibat pembiasan
sinar matahari sehingga timbul lengkungan di langit dengan berbagai warna yang
indah, yakni mejikuhibiniu (berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu). Namun maksud dalam judul ini bukan demikian, pelangi merupakan
kiasan dari warna-warni kehidupan atau lika-liku kehidupan yang dialami tokoh
utama untuk menuju kebahagiaan hidupnya mencari cinta dan kasih sayang sejati.
7.2. Pusat Pengisahan
Di
dalam sebuah cerita, pengarang memilih posisi atau hubungan dengan peristiwa
atau tokoh yang diceritakannya, apakah secara emosional pengarang ikut terlibat
atau tidak. Posisi yang merupakan dasar berpijak untuk melihat peristiwa dalam
cerita itulah yang disebut sudut pandang (point
of View) (Stanton, 1965:26).
Adapun
Abrams (1981:142) menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara yang dipergunakan
pengarang sarana untuk menyajikan tokoh, tindaan, latar, dan berbagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fisik pada pembaca.
Pengarang
menggunakan pusat pengisahan persona ketiga atas Warren da Wallek (1989:142)
menyebutnya sebagai metode naratif yang salah satu cirinya adalah pengarang
menggunakan persona ketiga mahatahu di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta. Pengarang menjadi narator, yaitu seseorang
yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama gantinya ia, dia, dan mereka (Nurgiyantoro, 1998:256). Di dalam teknik ini nama-nama tokoh sering disebut,
terutama tokoh utamanya.
Pusat
pengisahan persona ketiga, oleh Wellek dan Wareen dibagi atas dua jenis, yaitu
metode romantic-ironik dan metode objektif. Metode romantic-ironik memungkinkan
pengarang mengetahui segala macam hal mengenai peristiwadan tokoh, juga
diperbolehkan mengomentari peristiwa dan menaishati tokoh-tokoh dalm cerita.
Adapun
metode objektif mempunyai ciri, tidak hadirnya pengarang yang mahatahu dn
berlakunya sudut pandang yang terkontrol. Pengarag menceritakan dengan
menjelaskan semu proses yang dialami tokoh dengan tidak memberitahu apa yang
akan terjadi kemudian. Dengan batasan bahwa di dalam metode ini tidak
diperkenalkan hadirnya pengarang yang mahatahu.
Novel
Pelangi Di Atas Cinta dianggap
menggunakan metode naratif drngan sudut pandang orang ketiga mahatahu, dengan
mengombinasikan metode dramatic-ironik dengan metode objektif. Pengombinasian
ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran
dan perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut sehingga sudut
pandang tetap terkontrol dan cerita tidakdiganggu dengan berbagai komentar atau
nasihat pengarang.
“Aku duduk di depan kamar menikmati cahaya
bulan yang mengenai separuh wajahku. Sejenak aku berusaha menenangkan pikiran
dari banyaknya tugas sekolah yang dihadapkan padaku. Kebetulan kamarku berada
di lantai dua, yang salah satu pintunya berhadapan dengan ruang terbuka
sehingga aku bebas melepas kegundahanku. Sesekali aku berlarikembali ke masa
kecilku membayangkan separu hidup yang sangat berbeda dengan sebagian besar
anak-anak lainnya. (Pelangi Di Atas
cinta, 2011: 6).
“Aku dengan segera mengambil selembar
kertas putih yang ingin kusobek tadi. Dan akhirnya akupun melakukannya sebelum
membacanya. Kemarahan menyelimutiku hingga merasu ke dalam tiap denyutku. Aku
seperti ingin mencekik. Kak Mira hanya terdiam menikmati makanan di depannya,
roti tawar plus keju dengan suasana yang kering tanpa sebuah kebersamaan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 10).
7.3. Gaya Bahasa dan Nada
Gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperihatinkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf,
1990:113).
Menurut
Nurgiyantoro, (2005:296) pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika.
Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayaan bahasa, yang
maknanya tidak menunjukkan makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan
pada yang ditambahkan, makna yang tersirat.
Penggunaan
gaya bahasa di dalam novel Pelangi Di
Atas Cinta dapat dibagi atas gaya bahasa khusus.
7.3.1. Gaya Bahasa Umum
Yang
dimaksud dengan gaya bahasa umum adalah gaya bahasa yang dapat dikategorikan
pada gaya bahasa yang sudah sering digunakan oleh pengarang lain, gaya bahasa
yang biasa digunakan tersebut dapat dibagi atas dua macam, yaitu bahasa retoris
dan gaya bahasa kiasan.
7.3.1.1 Gaya Bahasa Retoris
Gaya
bahasa ini merupakan peyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek
tertentu (Keraf, 1990:129) atau oleh Altenbernd (1970:22) disebut sebagai
kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Gaya bahasa ini dibuat pengarang untuk
menarik perhatian dan pikiran sehingga pembaca berkontemplasi atas apa yang
dikemukakan pengarang. Gaya bahasa retoris yang dipergunakan di dalam Pelangi Di Atas Cinta adalah sebagai
berikut:
a.
Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang
mengandung pertanyaan yang berlebihlebihan terhadap suatu hal atau keadaan.
Penggunaaan gaya bahasa ini memberikan kesan menyatakan intensitas, dan juga
ekspresivitas terhadap hal dan keadaan (Pradopo, 1990:98).
“Aku masih terus
menelusuri jejak yang tak pernah habis dan selalu bertanya pada dinding
kehidupan yang membisu kenapa diri yang semungil ini harus terlipat lebih cepat di penderitaan yang
memakan habis seluruh energi hidupku.” (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 35).
“Aku sungguh dalam sebuah kerapuhan
yang mahahebat, tak kuasa diri ini melangkah atau berharap bangun apalagi
berlari.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011:
37).
“Akupun menjadi
seorang adik yang tak pedulikan lagi pada keadaan, tangisku pecah di ruangan
ini.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 37).
“Hawa dingin
malam akhirnya mampu mengalahkanku.” (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 47).
“Aku kejatuhan
bongkahan kenyataan yang dipenuhi duri.” (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 73).
“Namun jiwa yang
terbungkus oleh selimutan kesabaran dan mantel keteguhan akan selalu menatap
hidup dengan tegar tanpa merasa ingin digoyahkan.” (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 83).
Memakan habis seluruh
energi hidupku, kerapuhan yang mahahebat, tangisku pecah, hawa dingin
mengalahkanku, kejatuhan bongkahan kenyataan yang dipenuhi duri, selimutan
kesabarab dan mantel kehidupan adalah contoh-contoh
hiperbola di novel Pelangi Di Atas Cinta .
Pengunaan hiperbola di dalam kalimat-kalimat ini mengandung pengertiann yang
menyangatkan sehingga menimbulkan suasana menegangkan.
4.3.1.2 Bahasa Kiasan
Menurut
Keraf, bahasa kiasan adalah bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai
dengan makna kata-kata yang telah membentuknya. (Nurgiyantoro, 2008: 298).
Menurut
(Pradopo, 1990: 61-62), bahasa kiasan dibentuk dengan mengiaskan atau
mempersamakan suatu hal yang lain. Berfungsi untuk menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran hidup dan terutama menimbulkan kejelasan gambar.
a.
Simile
Menurut Nurgiyantoro
(2005:298), Simile menyarankan pada adanya perbandingan yang langsung dan
eksplisit, dengan mempergunakan penanda keeksplisitan seperti: seperti,
bagaikan, sebagai, laksana, mirip, dan sebagainya. Fungsi dari simile adalah
dapat memahami dengan baik lewat konteks wacana bersangkutan.
“Aku kaget seperti menelan tulang ikan , nafas
seakan berhenti di dada.” (Pelangi Di
Atas Cinta, 2011: 30).
“Wajahku
sangat kacau, apalagi perasaan dan pikiran. Seperti kehujanan di tengah hutan.”
(Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 33).
“Suara
Kak Mira seperti sebuah petikan gitar yang begitu halus dengan nada-nada
kesedihan tanpa batas.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 37).
Di
dalam novel ini, contoh simile digunakan adalah mempersamakan kekagetan dengan menelan tulang ikan,
kekacauan pikiran dan perasaan dengan kehujan di tengah hutan,dan suara dengan petikan gitar yang begitu halus. Dari
simile tersebut merupakan gambaran kehidupan Akmal.
7.3.1.3.
Penggunaan Kata Asing
Dalam
novel ini ditemukan beberapa kata-kata asing yang sering digunakan oleh Chaerul
Al-Attar. Bahasa atau kata-kata asing yang ditemui berasal dari bahasa Inggris.
“Aku kembali
mengubah planning yang sudah kubuat
tadi siang yakni pergi ke toko buku bersama Dirman. (Pelangi Di atas Cinta, 2011: 15).
“Up to you. Tapi bagaimana dengan Firman
dan Kandil?” (Pelangi Di Atas Cinta,
2011:15).
“Tanpa
disadarinya ibu Ratna telah berusaha mengikis secara perlahan image dan pandangan masyarakat secara
umum entang sosok seorang perempuan. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 17).
“Tapi bagiku,
setidaknya bisa membawaku jauh dari pikiran tentang konsep broken home yang melanda keluargaku. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
“Mungkin untuk
anak remaja yang punya background hdup
seperti ini akan merasakan sekolah dan rumah seperti tempat pengalihan. (Pelangi Di Atas Cinta, 2011: 28).
“Aduuuh, Dil, Sorry banget nih. Lagi banyak tugas. (Pelangi
Di Atas Cinta, 2011: 61).
“But,
lain
kali jangan begini.” (Pelangi Di Atas
Cinta, 2011: 89).
Pengertian
planning (rencana), up to you (terserah Anda), image (anggapan), broken home (tidak harmonis), background
(latar belakang), sorry (maaf).
Penggunaan
bahasa asing ini memberikan kesan menarik bagi pembaca novel walaupun kata
asing yang digunakan sudah akrab sekali di telinga pembaca, sebab kata-kata
yang digunakan merupakan kata-kata yang sering digunakan oleh masyarakat pada
umumnya, namun penggunaan kata-kata ini
menjadikan suasana lebih indah dan mendukung latar masyarakat metropolitan.
7.4. Nada dan Ironi Verbal
Nada
merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca
karyanya. Suasana dapat berkisar pada suasana yang religius, romantis,
melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, dan sebagainya.
Menurut
Kenny, nada merupakan ekspresi sika-sikap pengarang terhadap masalah yang
dikemukakan terhadap pembaca. Stile adalah sarana, sedangkan nada adalah
tujuan. Salah satu kontribusi penting dari stile adalah untuk membangkitkan
nada (Nurgiyantoro, 2005: 283-285).
Ironi
diartikan sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan.
Menurut Stanton (1965:34), membagi ironi yang ada di dalam karya sastra menjadi
dua macam, yaitu ironi dramatik (dramatic
irony) dan nada ironis.
7.4.1. Ironi Dramatis
Menurut
Stanton (1965:45), ironi dramatis atau yang sering dikenal pula sebagai ironi
situasi secara mendasar tergantung pada pertentangan yang sangat kontras antara
penampilan dan kenyataan, antara perhatian tokoh dengan apa yang nyata-nyata
terjadi. Seringkali unsur-unsur yang dikontraskan itu dihubungkan secara logis
atau sebagai hubungan sebab akibat.
Dalam novel Pelangi Di Atas Cinta, ironi jenis ini terdapat pada saat Marissa
memberikan sejumlah uang yang cukup banyak kepada suaminya Akmal, Akmal marah
karena ia berfikir uang tersebut didapat dari hasil kerja Marissa. Padahal uang
tersebut sesungguhnya hasil keringat Akmal atas hasil penjualan lukisan
karyanya, selang beberapa hari akmal mengetahui hal tersebut diketahui Akmal
atas informasi yang ia peroleh dari salah satu pelanggannya, dan akhirnya akmal
meminta maaf kepada istrinya, karena ia telah berfikir yang bukan-bukan kepada
istrinya.
7.4.2. Nada Ironi atau Verbal
Menurut
Stanton (1965:46), nada verbal muncul ketika seseorang menyampaikan maksudnya
dengan mengatakan sebaliknya. Nada iromis diucapkan
8. HUBUNGAN ANTARUNSURDALAM CERITA
Pada
bab-bab sebelumnya, penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu
sama lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih
detail. Akan tetapi, penelitian unsur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti
dengan penelitian hubungan antar unsur novel, karena sesunggguhnya unsur-unsur
novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling
terkait satu sama lain.
Di
dalam bab ini, keterkaitan atau hubungan antarunsur di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta ini dibahas satu
persatu, yaitu hubungan tema dengan plot, tema dengan tokoh dan penokohan, plot
dengan latar, dan juga penokohan dengan latar.
8.1.
Hubungan Tema
dengan Plot
Tema
adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada
pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita
yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat
(plot). Adanya peristiwa sebab-akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita
lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat
dilihat melalui konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema
novel Pelangi Di Atas Cinta adalah
perjuangan hidup untuk menemukan arti
sebuah cinta dan kasih sayang, pengarang membuat cerita mengenai seorang tokoh
yang butuh perhatian dari keluarga terkasih, namun tak pernah ia rasakan. Dari
hal tersebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam
novel Pelangi Di Atas Cinta.
Konflik
di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta berawal
dari meninggalnya Kak Mira yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang
memberikan kasih sayang tulus dan perhatian kepada Akmal, Akmal bisa tinggal di
rumah karena keberadaan kakaknya itu yang senantiasa mengayominya. Setelah
meninggalnya Kak Mira Akmal serasa ia telah hidup sendiri, tak ada cinta dalam
hidupnya. Hal ini mengakibatkan konflik berkelanjutan yakni gaya hidup Akmal
yang tak karuan, hubungannya dengan seorang wanita penghibur yang mengakibatkan
ia sampai diusir dan tak dianggap lagi statusnya sebagai seorang anak oleh orang tuanya. Tidak hanya
itu, berbagai konflik pun ia hadapi pasca pernikahannya cobaan bertubi-tubi
melanda rumah tangganya yang baru berumur jagung sehingga mengakibatkan Akmal
beserta istri rela untuk meninggalkan kota kelahiran demi kedamaian mereka
membangun sebuah rumah tangga.
8.2.
Hubungan
Tema dengan Tokoh dan Penokohan
Untuk
menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan gagasan berupa pelaku atau
tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembaw gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama,
sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan tokoh
utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut
Nurgiyantoro (2005:74), tokoh-tokoh utama dilugasi menyampaikan tema yang
dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui
tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
Tema
perjuangan hidup untuk menemukan arti sebuah cinta dan kasih sayang. Dari tema
tersebut Akmal, Akmal digambarkan sebagai seorang yang pemberani dan tidak
pantang menyerah atas keyakinan yang dimilikinya. Perjuangannya mencari cinta
sejati begitu sulit, banyak rintangan yang ia hadapi, hingga ia dicemooh orang
dan sampai diusir dan takdiakui lagi statusnya sebagai seorang anak oleh
keluarganya. Namun, hal tersebut tidak membuat ia goyah, ia tetap berkeyakinan
bahwa kebahagian dan cintanya itu ada pada diri Marisa, sehingga apapun yang
terjadi ia tetap teguh pada cintanya itu.
8.3. Hubungan Tema dengan Latar
Latar
merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan
dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan “aturan” permainan
terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi pemilihan tema. Sebaliknya, tema yang
dipilih akan menuntun latar yang sesuai dan mampu mendukung (Nurgiyantoro,
2005: 75).
Seperti
disebut dalam tema novel ini, yaitu perjuangan hidup untuk menemukan arti
sebuah cinta dan kasih sayang yang menimbulkan beberapa kontra dari berbagai
pihak, mengakibatkan adanya konflik yang berkepanjangan. Latar novel ini adalah
masyarakat metropolitan, tempat di mana terdapat gemerlapan dunia, yakni cafe
atau klub, hotel berbintang, rumah mewah. Selain latar di atas, latar soial
sosial yang berupa jabatan, status sosial dalam masyarakat, perilau, dan lain
sebagainya juga dapat mendukung tema yang diangkat. Sementara latar waktu di
dalam novel ini juga tidak kalah pentingnya seperti latar yang lainnya.
Jika
dilihat dari kata “perjuangan” sudah tentu identik dengan usaha memperjuangkan
cinta dan kasih sayang. Latar tempat dalam novel Pelangi Di Atas Cinta yaitu lingkungan metropolitan di mana
mengharuskan orang berusaha keras untuk dapat bertahan hidup membiayai
hidupnya. Sehingga cinta, kasih sayang, dan perhatian sulit sekali didapat,
bahkan dari orang terdekat. Di dasari oleh latar tempat dan sosial yang
melingkupi mereka, latar yang ada membuat mereka menjadi seorang yang penuh
dengan ego tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain. Dari latar belakang
tersebut muncul pemberontakan pada diri pelaku utama untuk bangkit menemukan
cinta dan kasih sayangnya.
8.4. Hubungan Alur dengan Latar
Plot
merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita,
sedangkan latar adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadikan tokoh
melakukan dan dikenai kejaidan.
Novel
Pelangi Di Atas Cinta yang sudah desebutkan sebelumnya menampilkan
cerita yang berlatar belakang orang berkelas sosial tinggi dan rendah yang
hidup di wilayah metropolitan. Di dalam novel tersebut dilukiskan begitu
kejamnya ibu kota.
Berawal
dari meninggalnya Kak Mira yang menggoreskan kekecewaan di hati Akmal atas
sikap orang tuanya yang acuh, sejak saat itu konflik muali muncul antara Akmal
dan kedua orang tuanya. Akmal kemudian diusir dari rumah dan tak dianggap lagi
statusnya sebagai seorang anak. Setelah itu ia menkahi seorang wanita penghibur
bernama Marisa yang membuat berbagai cemoohan dari berbagai pihak, masalahpun
sili berganti mengahampirinya mulai dari
usikan dari mantan bos Marisa, pengusiran dari rumah kontrakan,
pengusiran dari tempat kerja, dan akhirnya membuat Akmal beserta istrinya
meninggalkan kota kelahiran demi kebahagiaan membangun sebuah rumah tangga.
8.5.
Hubungan
Alur dengan Latar
Plot
merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita,
sedangkan latr adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yag menjadi tokoh
melakukan dan dikenai kejadian.
Novel
Pelangi Di Atas Cinta seperti yang
sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar sosial kelas soial
tinggi dan latar sosial rendah di wilayah metropolitan. Di dalam novel ini
dilukiskan dari tempat tinggal kehidupan sampai kebiasaan dan keadaan
masyarakat yang ada.
Berawal
dari meninggalnya Kak Mira yang menggoreskan kekecewaan di hati Akmal atas
sikap orang tuanya yang acuh, sejak saat itu konflik muali muncul antara Akmal
dan kedua orang tuanya. Akmal kemudian diusir dari rumah dan tak dianggap lagi
statusnya sebagai seorang anak. Setelah itu ia menkahi seorang wanita penghibur
bernama Marisa yang membuat berbagai cemoohan dari berbagai pihak, masalahpun
sili berganti mengahampirinya mulai dari
usikan dari mantan bos Marisa, pengusiran dari rumah kontrakan,
pengusiran dari tempat kerja, dan akhirnya membuat Akmal beserta istrinya
meninggalkan kota kelahiran demi kebahagiaan membangun sebuah rumah tangga.
8.6. Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan
Latar
Tokoh-tokoh
di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempt mereka
melakukan atau melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh
pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh
di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah
masyarakat daerah metropolitan tepatnya di daerah Jakarta. Selain itu pola
pikir para tokoh lebih mengarah pada segi materi dibandingkan cinta. Berangkat
dari itu terjadilah pergulatan di dalam jiwa Akmal. Ia merasa tak bahagia di
tengah-tengah gelimangan harta orang tuanya, ia hanya membutuhkan cinta dalam
hidupnya dari kedua orantuanya yang
belum pernah ia rasakan dari ia lahir sampai dewasa ini.
KESIMPULAN
Penelitian yang
berjudul Pelangi Di Atas Cinta karya
Chaerul Al-Attar: Analisis Tema, Fakta Cerita, dan sarana Sastra ini membahas
keseluruhan struktur novel, yaitu tema, fakta cerita yang terdiri dari plot,
tokoh dan penokohan, dan latar, dan sarana sastra yang meliputi pusat
pengisahan, gaya bahasa dan nada, dan ironi.
Pembahasan mengenai tema
memunculkan masalah-masalah yang dihadapi Akmal, seperti masalah
ketidakharmonisan keluarga, masalah pelarian dari permasalahan, masalah
pembebasan dar pekerjaan hina, masalah gangguan da;am keluarga, dan masalah
meninggalkan kota kelahiran. Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas
disimpulkan bahwa tema novel Pelangi Di
Atas Cinta adalah perjuangan hidup menemukan arti sebuah cinta dan kasih
sayang.
Plot novel Pelangi Di Atas Cinta adalah progresif
atau maju. Plot progresif digambarkan dengan dimulainya tahap situation (pengarang mulai melukiskan
keadaan), kemudian dilanjutkan dengan tahap generating
circumantaces (peristiwa-peristiwa yang berpusat mulai bergerak).
Selanjutnya diteruskan tahap rising
action (keadaan mulai memuncak), dirangkai dengan tahap climax (peristiwa mencapai puncaknya),
dan diakhiri dengan tahap denoument (pemecahan
masalah). Untuk membuat cerita menarik, pengarang menggunakan konflik (conflict), sorot balik (flash back), tegangan (suspence), dan dues ex machine.
Adapun melalui analisis
tokoh dan penokohan dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, tokoh-tokoh di
dalam novel Pelangi di Atas Cinta menggunakan
kata-kata sapaan sebagai tanda penghormatan kepada seseorang yang lebih tua,
seperti Kak Mira, Bang Samin, Pak Kusmo, Mbak Retno, dan Bu Ratna.
Kedua, tokoh protagonis
di dalam novel ini adalah Akmal, sedangkan tokoh antagonisnya di antaranya si
Gemuk.
Ketiga, tokoh Akmal
dapat disebut tokoh berwatak bulat (round
character), sedangkan tokoh si Gemuk, ayah dan ibu Akmal, dan tokoh
tambahan lainnya dimasukkan ke dalam kategori tokoh berwatak datar atau
sederhana (flat or sample character).
Keempat, untuk
melukiskan tokoh, pengarang mengunakan berbagai teknik yang pada dasarnya dapat
digolongkan pada dua macam, yaitu teknik ekspositori analisis langsung (direct another analysis), teknik
dramatik yang meliputi teknik pelukisan pikiran dan perasaan (portrayal of thought stream or of conscious
thought), reaksi tokoh terhadap lingkungan (reaction to event), pelukisan lingkungan (discussion of environment), cakapan (conversation), dan reaksi tokoh lain (reaction of other to characters), dan teknik pelukisan tersebut
digunakan secara bergantian di dalam novel ini.
Selanjutnya, melalui analisis
latar dapat disimpulkan bahwa latar tempat dominan di dalam novel Pelangi Di Atas Cinta adalah daerah
metropolitan, DKI Jakarta.
Adapun latar waktu yang
digunakan, selain latar waktu persial