MAKALAH
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dan Komponen-Komponennya
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah
Disusun
oleh:
1.
Dandy
Prilangga (102120039)
2.
Dimas
Satriawan (102120042)
3.
Teguh
Sulistiyo (102120066)
III B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada Ibu
Umi Hidayati sebagai dosen mata kuliah Manajemen Sekolah yang telah
membimbing serta teman – teman yang
telah membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang berbagai macam informasi dan
penjelasan mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) beserta
komponen-komponennya. Berbagai hal-hal yang berkaitan manajemen pendidikan yang
terdapat pada sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini akan dibahas dalam
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan,masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharap kritik dan saran dari teman – teman dan pembaca yang
sifatnya membangun.Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman – teman dan pembaca khususnya.Amin……
Purworejo, 23 September
2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.................................................................................................... i
Kata
Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar
Isi............................................................................................................. iii
Pendahuluan........................................................................................................ 1
1. Latar
Belakang........................................................................................ 1
2. Rumusan
Masalah................................................................................... 1
3. Tujuan..................................................................................................... 1
Pembahasan......................................................................................................... 2
1. Konsep
Dasar Manajemen Berbasis Sekolah.......................................... 2
2. Manajemen
komponen-komponen sekolah............................................. 8
Penutup............................................................................................................... 16
1. Kesimpulan............................................................................................. 16
2. Saran....................................................................................................... 16
Daftar
Pustaka.................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Latar belakang munculnya Manajenmen Berbasis Sekolah (MBS) tak
terlepas dari kinerja pendidikan di suatu Negara berdasarkan sistem pendidikan
yang sebelum nya. Di Hongkong misalnya, kemunculan MBS dilatar belakangi kurang
baiknya sistem pendidikan saat itu. Antara tahun 1960-an hingga 1970-an
berbagai inovasi dilakukan melalui pengenalan kurikulum baru dan pendekatan
metode pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, namun
hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga dengan Negara lain seperti Kanada,
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Selandia Baru, dan Indonesia.
Pada tahun 1980-an terjadi perkembangan pada
manajemen modern yaitu keberhasilan penerapannya di bidang industri dan bidang
organisasi komersial. Dimana keberhasilan itu menjadi tolak ukur untuk
mengembangkan manajemen dalam proses pendidikan yan nantinya dikenal dengan
sistem Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS
2.
Rumusan
Masalah
1) Apa
yang dimaksud dengan MBS?
2) Apa
saja komponen-komponen dalam MBS ?
3.
Tujuan
Menjelaskan pengertian dari MBS dan penerapannya
dalam dunia pendidikan.
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MBS
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dengan
pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara umum. Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu
dan pemerataan pendidikan.
Sedangkan
implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas
agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan
otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan
birokrasi yang tumpang tindih. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru,
dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan
dengan kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya.
MBS yang ditawarkan sebagai bentuk
operasional desentralisasi pendidikan akan memberikan wawasan baru terhadap
sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini penting agar inovasi yang
ditawarkan tidak sebatas konsep, tetapi benar-benar dapat dialksanakan dengan
baik.
A.
Manajemen
Sekolah
Berdasrkan behasanya istilah
menajemen memiliki banyak arti bergantung pada orang yang mengartikannya
menurut Dr.E.Mulyasa,M.Pd manajemen diartikan sama dengan kata
pengelolaan.
Gaffar (1989)
mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses
kerja sama yang sentralistik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Menejemen pendidikan juga dapat diartikan sebagi
segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.Dalam manajemen
sekolah terdapat 4 fungsi pokok yang dalam prakteknya merupakan suatu proses
yang berkesinambungan,yaitu :
1. Perencanaan.
2. Pelaksanaan.
3. Pengawasan.
4. Pembinaan.
B.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis
sekolah adalah hasil terjemahan dari kata
school based management. MBS (school-based
management) merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola
sumber daya dan sumber dana sesuai dengan kebutuhannya. MBS merupakan suatu
pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut
diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan dalam mengelola
sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan kebutuhan
sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Pada system MBS,
sekolah tersebut dituntut untuk bisa mandiri dalam menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Jadi, MBS merupakan
salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang memberikan sebuah penawaran
kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi
para peserta didik.
1.
Tujuan
Diterapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS yang ditandai
dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah
terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, yang mana bertujuan untuk meningkatkan
efesiensi, mutu, dan pemeratan pendidikan. Peningkatan efesiensi antara lain;
diperoleh melalui keleluasaan mengolah sumber daya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibel pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem
insentif serta disensetif. Peningkatan pemerataan dapat diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan kerena pada sebagian
masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Tujuan penerapan MBS
yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut
kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga
kapendidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi
sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
Melalui sistem penerapan
MBS ini, telah terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun
kedalam masyarakat luas di masa mendatang di banding di masa lalu. Oleh karena itu palayanan
kepada siswa, program pengajaran dan jasa yang diberikan kepada siswa juga
harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Secara umum perubahan lingkungan
menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah laku baru oleh semua pihak.
Melalui penerapan sistem MBS ini, dapat
pula diperoleh berbagai keuntungan antara lain;
a. Secara
formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja di
sekolah.
b. Meningkatkan
moral, moral guru harus meningkatkan karena
adanya komitmen dan tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di
sekolah.
c. Keputusan
yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini terjadi karena
kostituen sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.
d. Menyesuaikan
sumber daya keuangan terhadap tujuan
instruksional yang dikembangkan di sekolah. Keputusan yang di ambil pada
tingkat sekolah yang akan lebih rasional karena mereka tahu kekuatan sendiri,
terutama kekuatan keunganan.
e. Menstimulasi
munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan keputusan ini tidak akan
berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpi.
f. Meningkatkan
kualitas, kuantitas, dan fleksibelitas komunikasi sekolah dalam rangka mencapai
kebutuhan sekolah. Kebersamaan dalam pemecahan masalah di sekolah telah
memperlancar alur komunikasi di antar warga sekolah.
2.
Manfaat
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS)
Adapun beberapa manfaat
yang didapat daripada penerapan sistem Manaemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan
kebebasan dan kekuasan yang besar pada
sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang di
berikan memberikan tanggug jawab penegelolaan sumber daya dan pembegian
strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat.
b. Sekolah
dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih bekonsentrasi pada
tugas.
c. Keleluasan
dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya
sebagai manager maupun pemimpin sekolah.
d. Dengan
diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi,
dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini
mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e. Melalui
penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah terhadap kebutuhan setempat
meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta
didik dan masyarakat sekolah.
f. Prestasi
peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua,
seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
3.
Faktor-Faktor
Yang Perlu Diperhatikan
Faktor yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan Manjemen Berbasis Sekolah, antara lain:
a. Kewajiban
sekolah mampu transparan, demokratis, tanpa monopoli dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat, pemerintah.
b. Kebijakan
dan perioritas pemerintah sebagai penanggung jawab pandidikan nasional berhak
memutuskan kebijakan yang menjadi parioritas nasional, (program buta huruf dan
angka, efesiensi, mutu, dan pemeritah pandidikan)
c. Peranan,
partisipasi,orang tua dan masyarakat
d. Peranan
profesioanalisme dan manajerial, khususnya tingkah laku guru dan kepala sekolah
e. Pengembangan
profesi tenaga kependidikan.
4.
Karakteristik
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Adapun karakterstik MBS
bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja
organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia,
dan pengelolaan sumber daya dan administrasi
C.
MBS
Sebagai Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah
istilah yang popular dalam era reformasi. Pemberdayaan dimaksudkan untuk
mengangkat harkat dan martabat posisi
yang seimbang dengan kaum lain yang selama ini telah lebih mapan kehidupannya.
Pemberdayaan telah
merambah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan
, antara lain dikeluarkannya MBS sebaga paradigm baru manajemen pendidika.Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka
peningkattan mutu dan kemandirian sekolah.Dengan MBS diharapkan para kepala
sekolah guru dan personal lain disekolah serta masyarakat lain dapat
melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan,perkembangan zaman,
karakteristik lingkungan dan tuntutan globalisasi
Kindervatter (1979)
memberikan batasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia untuk
meningkatkan kedudukannya di masyarakat.Peningkatan itu meliputi kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1. Akses
2. Daya
pengungkit
3. Pilihan-pilihan
4. Status
5. Kemampuan
refleksi kritis
6. Legitimasi
7. Disiplin
8. Persepsi
kreatif
Kondisi-kondisi
tersebut dapa dipandang sebagai hasil proses pemberdayaan.Dengan perkataan
lain, pemberdayaan dikatakan berhasil jika pada khlayak sasaran dapat diamati
atau dapat menunjukan keadaan permukaan (Indikator) sebagaimana tersebut
diatas.
Cook and Macaulay
(1997) memberikan definisi pemberdayaan sebagai “alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran
pembuatan keputusan dan tanggung jawab”.Dalam MBS pemberdayaan untuk
memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif
dan efisien.Pada sisi lain, untuk memperdayakan sekolah haeus pula ditempuh
upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat setempat,disamping
mengubah paradigma pendidikan yang dimiliki oleh para guru dan kepala sekolah.
Pada
dasarnya pemberdayakan terjadi beberapa tahap :
1. Masyarakat
mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan tindakan untuk
meningkatkan kehidupannya an memperoleh keterampilan agar mampu bekerja lebih
baik.
2. Mereka
akan merasakan pengurangan perasaan ketidak mampuan dan meningkatkan percaya
diri.
3. Seiring
dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, masyarakat bekerja sama
untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya
yang akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
Sedikitnya terdapat 8
langkah pendayaan, dalam kaitannya dengan MBS, yaitu :
1. Menyusun
kelompok guru sebagai penerimaan awal atas rencana program pemberdayaan.
2. Mengidentikasi
dan membangun kelompok peserta didik disekolah.
3. Memilih
dan melatih guru dan tokoh masyarakatyang terlibat langsung dalam implimentasi
MBS.
4. Membentuk
dewan sekolah yang terdiri dari unsur sekolah dan masyarakat.
5. Menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan anggota dewan sekolah.
6. Mendukung
aktifitas kelompok yang sedang berjalan.
7. Mengembangkan
hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.
8. Menyelenggarakn
lokakarya untuk evaluasi. (Mulyasa, 2005,
20-35)
MANAJEMEN KOMPONEN SEKOLAH
Manajemen
sekolah pada hakekatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manjemen
pendidikan.Namun demikian manjemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih
luas dari pada manajemen sekolah.Dengan perkataan lain, manjemen sekolah
merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manjemen pendidikan
dalam organisasi seklah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang
berlaku.Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen
pendidikan meliputi selurh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau
sistem yang lebih luas dan besar secara regional, nasional, bahkan
internasional.
Hal
yang paling penting dalam implementasi manjemen berbasis sekolah adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.Sedikitnya terdapat 7 komponen
sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu :
A.
Manajemen
Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan
program pengajaran merupakan bagian integral dari manajemen berbasis sekolah,
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilainnya kurikulum.
Manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses
penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan
pengajaran terlaksana secara efisien dan efektif.
Kepala sekolah harus
bertanggung jawab tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan
atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Untuk kepentingan tersebut,
paling tidak terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Menilai
kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutahan murid
2. Meningkatkan
kualitas perencanaan program
3. Memilih
dan melaksanakan program
4. Menilai
perubahan program
Menurut Mulyasa (2003)
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru adalah :
1. Tujuan
yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat
dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.
2. Program
itu harus sederhana dan fleksibel
3. Program-program
yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
4. Program
yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya
5. Harus
ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian alokasi waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, perbaikan pengajaran, serta pengisian waktu jam kosong.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian alokasi waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, perbaikan pengajaran, serta pengisian waktu jam kosong.
B.
Manajemen
Tenaga Kependidikan
Dalam peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan, pada pasal 3 ayat
(1) dinyatakan; “Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola
satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dibidang
pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji”.
Manajemen tenaga
kependidikan atau manajemen personalia pendidikan di sekolah bertujuan untuk
mendayagunakan tanaga kependidikan – guru di SD – secara efisien dan efektif
untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam suasana yang kondusif dan
menyenangkan.
Manajemen
tenaga kependidikan (guru dan bukan guru) mencakup :
1. Perencanaan
pegawai
2. Penerimaan
pegawai
3. Pembinaan
dan pengembangan pegawai
4. Promosi
dam mutasi pegawai
5. Kompensasi
6. Penilaian
pegawai
7. Pemberhentian/
pemutusan hubungan kerja atau pensiun.
Sebab-sebab
pemverhentian pegawai dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Pemberhentian
atas permohonan sendiri
2. Pemberhentian
oleh dinas atau pemerintah
3. Pemberhentian
sebab lain-lain
Untuk melaksanakan
fungsi-fungsi yang dikemukakan sebelumnya, diperlukan sistem penilaian pegawai
secara obyektif dan akurat. Penilaian bagi tanaga kependidikan ini difokuskan
pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah.
C.
Manajemen
Kesiswaan
Manajemen kesiswaan
adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik,
yakni mulai masuk sampai dengan keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan bidang kesiswaan
agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur,
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan:
1. Penerimaan
siswa baru
2. Kegiatan
kemajuan belajar
3. Bimbingan
dan pembinaan disiplin
Penerimaan siswa baru
perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung
sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya
tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan
penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia peneriamaan siswa baru
(PSB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia yang bertanggung
jawab dalam tugas tersebut. Bagi siswa yang berhasil diterima, dilakukan
pengelompokan dan orientasi sehingga secara fisik, mental, dan emosional siap
untuk mengikuti pendidikan di sekolah.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua, dengan menggunakan buku laporan pendidikan sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua, dengan menggunakan buku laporan pendidikan sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar.
Tujuan pendidikan tidak
hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian,
serta aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah
tidak hanya bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan, tetapi memberikan
bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar,
emosional, dan sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan,
dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku
presesni siswa, buku lapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi, dan sebagainya.
Keterlibatan guru dalam
manajemen kesiswaan dalam konteks sekolah, tidak sebanyak keterlibatannya dalam
proses pembelajaran. Dalam manajemen kesiswaan guru lebih banyak berperan
secara tidak langsung.
Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan, guru lebih banyak berperan secara tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan sebagai berikut:
Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan, guru lebih banyak berperan secara tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan sebagai berikut:
1. Dalam
penerimaan guru, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Diantara mereka
dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas
teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan
tugas.
2. Dalam
masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi
dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru sangat penting, karena
andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat kurang
menguntungkan bagi keselamatan jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
3. Untuk
pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru
diharapkan mempu mencatat/merekam kehadiran siswa meskipun dengan sederhana
tetapi harus baik dan benar. Data kehadiran ini, dimungkinkan untuk menjadi
bahan pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan
dalam penetapan kenaikan kelas.
4. Dalam
memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus dapat
menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut.
5.
Dalam menciptakan
disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting, karena guru
dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka
guru harus mampu menegakkan disiplin dan tidak merusaknya sendiri. Disamping itu
guru juga harus mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan konsisten untuk
memberikan ganjaran dan hukuman kepada para siswa yang pantas mendapatkannya.
D.
Manajemen
Keuangan dan Pembiayaan
Dalam suatu lembaga
pendidikan, biaya pendidikan merupakan salah satu komponen dalam sistem
pendidikan yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam kondisi sangat darurat, mungkin
pendidikan masih dapat berlangsung tanpa adanya biaya. Akan tetapi setiap usaha
meningkatkan kualitas pendidikan selalu mempunyai konsekuensi keuangan dan
pembiayaan.
Keuangan dan pembiayaan
merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efisiensi dan
efektivitaas pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
implementasi manajemen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, malaksanakan, mengevaluasi, dan mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara trasparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang menentukan dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen
keuangan dan pembiayaan merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses pembelajaran di sekolah bersama dengan
komponen lain. Atau dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola dengan
sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang tercapinya tujuan pendidikan di sekolah. Hal ini penting, terutama
dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan
memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah
karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan
dana, apalagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah, secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah, secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
1. Pemerintah,
baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya bersifat umum atau khusus dan
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan
2. Orang
tua atau peserta didik (siswa)
3. Masyarakat,
baik mengikat maupun tidak mengikat
Biaya rutin adalah
biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai(guru,
dan bukan guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas
dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis dipakai). Biaya pembangunan,
misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung,
perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran
lain untuk barang-barang tidak habis pakai. Dalam rangka implementasi MBS,
manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai
tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar
dimanfaatkan secara efisien dan efektif, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta
bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.
Komponen utama manajemen keuangan
meliputi:
1. Prosedur
anggaran
2. Prosedur
akuntansi keuangan
3. Pembelanjaan,
pergudangan, dan prosedur pendistribusian
4. Prosedur
investasi
5. Prosedur
pemeriksaan
Dalam pelaksanaannya,
manajemen keuangan ini mengabut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator,
ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang
uintuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran
anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan
memerintahkan pembeyaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan
otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang
berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau
surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan ruang serta diwajibkan
membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
E.
Manajemen
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar dan mengajar. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses belajar mengakar.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Manajemen sarana dan
prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakakan sekolah yang bersih, rapi,
indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid untuk berada di sekolah. Selain itu juga diharapkan tersedianya alat-alat
atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan
dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan
pengajar maupun siswa sebagai peserta didik.
F.
Manajemen
Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah dan masyarakat
mempunyai hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah
secara efisien dan efektif. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian
tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.
Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan tentang
tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat.
Hubungan sekolah dan masyarakat
bertujuan antara lain untuk:
1. Memajukan
kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak
2. Memperkokoh
tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat
3. Menggairahkan
masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat.
Seorang kepala sekolah
yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik
antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus manaruh perhatian
tentang apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Hubungan kerja sama yang
harmonis akan membentuk:
1.
Saling pengertian
antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada
dimasyarakat, termasuk dunia kerja
2.
Saling membantu antara
sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan
masing-masing
3.
Kerja sama yang erat
antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat dan mereka merasa
ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan disekolah
G.
Manajemen
Layanan Khusus
Manajemen layanan
khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah.
Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang
efisien dan efektif.
Perpustakaan yang
lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih
mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui
belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah.
Manajemen layanan
khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah berbagai satuan
pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksakan proses pembelajaran,
tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
peserta didik.
Selain itu sekolah juga
perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang
ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang
dan nyaman. (Mulyasa, 2005, 39-53)
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen berbasis
sekolah adalah hasil terjemahan dari kata school based management. MBS
merupakan suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
tersebut diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan dalam
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Tujuan penerapan MBS
yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut
kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga
kapendidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi
sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
Adapun karakterstik MBS
bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja
organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia,
dan pengelolaan sumber daya dan administrasi.
Manajemen Berbasis
sekkolah dapat dikatakan berdaya guna dan efisien apabila dalam pelaksanaannya
telah mengikutsertakan komponen-komponen yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan dalam sutu sekolah tersebut. Komponen-komponen tersebut
dimaksimalkan sedemikian rupa hingga tercapai suatu kesuksesan dalam proses
manajemen yang berbasis pada sekolah itu sendiri.
B.
Saran
Untuk lebih memahami
semua tentang manajemen komponen sekolah, disarankan kepada para pembaca untuk
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Nur kholis, M.M, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori,Model, Dan
Aplikasi, Jakarta,PT. Grasindo. 2003.
Dr. E. Mulyasa M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep,
Strategi, dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. 2005.