Sabtu, 24 November 20120 komentar


MAKALAH
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Komponen-Komponennya

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah



 














Disusun oleh:
1.    Dandy Prilangga    (102120039)
2.    Dimas Satriawan    (102120042)
3.    Teguh Sulistiyo       (102120066)
III B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada Ibu Umi Hidayati sebagai dosen mata kuliah Manajemen Sekolah yang telah membimbing  serta teman – teman yang telah membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang berbagai macam informasi dan penjelasan mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) beserta komponen-komponennya. Berbagai hal-hal yang berkaitan manajemen pendidikan yang terdapat pada sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini akan dibahas dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran dari teman – teman dan pembaca yang sifatnya membangun.Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi teman – teman dan pembaca khususnya.Amin……


Purworejo, 23 September 2011

Penulis












DAFTAR ISI


Halaman Judul....................................................................................................       i
Kata Pengantar....................................................................................................      ii
Daftar Isi.............................................................................................................     iii
Pendahuluan........................................................................................................      1
1.      Latar Belakang........................................................................................      1
2.      Rumusan Masalah...................................................................................      1
3.      Tujuan.....................................................................................................      1
Pembahasan.........................................................................................................      2
1.      Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah..........................................      2
2.      Manajemen komponen-komponen sekolah.............................................      8
Penutup...............................................................................................................    16
1.      Kesimpulan.............................................................................................    16
2.      Saran.......................................................................................................    16
Daftar Pustaka....................................................................................................    17

PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Latar belakang munculnya  Manajenmen Berbasis Sekolah (MBS) tak terlepas dari kinerja pendidikan di suatu Negara berdasarkan sistem pendidikan yang sebelum nya. Di Hongkong misalnya, kemunculan MBS dilatar belakangi kurang baiknya sistem pendidikan saat itu. Antara tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai inovasi dilakukan melalui pengenalan kurikulum baru dan pendekatan metode pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga dengan Negara lain seperti Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Selandia Baru, dan Indonesia.
Pada tahun 1980-an terjadi perkembangan pada manajemen modern yaitu keberhasilan penerapannya di bidang industri dan bidang organisasi komersial. Dimana keberhasilan itu menjadi tolak ukur untuk mengembangkan manajemen dalam proses pendidikan yan nantinya dikenal dengan sistem Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS

2.      Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan  MBS?
2)      Apa saja komponen-komponen dalam MBS ?

3.      Tujuan
Menjelaskan pengertian dari MBS dan penerapannya dalam dunia pendidikan.



PEMBAHASAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dengan pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum. Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Sedangkan implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya.
MBS yang ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini penting agar inovasi yang ditawarkan tidak sebatas konsep, tetapi benar-benar dapat dialksanakan dengan baik.
A.    Manajemen Sekolah
Berdasrkan behasanya istilah menajemen memiliki banyak arti bergantung pada orang yang mengartikannya menurut Dr.E.Mulyasa,M.Pd manajemen diartikan sama dengan kata pengelolaan. 
Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sentralistik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menejemen pendidikan juga dapat diartikan sebagi segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.Dalam manajemen sekolah terdapat 4 fungsi pokok yang dalam prakteknya merupakan suatu proses yang berkesinambungan,yaitu :
1.      Perencanaan.
2.      Pelaksanaan.
3.      Pengawasan.
4.      Pembinaan.


B.     Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah adalah hasil terjemahan dari kata school based management. MBS (school-based management) merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan kebutuhannya. MBS merupakan suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Pada system MBS, sekolah tersebut dituntut untuk bisa mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Jadi, MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang memberikan sebuah penawaran kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
1.      Tujuan Diterapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, yang mana bertujuan untuk meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemeratan pendidikan. Peningkatan efesiensi antara lain; diperoleh melalui keleluasaan mengolah sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibel pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif serta disensetif. Peningkatan pemerataan dapat diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan kerena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Tujuan penerapan MBS yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kapendidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
Melalui sistem penerapan MBS ini, telah terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun kedalam masyarakat luas di masa mendatang di banding  di masa lalu. Oleh karena itu palayanan kepada siswa, program pengajaran dan jasa yang diberikan kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Secara umum perubahan lingkungan menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah laku baru oleh semua pihak.
Melalui penerapan sistem MBS ini, dapat pula diperoleh berbagai keuntungan antara lain;
a.       Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja di sekolah.
b.      Meningkatkan moral, moral guru harus meningkatkan karena  adanya komitmen dan tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah.
c.       Keputusan yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini terjadi karena kostituen sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.
d.      Menyesuaikan sumber daya  keuangan terhadap tujuan instruksional yang dikembangkan di sekolah. Keputusan yang di ambil pada tingkat sekolah yang akan lebih rasional karena mereka tahu kekuatan sendiri, terutama kekuatan keunganan.
e.       Menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan keputusan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpi.
f.       Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibelitas komunikasi sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah. Kebersamaan dalam pemecahan masalah di sekolah telah memperlancar alur komunikasi di antar warga sekolah.
2.      Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS)
Adapun beberapa manfaat yang didapat daripada penerapan sistem Manaemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut :
a.       Memberikan kebebasan  dan kekuasan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang di berikan memberikan tanggug jawab penegelolaan sumber daya dan pembegian strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat.
b.      Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih bekonsentrasi pada tugas.
c.       Keleluasan dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya sebagai manager maupun pemimpin sekolah.
d.      Dengan diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e.       Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
f.       Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
3.      Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan
Faktor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan Manjemen Berbasis Sekolah, antara lain:        
a.       Kewajiban sekolah mampu transparan, demokratis, tanpa monopoli dan bertanggung jawab terhadap masyarakat, pemerintah.
b.      Kebijakan dan perioritas pemerintah sebagai penanggung jawab pandidikan nasional berhak memutuskan kebijakan yang menjadi parioritas nasional, (program buta huruf dan angka, efesiensi, mutu, dan pemeritah pandidikan)
c.       Peranan, partisipasi,orang tua dan masyarakat
d.      Peranan profesioanalisme dan manajerial, khususnya tingkah laku guru  dan kepala sekolah
e.       Pengembangan profesi tenaga kependidikan.
4.      Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Adapun karakterstik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi


C.    MBS Sebagai  Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah istilah yang popular dalam era reformasi. Pemberdayaan dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat  posisi yang seimbang dengan kaum lain yang selama ini telah lebih mapan kehidupannya.
Pemberdayaan telah merambah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan , antara lain dikeluarkannya MBS sebaga paradigm baru manajemen pendidika.Manajemen Berbasis Sekolah merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkattan mutu dan kemandirian sekolah.Dengan MBS diharapkan para kepala sekolah guru dan personal lain disekolah serta masyarakat lain dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan,perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan globalisasi
Kindervatter (1979) memberikan batasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia untuk meningkatkan kedudukannya di masyarakat.Peningkatan itu meliputi kondisi-kondisi sebagai berikut:
1.      Akses
2.      Daya pengungkit
3.      Pilihan-pilihan
4.      Status
5.      Kemampuan refleksi kritis
6.      Legitimasi
7.      Disiplin
8.      Persepsi kreatif
Kondisi-kondisi tersebut dapa dipandang sebagai hasil proses pemberdayaan.Dengan perkataan lain, pemberdayaan dikatakan berhasil jika pada khlayak sasaran dapat diamati atau dapat menunjukan keadaan permukaan (Indikator) sebagaimana tersebut diatas.
Cook and Macaulay (1997) memberikan definisi pemberdayaan sebagai “alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran pembuatan keputusan dan tanggung jawab”.Dalam MBS pemberdayaan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien.Pada sisi lain, untuk memperdayakan sekolah haeus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat setempat,disamping mengubah paradigma pendidikan yang dimiliki oleh para guru dan kepala sekolah.

Pada dasarnya pemberdayakan terjadi beberapa tahap :
1.      Masyarakat mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya an memperoleh keterampilan agar mampu bekerja lebih baik.
2.      Mereka akan merasakan pengurangan perasaan ketidak mampuan dan meningkatkan percaya diri.
3.      Seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, masyarakat bekerja sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
Sedikitnya terdapat 8 langkah pendayaan, dalam kaitannya dengan MBS, yaitu :
1.      Menyusun kelompok guru sebagai penerimaan awal atas rencana program pemberdayaan.
2.      Mengidentikasi dan membangun kelompok peserta didik disekolah.
3.      Memilih dan melatih guru dan tokoh masyarakatyang terlibat langsung dalam implimentasi MBS.
4.      Membentuk dewan sekolah yang terdiri dari unsur sekolah dan masyarakat.
5.      Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan anggota dewan sekolah.
6.      Mendukung aktifitas kelompok yang sedang berjalan.
7.      Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.
8.      Menyelenggarakn lokakarya untuk evaluasi. (Mulyasa, 2005, 20-35)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MANAJEMEN KOMPONEN SEKOLAH

 

Manajemen sekolah pada hakekatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manjemen pendidikan.Namun demikian manjemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas dari pada manajemen sekolah.Dengan perkataan lain, manjemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manjemen pendidikan dalam organisasi seklah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku.Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi selurh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar secara regional, nasional, bahkan internasional.
Hal yang paling penting dalam implementasi manjemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.Sedikitnya terdapat 7 komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu :
A.    Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian integral dari manajemen berbasis sekolah, mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilainnya kurikulum. Manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efisien dan efektif.
Kepala sekolah harus bertanggung jawab tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Untuk kepentingan tersebut, paling tidak terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1.      Menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutahan murid
2.      Meningkatkan kualitas perencanaan program
3.      Memilih dan melaksanakan program
4.      Menilai perubahan program
Menurut Mulyasa (2003) beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru adalah :
1.      Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.
2.      Program itu harus sederhana dan fleksibel
3.      Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
4.      Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya
5.      Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian alokasi waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, perbaikan pengajaran, serta pengisian waktu jam kosong.

B.     Manajemen Tenaga Kependidikan
Dalam peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan, pada pasal 3 ayat (1) dinyatakan; “Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dibidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji”.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan di sekolah bertujuan untuk mendayagunakan tanaga kependidikan – guru di SD – secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan bukan guru) mencakup :
1.      Perencanaan pegawai
2.      Penerimaan pegawai
3.      Pembinaan dan pengembangan pegawai
4.      Promosi dam mutasi pegawai
5.      Kompensasi
6.      Penilaian pegawai
7.      Pemberhentian/ pemutusan hubungan kerja atau pensiun.
Sebab-sebab pemverhentian pegawai dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1.      Pemberhentian atas permohonan sendiri
2.      Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah
3.      Pemberhentian sebab lain-lain
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan sebelumnya, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan akurat. Penilaian bagi tanaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah.

C.    Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, yakni mulai masuk sampai dengan keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan bidang kesiswaan agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan:
1.      Penerimaan siswa baru
2.      Kegiatan kemajuan belajar
3.      Bimbingan dan pembinaan disiplin
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia peneriamaan siswa baru (PSB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia yang bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Bagi siswa yang berhasil diterima, dilakukan pengelompokan dan orientasi sehingga secara fisik, mental, dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua, dengan menggunakan buku laporan pendidikan sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, dan sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku presesni siswa, buku lapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi, dan sebagainya.
Keterlibatan guru dalam manajemen kesiswaan dalam konteks sekolah, tidak sebanyak keterlibatannya dalam proses pembelajaran. Dalam manajemen kesiswaan guru lebih banyak berperan secara tidak langsung.
Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan, guru lebih banyak berperan secara tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan sebagai berikut:
1.      Dalam penerimaan guru, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Diantara mereka dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan tugas.
2.      Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru sangat penting, karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat kurang menguntungkan bagi keselamatan jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
3.      Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru diharapkan mempu mencatat/merekam kehadiran siswa meskipun dengan sederhana tetapi harus baik dan benar. Data kehadiran ini, dimungkinkan untuk menjadi bahan pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan dalam penetapan kenaikan kelas.
4.      Dalam memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus dapat menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut.
5.      Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting, karena guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka guru harus mampu menegakkan disiplin dan tidak merusaknya sendiri. Disamping itu guru juga harus mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan konsisten untuk memberikan ganjaran dan hukuman kepada para siswa yang pantas mendapatkannya.

D.    Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Dalam suatu lembaga pendidikan, biaya pendidikan merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam kondisi sangat darurat, mungkin pendidikan masih dapat berlangsung tanpa adanya biaya. Akan tetapi setiap usaha meningkatkan kualitas pendidikan selalu mempunyai konsekuensi keuangan dan pembiayaan.
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efisiensi dan efektivitaas pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, malaksanakan, mengevaluasi, dan mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara trasparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses pembelajaran di sekolah bersama dengan komponen lain. Atau dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapinya tujuan pendidikan di sekolah. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah, secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
1.      Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan
2.      Orang tua atau peserta didik (siswa)
3.      Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai(guru, dan bukan guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis dipakai). Biaya pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran lain untuk barang-barang tidak habis pakai. Dalam rangka implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efisien dan efektif, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
1.      Prosedur anggaran
2.      Prosedur akuntansi keuangan
3.      Pembelanjaan, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
4.      Prosedur investasi
5.      Prosedur pemeriksaan
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini mengabut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang uintuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembeyaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan ruang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

E.     Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar dan mengajar. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengakar.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Selain itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pengajar maupun siswa sebagai peserta didik.

F.     Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat.
Hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan antara lain untuk:
1.      Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak
2.      Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat
3.      Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat.
Seorang kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus manaruh perhatian tentang apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Hubungan kerja sama yang harmonis akan membentuk:
1.      Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada dimasyarakat, termasuk dunia kerja
2.      Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing
3.      Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan disekolah


G.    Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang efisien dan efektif.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah berbagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik.
Selain itu sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman. (Mulyasa, 2005, 39-53)




PENUTUP


A.    Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah adalah hasil terjemahan dari kata school based management. MBS merupakan suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang Memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut diberikan karena bertujuan agar sekolah mempunyai keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Tujuan penerapan MBS yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kapendidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
Adapun karakterstik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi.
Manajemen Berbasis sekkolah dapat dikatakan berdaya guna dan efisien apabila dalam pelaksanaannya telah mengikutsertakan komponen-komponen yang terdapat dalam kegiatan pendidikan dalam sutu sekolah tersebut. Komponen-komponen tersebut dimaksimalkan sedemikian rupa hingga tercapai suatu kesuksesan dalam proses manajemen yang berbasis pada sekolah itu sendiri.

B.     Saran
Untuk lebih memahami semua tentang manajemen komponen sekolah, disarankan kepada para pembaca untuk mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Drs. Nur kholis, M.M, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori,Model, Dan Aplikasi, Jakarta,PT. Grasindo. 2003.

Dr. E. Mulyasa M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. 2005.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Johan Budi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger